Merajut Rasa Nusantara: Gastronomi Budaya, Gastronomi Pariwisata, dan Gastrodiplomasi Indonesia

Print Friendly and PDF

Konferensi Gastronomi dan Kuliner Hijau Indonesia ke-2 berlangsung pada 6–7 Desember 2025 di Hotel Novotel Solo. 


Merajut Rasa Nusantara: Gastronomi Budaya, Gastronomi Pariwisata, dan Gastrodiplomasi Indonesia

Solo - majalahlarise.com - Asosiasi Gastronomi dan Kuliner Hijau Indonesia (Anggrek Hijau Indonesia) sukses menyelenggarakan Konferensi Gastronomi dan Kuliner Hijau Indonesia ke-2 yang berlangsung pada 6–7 Desember 2025 di Hotel Novotel Solo. Konferensi dua hari ini menghadirkan pembicara, praktisi, akademisi, pelaku pariwisata dan perwakilan pemerintah untuk berdiskusi tentang peran gastronomi hijau dalam memperkuat branding negara, pembangunan pariwisata berkelanjutan, serta diplomasi kuliner. 

Dalam sambutannya, Ahmad Nurchamdi, M.Sc., Ketua DPP Asosiasi Gastronomi dan Kuliner Hijau Indonesia (Anggrek Hijau Indonesia), menyatakan, "Gastronomi hijau bukan hanya bicara soal resep ini lebih pada soal bagaimana kita merawat tanah, komunitas, dan cerita di balik setiap hidangan. Bahkan, gastronomi itu sesungguhnya dapat menjadi alat untuk memperkuat identitas nasional dan perekonomian lokal.

"Sementara itu, Merajut rasa Nusantara itu lebih berarti pada bagaimana strategi untuk merajut keberlanjutan: dari petani, pengolah, sampai ke meja wisatawan. Adapun diplomasi kuliner sebenarnya membuka peluang baru bagi promosi budaya kita di luar negeri." tegasnya.

Konferensi tahun ini mengusung tema besar "Merajut Rasa Nusantara: Gastronomi Budaya, Gastronomi Pariwisata, dan Gastrodiplomasi Indonesia". Kegiatan ini terdiri atas sesi pleno, panel diskusi tematik, lokakarya praktik terbaik (best practice), serta pameran produk kuliner lokal yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Salah satu sesi kunci menghadirkan Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.A. Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret dengan paparan materi yang berjudul Merajut Rasa Nusantara: Gastronomi Budaya, Gastronomi Pariwisata, dan Gastrodiplomasi Indonesia. Materi ini menjadi salah satu sumber pemikiran yang dapat memperkaya diskusi strategis pada konferensi tersebut.

Adapun Fokus utama materi yang disampaikan adalah seputar Gastronomi Budaya: Menggali bagaimana warisan kuliner lokal dan praktik kuliner tradisional menjadi identitas budaya yang dapat dijaga dan dikembangkan tanpa mengorbankan keberlanjutan.

Gastronomi Pariwisata: Menyusun strategi agar wisata kuliner menjadi daya tarik yang inklusif dan ekonomis bagi komunitas lokal, sambil menjaga ekosistem dan mata pencaharian warga.

Gastrodiplomasi: Memanfaatkan diplomasi kuliner sebagai instrumen soft power untuk meningkatkan citra dan branding Indonesia di kancah internasional.

Peserta dan pembicara sepakat pentingnya kebijakan yang mendukung praktik kuliner berkelanjutan: perlindungan bahan baku lokal, rantai pasok yang adil, sertifikasi keberlanjutan untuk usaha kuliner mikro dan kecil, serta integrasi wisata kuliner dalam strategi branding negara.

Konferensi juga merekomendasikan langkah-langkah praktis seperti peningkatan kapasitas pelaku UMKM kuliner, pembentukan jaringan pemasaran regional, dan penciptaan platform kolaboratif antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta. (Sofyan)


Baca juga: Sekda Jateng Sumarno: Siksorogo Lawu Ultra 2025 Mampu Hidupkan UMKM dan Pariwisata Jateng


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top