Museum Wayang Indonesia Wonogiri, Jejak Sejarah dan Pelestari Budaya Jawa

Print Friendly and PDF

Museum Wayang menyimpan lebih dari 700 koleksi wayang dari 23 jenis wayang Nusantara.


Museum Wayang Indonesia Wonogiri, Jejak Sejarah dan Pelestari Budaya Jawa

Wonogiri - majalahlarise.com - Museum Wayang Indonesia Wonogiri menjadi salah satu pusat pelestarian budaya Jawa yang penting di Jawa Tengah. Museum yang kini menyimpan lebih dari 700 koleksi wayang dari 23 jenis wayang Nusantara ini diresmikan pada 1 September 2004, hasil transformasi dari Padepokan Seni Pak Bei Tani.

Menurut Rakino, penjaga sekaligus edukator museum, bangunan museum ini awalnya merupakan rumah tinggal seorang Mantri Tani bernama Pak Bei Tani (Prawi Rawi Harjo), seorang tokoh pengageng dari Kraton Mangkunegaran yang ditempatkan di wilayah Wuryantoro. Rumah ini juga pernah menjadi tempat tinggal masa kecil Presiden Soeharto, yang sejak usia 8 tahun dititipkan kepada keluarga Pak Bei Tani.

Pada tahun 1987, rumah asli Pak Bei Tani mengalami kerusakan dan kemudian dibangun ulang oleh putra-putri Pak Bei Tani serta keluarga besar Pak Harto. Bangunan baru tersebut kemudian diresmikan sebagai Padepokan Seni Pak Bei Tani pada 17 November 1987 oleh Raden Ayu Subariyono.

Berangkat dari kepedulian Bupati Wonogiri saat itu, Begug Poernomosidi, terhadap pelestarian seni pertunjukan wayang dan banyaknya empu serta pengrajin wayang di wilayah Wonogiri khususnya sentra wayang di Kepuhsari, Manyaran Padepokan Seni Pak Bei Tani akhirnya berkembang menjadi museum nasional. Bersama Presiden Megawati Soekarnoputri, tempat ini kemudian diresmikan menjadi Museum Wayang Indonesia Wonogiri pada tahun 2004.

Museum ini memiliki koleksi langka, di antaranya Wayang Patih Udawa yang diperkirakan dibuat pada 1714, dan tokoh Semar yang dibuat pada 1716 oleh dalang asli Wonogiri. Sejumlah koleksi dari era 1800–1900 peninggalan Keraton juga turut memperkaya isinya.

Selain ruang pamer, museum juga menjadi pusat edukasi dan literasi budaya Jawa melalui workshop pedalangan, pelatihan menatah wayang, pertunjukan rutin, serta berbagai festival karawitan dan lomba seni bagi siswa SD hingga SMP. Museum ini juga dikenal sebagai wisata spiritual karena terdapat sumur peninggalan leluhur Pak Bei Tani yang hingga kini masih sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah.

Dukungan pemerintah pusat dan daerah terus mengalir melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK), festival seni, konservasi koleksi, serta penyelenggaraan berbagai kegiatan edukatif yang membantu menjaga keberlanjutan Museum Wayang Indonesia Wonogiri sebagai penjaga identitas budaya bangsa. (Danu)


Baca juga: UMKM Kini Bisa Buat Konten Sendiri, KAWIS Solo Raya Gelar Pelatihan Fotografi Produk


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top