 |
Narasumber Dr. Singgih Subiyantoro, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) Sukoharjo saat menyampaikan materi seminar. |
Pendidik Harus Melek AI! HISPPI PNF Jateng Dorong Guru Nonformal Cerdas Hadapi Era Digital
Solo- majalahlarise.com -Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia (HISPPI) Pendidikan Nonformal (PNF) Jawa Tengah menegaskan pentingnya literasi kecerdasan buatan (AI) bagi para pendidik dalam menghadapi transformasi dunia pendidikan yang begitu cepat. Hal itu mengemuka dalam seminar bertema “Menjadi Pendidik Cerdas di Era Kecerdasan Buatan” yang digelar di Hotel Grand Larisae Solo, Minggu (15/6), usai pelaksanaan Musyawarah Daerah (MUSDA) VI HISPPI PNF Jawa Tengah.
Seminar menghadirkan narasumber Dr. Singgih Subiyantoro, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) Sukoharjo.
Dalam paparannya, Dr. Singgih menjelaskan perkembangan AI seperti ChatGPT, MidJourney, atau LMS berbasis analitik, tidak bisa dihindari oleh dunia pendidikan. Namun demikian, ia menjelaskan pendidik harus mengambil posisi sebagai pengguna aktif, bukan korban pasif dari teknologi.
"Kita hidup di era di mana informasi datang kepada kita tanpa kita cari. Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 menjadikan manusia sebagai pusat inovasi, bukan objek perubahan. AI hanyalah alat, kita yang tetap harus memegang kendali,” jelas Dr. Singgih di hadapan lebih dari 100 peserta seminar yang terdiri dari pimpinan lembaga kursus, tutor pendidikan kesetaraan, instruktur pelatihan kerja, dan pengurus organisasi profesi se-Jawa Tengah.
Ia menyebut transformasi digital telah mengubah secara fundamental pola pikir dan perilaku belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru dan pendidik nonformal harus segera menyesuaikan metode pembelajaran mereka agar lebih interaktif, berbasis teknologi, dan sesuai kebutuhan zaman.
Dr. Singgih memberikan contoh nyata penggunaan AI untuk mendukung produktivitas akademik. Ia sendiri memanfaatkan ChatGPT untuk mempercepat proses penulisan artikel jurnal, pembuatan modul ajar, hingga menyusun bahan presentasi ilmiah.
"Dengan AI, saya bisa menulis lebih cepat 2 sampai 3 kali lipat. Tapi, AI tidak bisa menggantikan ide, kreativitas, dan nilai-nilai kemanusiaan yang hanya dimiliki oleh manusia,” ujarnya.
Ia memperingatkan agar guru tidak hanya menjadi pengguna pasif, melainkan harus mampu prompting (memberikan perintah tepat) kepada AI agar menghasilkan keluaran yang berkualitas dan sesuai kebutuhan.
Dalam sesi diskusi, Dr. Singgih memaparkan empat kompetensi yang wajib dimiliki pendidik di era digital yaitu adaptif terhadap perubahan teknologi – membuka diri dan siap belajar menggunakan alat digital baru. Pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner) tidak pernah berhenti belajar hal baru. Kolaboratif dengan manusia dan teknologi siap bekerja sama lintas generasi dan lintas platform. Pemimpin inspiratif tidak hanya mengajar, tapi juga memberi keteladanan dan semangat inovasi.
“Guru tradisional yang tidak mau berubah akan tergilas zaman. Tapi guru yang kreatif, reflektif, dan terbuka terhadap AI akan melesat jauh ke depan,” tegasnya.
Suasana seminar berlangsung penuh antusias. Para peserta aktif bertanya, berdiskusi, dan berdialog mengenai bagaimana mengaplikasikan teknologi AI dalam kegiatan belajar-mengajar di lembaga kursus dan pelatihan.
Bigar, salah satu peserta dari LKP di Kabupaten Magelang, menyampaikan seminar ini membuka cakrawala berpikirnya.
“Saya kira AI hanya untuk orang IT. Ternyata bisa juga digunakan untuk membuat bahan ajar, membuat poster pelatihan, hingga menjawab pertanyaan peserta didik lewat chatbot. Ini luar biasa,” tuturnya.
Ketua panitia seminar, Dwi Purwaningsih BA, S.Pd.AUD, M.Pd menyampaikan kegiatan ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan bagian dari rencana strategis HISPPI PNF Jawa Tengah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidik nonformal melalui pelatihan berkelanjutan.
“Kami berkomitmen menindaklanjuti seminar ini dengan pelatihan teknis, pelatihan membuat konten digital, serta pendampingan literasi AI di lembaga-lembaga anggota,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, HISPPI PNF Jawa Tengah berharap semua pendidik nonformal bisa mengambil peran penting sebagai agen perubahan di komunitas masing-masing.
“Kami ingin mencetak pendidik yang bukan hanya bertahan, tapi memimpin dalam perubahan. Mereka harus siap menghadapi era digital, bukan lari darinya,” pungkas ketua panitia dengan penuh optimisme. (Sofyan)
Baca juga: SMKN 1 Semarang Masuk 10 Besar Nasional Lomba Youth In Action 2024
Tidak ada komentar: