Featured

Headline News

Pinsar Indonesia Gelar Koordinasi Perunggasan Se-Pulau Jawa untuk Perbaiki Harga Livebird

12 Jun 2025

larise tv

Kabar Desa

Ustadz Suradi dalam Khutbah Idul Adha di Canden Boyolali, Qurban Itu Ada yang Diterima, Ada yang Tidak

Dalam khutbahnya, Ustaz Suradi, Wakil Direktur PonpesMU Manafi’u...

  • 06 Jun 2025
  • 0

Gali Warisan Nusantara, Mahasiswa UNS Pelajari Naskah Kuno di Sultanate Institute Surakarta

Print Friendly and PDF

Pemaparan meteri oleh kepala divisi artefak dan koleksi Sultanate Institute Surakarta, Rabu (21/5/2025). (Foto: Agustinus Arya Wicaksana)


Gali Warisan Nusantara, Mahasiswa UNS Pelajari Naskah Kuno di Sultanate Institute Surakarta

Surakarta- majalahlarise.com -Sekelompok mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS) melakukan kunjungan akademik ke Sultanate Institute Surakarta pada Rabu (21/5). Kegiatan ini merupakan bagian dari studi lapangan pembidangan Filologi, yang bertujuan mengenalkan mahasiswa pada praktik langsung pengkajian manuskrip kuno dan pelestarian budaya literasi Nusantara.

Sultanate Institute merupakan lembaga riset arkeologi dan sejarah yang berfokus pada kesultanan Islam di wilayah Nusantara. Lembaga ini didirikan sejak tahun 2018 dan resmi berbadan hukum pada 2019. Sultanate Institute menaungi dua lokasi museum utama, yaitu: Museum Abad Satu Hijriah dan Situs Bonga di Tapanuli Tengah, yang merupakan museum situs (on-site museum).

Muhammad Sidiq, Kepala Divisi Artefak dan Koleksi Sultanate Institute, menjelaskan sejak awal lembaga ini banyak menerima hibah manuskrip dari pesantren-pesantren yang sudah tidak aktif. 

“Penelitian awal kami difokuskan pada naskah dari Aceh. Kami menerima sekitar 16 manuskrip serta pecahan batu nisan. Sebagian manuskrip berasal dari pesantren atau Monassa yang tidak lagi berfungsi, dan masyarakat mempercayakan perawatannya kepada kami,” jelas Sidiq.

Meski kondisi fisik manuskrip tidak semuanya utuh, masyarakat tetap menganggapnya sebagai warisan pusaka. Saat ini Sultanate Institute memusatkan perhatian pada tahap awal preservasi naskah, seperti proses fungigasi, pengaturan suhu, dan penyimpanan dalam ruangan gelap. 

“Kami juga telah melakukan inventarisasi, sehingga data naskah sudah tersedia dalam bentuk katalog,” tambahnya.

Koleksi manuskrip yang dimiliki lembaga ini mencakup sekitar 18 naskah penting, antara lain pustaka lak-lak (naskah berbahasa Batak), kitab hadits, Alfiyah Ibnu Malik, tafsir Al-Qur'an, kitab nahwu, serta mushaf-mushaf kuno. Sebagian telah diteliti usianya melalui metode carbon dating atau penanggalan karbon, seperti Kitab Umdat al-Muhtajin, Sirat al-Mustaqim (1892), dan Surat al-Mustaqim (1680). Mayoritas manuskrip menggunakan aksara pegon, Arab, dan Melayu.

Melihat pentingnya pelestarian, Sultanate Institute merencanakan proyek digitalisasi manuskrip pada tahun mendatang. Hal ini juga didorong oleh bertambahnya koleksi naskah dari periode Belanda dan Aceh abad ke-17. 

“Kami bekerja sama dengan laboratorium di Selandia Baru untuk pengujian carbon dating,” ujarnya.

Tak hanya manuskrip, mahasiswa juga dikenalkan dengan berbagai artefak sejarah, seperti alat medis kuno, mata uang logam, relik parfum, relief kapal pesisir, tongkat khotbah berunsur iridium meteor, manik-manik, hingga keramik dari Dinasti Sung dan Yuan. Salah satu artefak unik adalah pedang berlapis iridium yang konon hanya dimiliki oleh kalangan raja atau imam besar. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkaya wawasan mahasiswa mengenai pentingnya pelestarian naskah dan artefak sebagai bagian dari warisan intelektual dan spiritual bangsa. (Febriyanti Tri Wahyuningtyas/ Sofyan)


Baca juga: Konferensi Cabang PGRI Giritontro Sukses Digelar, Pengurus Baru Periode 2025–2029 Terpilih


Tidak ada komentar:

Write a Comment

Featured