MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITAN DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN MEDIA GAMBAR

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITAN DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN MEDIA GAMBAR

Oleh: Abdullah, S.Sos.I, S.Pd

Guru SMP Negeri 4 Jepara, Jawa Tengah


Abdullah, S.Sos.I, S.Pd


       Bahasa Jawa, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk manusia berkualitas, khususnya dalam menulis geguritan merupakan pendekatan yang ideal dengan tujuan merangsang kemampuan berimajinasi dan kreativitas dalam berpikir serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif dan ungkapan kreatif. Proses pembelajaran bahasa Jawa menulis geguritan hendaknya direncanakan dan dilaksanakan lebih bermakna sehingga menghasilkan hasil prestasi peserta didik yang tinggi, untuk itu guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Guru merencanakan proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan memanfaatkan secara optimal aktivitas belajarnya. 

       Kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Selama ini keterampilan menulis geguritan bagi peserta didik masih sangat sulit berkembang, peserta didik cenderung kesulitan dalam merangkai kata-kata agar menjadi puisi Jawa atau geguritan. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengekspresikannya ke dalam tulisan. Akibatnya, peserta didik tidak dapat melanjutkan kegiatan menulis. Peserta didik merasakan kegiatan menulis sebagai suatu beban yang berat.

       Sebelum diberi tindakan dalam pembelajaran ini, kegiatan pembelajaran dalam menulis geguritan guru hanya memberikan tugas menulis geguritan dengan cara meramu dan mengolah pengalaman dengan baik, kemudian melaksanakan kegiatan pemilihan dan penempatan kata yang selektif. Salah memilih kata, kata-kata tersebut dipadukan dengan kata lain dengan variasi makna konotasi dan denotatif sehingga akan melahirkan geguritan yang bagus.

       Cara pembelajaran di atas terkadang memberikan dampak kemalasan dan kurang membangkitkan minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran menulis geguritan. Permasalahan dalam menulis geguritan seperti di atas tentu saja memerlukan upaya pemecahan. Guru sangat berharap adanya suatu cara atau media yang dapat menggugah minat, perhatian dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran menulis geguritan sekaligus meningkatkan kemampuan menulis geguritan.

       Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih bermakna dan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan disertai media pembelajaran. Dengan demikian salah satu solusi pemecahan masalah di atas adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD dan media gambar. Media gambar sendiri dapat membantu imajinasi peserta didik agar menjadi nyata untuk dilihat sehingga akan memunculkan ide atau gagasan dalam membuat geguritan.

       Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem belajar kelompok yang terstruktur. Belajar kelompok dalam model pembelajaran kooperatif terdiri dari lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.

       Dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada materi geguritan, peserta didik memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing guna membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik) dengan membentuk kelompok. Dari kenyataan tersebut, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division), karena model pembelajaran kooperatif ini yang paling sederhana sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami dan melakukan belajar dalam kelompok. Pembentukan kelompok kooperatif yang heterogen dilakukan dengan cara melihat hasil belajar peserta didik terdahulu.

       Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diterapkan untuk mengelompokkan kemampuan yang berbeda-beda. Menurut Slavin dalam STAD, para peserta didik dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, sehingga diharapkan peserta didik yang pandai akan membantu peserta didik yang kurang pandai. Pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mendorong setiap peserta didik untuk bekerja dengan keras agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya secara individu dan secara kelompok, sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajarnya.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top