BAHASA JAWA SEBAGAI EKSISTENSI BUDAYA LOKAL

Print Friendly and PDF

BAHASA JAWA SEBAGAI EKSISTENSI BUDAYA LOKAL

Oleh: Laili Arifatul Lutfiah

SMP Negeri I Gondang, Sragen Jawa Tengah


Laili Arifatul Lutfiah



       Indonesia merupakan negara dengan banyak suku bangsa. Faktanya bangsa Indonesia itu terdiri dari suku bangsa yang hidup dalam kesatuan wilayah dan budaya yang berkembang selama ratusan tahun, melahirkan budaya Nasional. Kebudayaan Nasional adalah perpaduan dan gabungan dari semua tingkatan kebudayaan di Indonesia, yang mencerminkan seluruh aspek dari kehidupan bangsa, termasuk bahasa, seni, adat istiadat dan tradisi serta kepercayaan penganut aliran. Kebudayaan berbahasa Jawa merupakan salah satunya.

       Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang dituturkan oleh masyarakat khususnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Bahasa Jawa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan orang Jawa karena mengandung nilai budaya luhur orang Jawa. Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar dan menengah merupakan sarana pendidikan karakter. Menurut kurikulum muatan lokal, mata pelajaran bahasa Jawa sekarang menjadi mata pelajaran wajib. Sangat penting untuk mengajarkan bahasa Jawa sejak dini, karena pembelajaran bahasa Jawa digunakan untuk memelihara nilai-nilai budaya, membimbing siswa untuk berkembang di lingkungan, serta membangun dan memperkuat karakter bangsa. Pemberian kursus bahasa Jawa di sekolah diharapkan juga tetap menjaga tradisi dan budaya Indonesia.

       Selama ini penyajian mata pelajaran bahasa Jawa untuk siswa sekolah masih menganut pendekatan konservatif yaitu guru memberikan ceramah dan siswa memperhatikan buku pelajaran. Oleh karena itu, karena daya tarik media yang kurang, peserta didik cepat bosan saat mengikuti mata pelajaran. Hal ini menyebabkan rendahnya efisiensi dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan keberhasilan belajar peserta didik tidak sebaik yang diharapkan. Dengan kemajuan teknologi informasi, fasilitas pembelajaran tidak hanya dapat menggunakan buku teks dan LKS, tetapi juga perangkat multimedia seperti komputer pribadi (PC) atau laptop. Dibandingkan dengan hanya menggunakan buku teks, aplikasi multimedia bantu belajar sebagai pendamping buku teks dapat meningkatkan minat siswa dan pada akhirnya meningkatkan pemahaman siswa.

       Menurut Sujarwadi (2010:10), dalam pembelajaran Bahasa Jawa, peserta didik dapat belajar mengenal adanya tata krama, yaitu suatu bentuk kesopansantunan ketika berbicara yang disesuaikan dengan kaidah kemahiran Bahasa Jawa. Kesopanan dalam berbahasa Jawa  termasuk dalam kaidah tata krama mengajarkan penutur untuk menghormati lawan bicaranya. Dari pemilihan kata-kata dalam bahasa lisan, dapat dilihat sopan atau tidaknya ketika      menghormati lawan bicara. Perkataan tidak boleh lepas dari kesantunan, karena dalam budaya Jawa kesantunan akan tercermin dalam pengucapan dan perilaku. Hal ini merupakan bentuk peran yang harus diajarkan di sekolah dengan menyediakan fasilitas dan suasana belajar yang menyenangkan untuk mengasah kemampuan berbahasa peserta didik. Adanya pembelajaran Bahasa Jawa diharapkan dapat menghasilkan generasi muda Jawa yang dapat melatih  keterampilan berbahasa sesuai kaidah bahasa, sekaligus menunjukkan kepribadian orang Jawa.

       Harjawiyana (2001:25), mengungkapkan adanya tingkatan Bahasa Jawa membuat peserta didik kesulitan untuk berbicara Bahasa Jawa dengan baik. Peserta didik di sekolah mengalami kesulitan dalam mengenali tataran fonetis Bahasa Jawa, oleh karena itu, kemampuan lisan Bahasa Jawa terbilang sangat rendah. Banyak peserta didik yang terbalik dalam menggunakan Bahasa Jawa. Bahasa sopan yang seharusnya digunakan pada lawan bicara yang diajak berbicara, malahan digunakan pada dirinya sendiri, dan sebaliknya. Di sisi lain, banyak orang yang menganggap Bahasa Jawa itu sulit karena kosakata yang beragam. Apalagi adanya tingkatan kebahasaan memungkinkan orang awam menilai orang Jawa untuk membedakan kelas sosial. Meskipun tujuan unggah-ungguh basa tidak begitu, tetapi hanya untuk menghormati orang lain yang sedang diajak berbicara. Serta melestarikan kebudayaan Bahasa Jawa itu sendiri.

       Dewasa ini perkembangan globalisasi membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia terutama bangsa Indonesia. Fenomena globalisasi mempermudah masuknya budaya asing terhadap budaya Indonesia. Harus diakui bahwa masyarakat saat ini seringkali moralitas dan karakternya menurun. Ini bukan hanya di lingkup remaja dan anak-anak, tetapi juga generasi yang lebih tua harus bisa memberikan contoh sikap hidup yang baik kepada remaja dan anak-anak. Sebagai generasi penerus. Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu adanya peranan untuk melestarikan dan mengembangkan budaya berbahasa Jawa, dengan cara mengembangkan nilai-nilai moral karakter yang membuat generasi muda berperilaku santun.

       Keadaan itu mampu mempengaruhi suatu sistem dalam nilai-nilai budaya begitu juga pada tingkah laku manusia dalam kehidupan di masyarakat. Masuknya budaya asing yang tidak terbendung akan berakibat pada hilangnya budaya asli suatu bangsa yang mencitrakan lokalitas khas berbagai daerah di negeri ini. Kesalahan dalam merumuskan strategi mempertahankan eksistensi budaya lokal juga bisa mengakibatkan budaya lokal semakin ditinggalkan oleh masyarakat.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top