PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SEJARAH DI SEKOLAH

Print Friendly and PDF

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SEJARAH DI SEKOLAH

Oleh : Sugiyanto, S.Pd

SMA Negeri 1 Bulu, Bulu, Sukoharjo Jawa Tengah

Sugiyanto, S.Pd


       Pendidikan sejarah adalah suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Ada adagium yang mengatakan sejarah membuat orang menjadi arif dan bijaksana. Berawal dari sejarah seseorang dapat belajar dan menggunakan pelajarannya untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan sejarah sebagai sebuah konsep besar memiliki turunan yang lebih kecil, yaitu pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah diberikan secara formal sejak mengenyam pendidikan dasar hingga menengah atas. Pada proses tersebut Guru Sejarah memiliki peran yang sangat besar demi keberhasilan pendidikan sejarah. Guru Sejarah sebagai garda terdepan dalam melaksanakan pendidikan sejarah. Namun di dalam prosesnya terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat keberhasilan pembelajaran sejarah. Masalah itu dapat diatasi bilamana Guru Sejarah kembali kepada “rel” pendidikan sejarah yang sejati.

       Suatu kenyataan yang tidak dapat dimungkiri banyak negara di dunia ini yang menempatkan pendidikan sejarah sebagai unsur penting dalam pendidikan kebangsaan mereka. Hal ini disebabkan karena adanya keyakinan bahwa materi pendidikan sejarah mampu mengembangkan sifat dan karakter generasi muda bangsa. Pendidikan sejarah dapat menanamkan pada diri siswa pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia, dan dunia dari masa lampau hingga kini. Tidak diragukan lagi bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang sangat diperlukan untuk pendidikan manusia seutuhnya (Kochar, 2008). 

       Pendidikan sejarah secara formal mulai diberikan sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman ilmu, memupuk pemikiran historis dan pemahaman sejarah. Pemahaman fakta, penguasaan ide-ide, dan kaidah sejarah, penting untuk membangun daya berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, kepedulian sosial, dan semangat kebangsaan. Menurut Garvey dan Krug dalam Hamid Hasan, terdapat lima tujuan yang harus dicapai oleh pengajaran sejarah, antara lain; 1) menambah pengetahuan mengenai fakta-fakta sejarah, 2) menambah dan memberikan apresiasi terhadap peristiwa-peristiwa sejarah, 3) mendapatkan kemampuan menilai dan mengkritik tulisan-tulisan sejarah, 4) mempelajari teknik-teknik penelitian sejarah, 5) mempelajari cara penulisan sejarah (Hasan, 1991). Setiap tujuan memiliki sifat yang berbeda-beda. Pemahaman sejarah mutlak diperlukan guna mencapai tujuan dari pembelajaran. Ada adagium, bahwa sejarah membuat seseorang menjadi lebih arif dan bijaksana dalam bertindak. Sejarah mengajarkan manusia bagaimana belajar dari masa lalu untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik di masa depan kelak. Bangsa yang tidak mengetahui sejarah akan mudah dikelabui (Rowse, 2014). 

       Pada Kurikukum 2013 mata pelajaran sejarah, sebagai implementasi dari Pendidikan sejarah mendapatkan porsi waktu yang banyak. Tanner dan Tanner dalam Hamid Hasan menyampaikan, bahwa kurikulum sejarah dapat dikembangkan melalui beberapa filosofi antara lain: Perenialisme, Pendidikan sejarah harus mengembangkan rasa bangga terhadap bangsa dan negara. Esensialisme, pendidikan sejarah sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Humanisme, pendidikan sejarah harus mampu mengembangkan kepribadian siswa. Rekonstruksi sosial, pendidikan sejarah harus mampu menyiapkan siswa untuk suatu kehidupan yang lebih baik di masa sekarang dan masa yang akan datang (Hasan, 2012). Oleh karenanya pemberian pendidikan sejarah tidak dapat ditawar–tawar kembali. Pendidikan sejarah melalui pembelajaran sejarah wajib diberikan. Bukan hanya sekedar pemberian materi pelajaran, melainkan nilai-nilai kebajikan yang ada di dalamnya harus ditanamkan kepada para siswa, karena maju mundurnya suatu bangsa tergantung kepada pemahamannya akan sejarah bangsa itu sendiri. Sayangnya, wacana besar tentang pendidikan sejarah yang dijelaskan di atas tidak menjadi kenyataan di dunia pendidikan. Pembelajaran sejarah sebagai implementasi dari pendidikan sejarah sering dianggap membosankan oleh siswa, karena penuh beban hafalan, dan dianggap tidak memiliki manfaat bagi siswa, tidak membangkitkan sifat berpikir kritis, serta jauh dari realita kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah seperti dianaktirikan di sekolah-sekolah.

       Dalam Kurikukum 2013 mata pelajaran sejarah, sebagai implementasi dari pendidikan sejarah mendapatkan porsi waktu yang banyak. Sejarah dapat dikembangkan melalui beberapa filosofi antara lain: Perenialisme, Pendidikan sejarah harus mengembangkan rasa bangga terhadap bangsa dan negara. Esensialisme, pendidikan sejarah sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Humanisme, pendidikan sejarah harus mampu mengembangkan kepribadian siswa. Namun pendidikan sejarah dewasa ini masih jauh dari tujuannya. Permasalahan yang ada antara lain proses pembelajaran yang cenderung monoton dan satu arah, ketidaktahuan Guru Sejarah akan filosofi pendidikan sejarah, serta ketidakpahaman guru akan kedudukan dan tujuan dari pendidikan sejarah. Semua itu berdampak buruk bagi persepsi terhadap pendidikan sejarah pada umumnya, dan mata pelajaran sejarah pada khususnya.

       Guru sejarah sebagai pionir dalam pendidikan sejarah harus memahami makna filosofi pendidikan sejarah. Hal ini agar pendidikan sejarah tidak melenceng dari “rel” yang sebagaimana dikehendaki. Mayoritas Guru Sejarah sebenarnya mengerti tujuan kenapa pendidikan sejarah harus diberikan, hanya saja seringkali tanpa disadari mereka melupakan itu. Pemahaman filosofi pendidikan sejarah penting, karena di sana terdapat posisi dan tujuan dari pendidikan sejarah. Oleh karena itu pengembalian pendidikan sejarah ke “rel” nya harus dimulai dari perbaikan mutu Guru Sejarah, baik yang sudah ada ataupun yang baru. Guru sejarah harus pintar secara intelektual dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran sejarah. Keberhasilan atau kegagalan dari pembelajaran sejarah berdampak pada pendidikan sejarah. Guru sejarah juga harus tahu perbedaan diantara sejarah sebagai sebuah keilmuan dan juga sejarah sebagai pendidikan. Di dalam proses pendidikan sejarah, Guru Sejarah harus menjadi tangan panjang dari pemerintah, sebagai stakeholder yang memiliki kepentingan akan sejarah. Seperti tujuan dari pendidikan sejarah, yaitu membangun sikap dan semangat kebangsaan, yang telah digariskan oleh pemerintah.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top