HUBUNGAN KEBIASAAN TIDUR SAAT KHOTBAH JUM'AT DENGAN UJARAN KEBENCIAN

Print Friendly and PDF

HUBUNGAN KEBIASAAN TIDUR SAAT KHOTBAH JUM'AT DENGAN UJARAN KEBENCIAN

Oleh: Yahya Ayyasy Al Fath

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Yahya Ayyasy Al Fath


Tidak bermaksud mengada ada atau mencari sensasi dengan membuat judul di atas. Jika memang fakta  bagaimana benang merahnya?

Sebelum membahas lebih jauh judul diatas. saya mencari tahu kenapa banyak jamaah yang tertidur saat khotbah jum'at. 

Jamaah jumat yang banyak tidur berada di lingkungan perkantoran, pabrik dan sekolah atau pondok pesantren. Mungkin lelah karena seharian bekerja atau belajar. 

Sementara masjid yang berada di Lingkungan warga pedesaan terlihat antusias mendengarkan khotbah jum'at. Ada kebiasaan yang baik di sana, walaupun tidak libur bekerja. 

Setiap hari jumat mereka mempersiapkan diri, istirahat siang lebih awal. Ada santai ada juga yang tidur. Jam 11 mereka sudah pergi ke masjid untuk shalat jum'at.

Sekarang ada persoalan diantara anak bangsa, banyak betebaran ujaran kebencian terutama di media sosial. Ditambah bumbu berita Hoak. Walaupun tidak sampai terjadi pertikaian fisik atau pertumpahan darah. Tapi bila ujaran kebecian tersebut tidak segera dibendung bisa menghancurkan sendi berbangsa.

Lalu kenapa yang disalahkan jamaah shalat jum'at yang tertidur saat khotbah di bacakan. Bukankan sama sama kita ketahui. Awalnya adalah insiden surat Al Maidah : 51 yang berlanjut dengan peristiwa 212 dan Pilkada DKI 2017. 

Saya tidak berani mengatakan berapa persen benang merahnya, antara kebiasaan tidur saat khotbah jum'at dengan ujaran kebencian. Mungkin kalau bisa dilihat sebaran ujaran kebecian di media sosial kebanyakan berasal dari wilayah perkotaan. 

Sementara di wilayah pedesaan cendrung sangat minim atau mungkin tidak ada. Masyarakatnya tenang dan damai, hidup rukun saling tolong menolong. Tidak banyak terpengaruh dengan ekskalasi pertikaian elit di pusat.

Setiap Khotbah jumat ada ayat yang wajib di sampaikan. Yaitu surat Ali Imran ayat 102.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." 

Sang Khotib wajib menyeru kalimat taqwa kepada jamaah shalat jum'at agar menjadi orang yang bertaqwa dengan sebenar benarnya.

Kenapa sesama umat islam bisa saling menghujat atau menyampaikan ujaran kebencian? Mereka kedua belah pihak merasa paling benar sendiri. Yang lain salah dan sesat.

Pertikaian itu bukan hanya perbedaan politik. Tapi dalam keseharian ada saja pertikaian merasa lebih baik atau menyalahkan salah satu pihak. Misalnya si A sudah shalat, tapi lisannya belum bisa dijaga. Mending saya belum rutin shalat tapi tidak pernah menyakiti orang lain. 

Seolah harus memilih mana yang lebih baik. Padahal Allah menyampaikan orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu” (Qs Al-Hujurat : 13).

Saya berprasangka baik. Semua kaum muslimin jamaah shalat jum'at sudah memahami ayat tentang Kalimat Taqwa tersebut. Karena setiap khotbah jum'at jamaah tertidur maka mereka tidak mendengar ayat itu dibacakan. 

Kalau perkaranya jamaah tertidur dan tidak mendengar ayat Kalimat Taqwa. Saya tidak bisa mengintervensi. Karena sekuat apapun seseorang jika diserang rasa kantuk, tidak ada yang dapat mengalahkannya.

Tapi kalau perkaranya karena belum memahami Kalimat Taqwa yang sebenar benarnya. Mungkin saya bisa mencoba ikut merangkai makna Kalimat Taqwa di era kekinian.

Karena dari banyak referensi kalimat taqwa yang sudah ada. Sepertinya hanya berupa turunan turunan amal atau sikap orang beriman. Saya melihat masih ada ruang yang diberikan untuk kita bisa ikut mengartikan apa itu Kalimat Taqwa. 

Rosulullah SAW datang kepada umat membawa syariat, yaitu perintah menjalankan ibadah atau amal shaleh. Di samping membawa syariat misi Rosulullah adalah untuk memperbaiki akhlaq umat manusia.

"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)

Dari kedua misi Rosulullah tersebut kita umat islam di perintahkan beribadah atau beramal shaleh dan harus menjaga  akhlaq yang baik. 

Menurut pandangan saya orang bertaqwa adalah orang beriman yang berintegritas menjalankan amal shaleh dan berakhlaq yang baik.

Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Integritas itu sendiri berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti kap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.

Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila kita  menelusuri karakter yang dibutuhkan parah pemimpin saat ini dan selamanya mulai dari integritas, kredibilitas dan segudang karakter mulia yang lainnya, pastilah akan bermuara pada pribadi agung manusia pilihan al-mustofa Muhammad SAW, yang di utus untuk menyempurnakan karakter manusia.

Seseorang yang memiliki integritas pribadi akan tampil penuh percaya diri, anggun, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya hanya untuk kesenangan sesaat. Siswa yang memiliki integritas lebih berhasil ketika menjadi seorang pemimpin, baik pemimpin formal maupun pemimpin nonformal.

Dengan mengartikan kalimat Taqwa sebagai orang beriman yang berintegritas. Maka kita bisa berlaku adil dengan sesama manusia walaupun adanya banyak perbedaan.

QS. Al-Ma'idah Ayat 8

"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan".

Pemimpinnya berbuat adil, rakyatnya beriman dan bertaqwa (berintegritas menjalankan amal shaleh dan berakhlaq yang baik) akan di berikan Allah keberkahan di bumi dan langit. Aamiin yaa Rabbalalamin.

QS. Al-A'raf Ayat 96

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.


Sumber Referensi:

MAKNA SEBUAH INTEGRITAS

Oleh: Darmayanti Widyaiswara BDA KP

Kutipan Al Qur'an tentang orang bertaqwal

Al-Imron : 102

Al-Hujurat : 13

Hadist Nabi dari Abu Hurairah RA

Al-Maidah : 8

Al-Araf : 96



2 komentar:


Top