Kultum Subuh Pujiono di Sorong, Jadi Guru Sekali Harus Buat Prasasti

Print Friendly and PDF

Ustad Pujiono, Pimpinan PonpesMu Manafiul Ulum Sambi Boyolali sekaligus narasumber Tim Fasilitator Pembelajaran Mendalam dan Kecerdasan Artifisial.


Kultum Subuh Pujiono di Sorong, Jadi Guru Sekali Harus Buat Prasasti

Sorong — majalahlarise.com - Suasana Subuh yang teduh di Ballroom Hotel Aimas, Sorong, menjadi awal penuh makna bagi rangkaian Bimbingan Teknis Pembelajaran Mendalam Koding dan Kecerdasan Artifisial Region Papua Barat Daya, Ahad (7/12). Kegiatan resmi dibuka oleh Ketua FGM Pusat, Sutomo, M.Ag., didampingi Ketua Majelis Dikdasmen Papua, Sanmas.

Dalam kesempatan tersebut, Ustad Pujiono, Pimpinan PonpesMu Manafiul Ulum Sambi Boyolali sekaligus narasumber Tim Fasilitator Pembelajaran Mendalam dan Kecerdasan Artifisial, menyampaikan kultum bertema “Jadi Guru Sekali Harus Buat Prasasti.” Tausiyahnya yang lembut namun tegas menyentuh lebih dari seratus peserta bimtek.

Pujiono mengajak para guru memahami makna “prasasti” sebagai jejak kebaikan yang terus hidup meski sang guru tak lagi mengajar. Menurutnya, prasasti tidak melulu berbentuk monumen besar, tetapi sesuatu yang memberi manfaat berkelanjutan.

“Prasasti itu bisa berupa prestasi, bisa juga berupa amal jariyah,” ujarnya. Ia menjelaskan bentuk prasasti yang bisa diwujudkan guru, seperti ilmu yang terus diamalkan murid, sistem baik yang diwariskan di sekolah, pohon yang ditanam dan memberi manfaat, generasi berakhlak dan cerdas yang dilahirkan, hingga karya pembelajaran yang terus digunakan oleh guru lain.

“Guru itu sekali mengabdi, harus menorehkan sesuatu yang dikenang. Ketika kita sudah tidak lagi mengajar, manfaatnya tetap hidup,” lanjutnya.

Menghadapi era kecerdasan artifisial, Pujiono menegaskan bahwa guru memegang peran penting sebagai penjaga peradaban. Kreativitas, visi masa depan, serta kemampuan literasi digital menjadi prasasti baru yang harus dibangun.

“Bimtek ini bukan sekadar pelatihan, tetapi titik awal perubahan. Di sini para guru menyiapkan prasasti baru: literasi digital, pembelajaran mendalam, dan kompetensi masa depan,” tegasnya.

Kultum Subuh tersebut menghadirkan suasana reflektif sekaligus membangkitkan spirit perubahan. Para peserta tampak antusias mencatat pesan-pesan kunci yang disampaikan.

Usai kultum, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan materi inti bimtek. Para peserta diharapkan kembali ke sekolah masing-masing dengan tekad kuat untuk menorehkan prasasti terbaik prasasti yang memberi dampak bagi generasi Papua Barat Daya dan Indonesia di masa depan. (RL/ Sofyan)


Baca juga: Kopdar 10 Tahun AABI, Agus se-Indonesia Rayakan Dasawarsa di Wonogiri


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top