MENINGKATKAN KETERAMPILAN NEMBANG MACAPAT DENGAN TEKNIK SAMBUNG GATRA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN KETERAMPILAN NEMBANG MACAPAT DENGAN TEKNIK SAMBUNG GATRA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII

Oleh: Susanti, S.Pd

SMP Negeri 2 Ampelgading Kabupaten Pemalang Jawa Tengah


Susanti, S.Pd



       Bahasa Jawa sebagai muatan lokal dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang sulit dipelajari dan kurang bergengsi, identik dengan kesan tradisonal, kuno, dan tidak merepresentasikan kecerdasan atau intelektualitas peserta didik karena peserta didik yang dianggap cerdas adalah peserta didik yang memperoleh nilai tinggi pada mata pelajaran matematika serta Ilmu Pengetahuan Alam dan bukan mata pelajaran bahasa Jawa. Apabila peserta didik mempunyai pola pikir yang seperti itu, maka akan sulit bagi kita khususnya guru bahasa Jawa untuk mengajarkan apalagi menanamkan budaya Jawa. Ini merupakan sebuah tantangan bagi guru-guru bahasa Jawa sendiri untuk mengubah pola pikir peserta didik agar mereka menjadi senang untuk belajar bahkan untuk melestarikan budaya Jawa. Salah satu budaya Jawa yang hampir punah dikalangan remaja adalah tembang macapat. Peserta didik merasa kesulitan dalam mempelajari materi tembang macapat, dari mulai membuat syair tembang macapat dan yang lebih penting lagi adalah cara menembangkannya bagi mereka sangat sulit. Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.

       Berkenaan dengan perkembangan zaman peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari tembang macapat. Hal ini perlu perhatian khusus dalam mempelajari tembang macapat. Tujuannya untuk mempertahankan kebudayaan Jawa khususnya pada tembang macapat. Kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi informasi telah membawa pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman kepedulian peserta didik terhadap warisan budaya Jawa mulai menurun. Hal ini perlu adanya perhatian lebih bagi pendidik (guru) untuk meningkatkan rasa peduli peserta didik terhadap kebudayaan Jawa khususnya tembang macapat. Tugas pendidik dalam rangka optimalisasi proses belajar mengajar adalah sebagai motivator yang mampu mengembangkan kemauan belajar peserta didik, mengembangkan kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar dengan penuh kegembiraan. Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, harus dilandasi oleh beberapa prinsip. Pertama, berpusat kepada peserta didik; kedua, mengembangkan kreativitas peserta didik; ketiga, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; keempat, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, dan kelima, menyediakan pengalaman belajar yang beragam serta belajar melalui perbuatan. 

       Kesulitan belajar tembang macapat ini banyak dialami di berbagai sekolah. Kesulitan yang dialami salah satunya yaitu, menyanyikan (nembang). Setiap peserta didik berhak meraih prestasi yang baik jika mereka tidak dapat belajar secara wajar, terhindar dari beberapa hambatan dan gangguan. Namun yang terjadi pada kenyataannya hambatan dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu, sehingga mereka mengalami kesulitan belajar. Pada tingkat tertentu, memang ada beberapa peserta didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa melibatkan orang lain. Meskipun demikian, pada kasus-kasus tertentu, karena peserta didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh peserta didik.

       Salah satu upaya guru untuk mengatasi kesulitan belajar pada materi tembang macapat khususnya keterampilan menyanyikan tembang tersebut adalah dengan menggunakan teknik sambung gatra. Seperti teknik yang saya gunakan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Ampelgading Kabupaten Pemalang yaitu teknik sambung gatra untuk meningkatkan keterampilan menyanyikan tembang macapat. Yang dimaksud sambung gatra adalah satu tembang macapat dinyanyikan secara berkelompok, dengan satu baris tembang dinyanyikan oleh satu peserta didik. Jadi misalkan tembang tersebut ada tujuh baris maka kelompok tersebut ada tujuh peserta didik. Untuk pemilihan baris pun dengan menggunakan system kocokan angka agar adil. Jadi didalam pembelajaran tersebut ada unsur permainannya ketika memilih baris dengan system kocokan. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik tidak jenuh dalam pembelajaran. Menyanyikan secara berkelompok juga mempunyai tujuan agar peserta didik merasa mudah dan semakin percaya diri dalam menyanyikan tembang tersebut.   



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top