PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SOLUSI ALTERNATIF

Print Friendly and PDF

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SOLUSI ALTERNATIF

Oleh: Siti Nurkayati, S.Pd.

SMP Negeri 5 Satap Matan Hilir Selatan, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat 


Siti Nurkayati, S.Pd.



       Matematika merupakan mata pelajaran yang dapat memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari. Matematika sangat dibutuhkan pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Matematika memiliki peranan yang cukup besar bagi kehidupan para siswa. Tidak hanya sebagai materi pelajaran yang wajib dipelajari disekolah, matematika juga berguna untuk memecahkan masalah siswa dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan yang akan datang (Cahyani & Setyawati, 2017). Oleh karenanya, matematika sangat penting diberikan kepada siswa mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Mengajar dan belajar matematika adalah jantung dari pendidikan. Belajar matematika bertujuan untuk menghubungkan sekolah dengan kehidupan sehari-hari, memberikan akuisisi keterampilan, mempersiapkan siswa sebagai tenaga kerja, dan menumbuhkan pemikiran matematika.

       Dalam pembelajaran matematika terjadi proses komunikasi antara guru dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik yang lain. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan proses belajar mengajar, yang di dalamnya terjadi proses komunikasi antara guru dan peserta didik (Afandi & Samsudin, 2021). Proses pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dalam dunia pendidikan yang patut diperhatikan, direncanakan dan dipersiapkan, karena pembelajaran merupakan penentu utama dalam keberhasilan pendidikan (Hamid, 2013; Damaningsih, 2016). 

       Proses belajar mengajar matematika berhubungan dengan banyak konsep. Konsep matematika memiliki hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Peserta didik menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, karena sifatnya yang abstrak. Pada pembelajaran matematika penguasaan konsep menjadi salah satu problematika yang sering muncul di sekolah menengah pertama. Konsep matematika yang abstrak tersusun secara berurutan dan berjenjang serta diperlukan pembuktian khusus, sehingga dalam proses pembelajaran konsep matematika sebelumnya harus dikuasai karena merupakan prasyarat untuk melanjutkan konsep berikutnya.

       Kualitas pembelajaran memerlukan berbagai upaya untuk mewujudkannya. Upaya tersebut terkait dengan berbagai komponen yang terlibat di dalam pembelajaran (Hikmawati & Syamsurizal, 2013).

       Pemerintah perlu menghasilkan guru yang berkualitas untuk setiap kelas matematika. Guru matematika yang baik harus memberikan pengetahuan prasyarat, mempromosikan pemahaman matematika, terlibat dan memotivasi peserta didik, dan membutuhkan manajemen yang efektif. Jadi guru matematika yang kompeten diperlukan dalam pembelajaran matematika untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas.

        Hasil belajar matematika masih jauh dari harapan, walaupun usaha- usaha pemerintah untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi belajar matematika dalam setiap jenjang pendidikan telah banyak dilakukan, antara lain: revisi kurikulum matematika, penataran guru matematika, penyediaan sarana-prasarana pembelajaran, dan sebagainya. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih rendah. Penggunaan metode yang kurang tepat dalam menyampaikan materi dapat membuat proses belajar mengajar cenderung tidak efektif (Agustyaningrum, 2016).

       Masalah dalam belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu ketidakmampuan belajar yang terletak dalam perkembangan kognitif peserta didik tersebut dan penyebab kesulitan belajar di luar anak atau masalah lain pada peserta didik (Dumont, 1994; Asnawir & Usman B, 2002). Diagnosis ketidakmampuan belajar dapat ditarik dari penilaian global anak termasuk pembelajaran dan konteks sekolah (Mazzocco & Myers, 2003). Diagnosis utama didasarkan pada gabungan penggunaan alat diagnostik (Denburg & Tranel, 2003; Kamphaus, dkk., 2000).

       Banyak peserta didik di semua tingkat pendidikan di negara-negara berkembang memiliki masalah dalam pembelajaran matematika. Masalah yang timbul disebabkan oleh masalah dari dalam dan dari luar diri peserta didik. Masalah akademik dan pribadi peserta didik dalam lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dan diselesaikan dalam sejumlah cara yang berhubungan dengan psikolog pendidikan, konselor sekolah, dan penelitian pendidikan. Biasanya, masalah peserta didik cenderung banyak, beragam dan kompleks dan membutuhkan interdisipliner pendekatan untuk memahami mereka secara memadai. Problematika pembelajaran matematika dapat disebabkan oleh faktor dari peserta didik maupun guru. Salah satu faktor guru yang menimbulkan problematika dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya penguasaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam setiap kelas yang berbeda.

       Problematika pembelajaran matematika di SMP Negeri 5 Satap Matan Hilir Selatan adalah 1). pemahaman konsep matematika yang tidak matang, hal ini mengakibatkan peserta didik tidak memiliki bekal pengetahuan dalam pembelajaran matematika dari jenjang kelas sebelumnya, 2). motivasi belajar yang kurang baik, banyak peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam dalam pembelajaran matematika, 3). penggunaan media pembelajaran belum efektif dalam menarik minat peserta didik untuk belajar, dan 4). penerapan metode pembelajaran belum sesuai dengan karakteristik peserta didik.

        Solusi dari problematika yang tejadi di SMP Negeri 5 Satap Matan Hilir Selatan menurut hasil penelitian adalah 1) pemberian scafollding, pemberian scafollding diberikan untuk peserta didik yang memiliki problematika tentang penguasaan konsep ilmu yang tidak baik dari jenjang kelas sebelumnya sehingga peserta didik lebih memahami materi yang di ajarkan oleh guru, 2) guru memberikan pendekatan personal, memberikan bimbingan dan pendekatan psikologis kepada peserta didik sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran matematika, 3) penggunaan media kontekstual dan berbasis digital misalnya macromedia flash dan game edukasi untuk menstimulus peserta didik dan adanya penyesuaian media pembelajaran dengan materi yang diajarkan, dan 4) penerapan metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sesuai kelas homogen maupun heterogen.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top