PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM MERDEKA

Print Friendly and PDF

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM MERDEKA

Oleh: Muhammad Husein, S.Pd.I

SMA Negeri 1 Wonogiri, Jawa Tengah


Muhammad Husein, S.Pd.I


       Implementasi kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan diantaranya adalah kurikulum tiga bela, lalu pada tahun 2018 menjadi kurikulum tiga belas revisi dan pada saat Indonesia terdampak badai pandemi berubah menjadi kurikulum darurat lalu disempurnakan menjadi kurikulum merdeka belajar (Barlian & Iriantara, 2021). Perubahan kurikulum diharapkan akan mampu mengatasi berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia. Keterpurukan dan ketertinggalan akibat pandemi Covid 19 dapat berimbas pada runtuhnya bangsa sebab negara dengan bonus demografi melimpah seperti Indonesia ini sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting, dan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan peningkatan kualitas pendidikannya (Suwartini, 2017). 

       Upaya tersebut diwujudkan oleh pemerintah dengan penetapan kurikulum merdeka belajar yang akan diberlakukan di seluruh Indonesia meskipun dalam prakteknya nanti sekolah dapat memilih untuk tidak menggunakan kurikulum tersebut. Saat ini ada sekitar 2.500 sekolah penggerak di Indonesia yang telah mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar di lingkungannya, sehingga seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebutpun harus mengacu pada kurikulum merdeka belajar, termasuk mata pelajaran PAI (Rahayu et al., 2021). 

       Sebagai mata pelajaran yang memiliki tujuan untuk membimbing anak menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat bangsa dan negara (Zuhairini et al., 1977) maka mata pelajaran PAI harus mulai berbenah dan menyiapkan diri untuk menyongsong dan menyukseskan kurikulum merdeka belajar tersebut. Materi pelajaran PAI yang sangat luas harus dipilih yang paling esensial dan mendasar untuk dapat dikuasai anak dengan baik sehingga anak memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dalam menyambut era society 5.0. tidak mungkin materi PAI yang luas tersebut dapat diajarkan secara tuntas dalam pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan kemampuan guru untuk menganalisa konten pembelajaran yang paling penting dan mendasar untuk dipahami dan diamalkan oleh anak secara mendalam dalam waktu yang terbatas.

       Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat merangsang sikap kritis siswa. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus berkaitan dengan konteks kekinian serta kebermanfaatan. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat menumbuhkan kreativitas siswa. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus membuat siswa dapat berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat membuat siswa memiliki rasa percaya diri (Darise, 2021). 

       Disamping itu guru PAI juga harus mampu untuk menganalisa capaian pembelajaran yang ditetapkan dalam keputusan kepala BSKAP no. 33 tahun 2022 menjadi sebuah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai dengan jenjang dan fase peserta didik. Capaian pembelajaran ini tidak dibatasi oleh tahun pelajaran namun dikelompokkan dalam bentuk fase sehingga fleksibel dalam pelaksanaannya. Hanya saja apabila seorang guru PAI tidak melakukan screening terhadap kemampuan peserta didik di awalnya maka ia akan kesulitan untuk menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai selama pembelajarannya yang diambil dari capaian pembelajaran tersebut. Untuk mengukur ketercapaian pembelajaran yang diraih, guru PAI wajib membuat asesmen yang mana hasilnya akan dapat digunakan untuk melihat ketercapaian dari tujuan pendidikan yang telah dibuatnya (Uswatun Hasanah, 2022). 

       Dari tujuan pembelajaran yang telah dibuat guru PAI kemudian dapat menyusun indikator-indikator ketercapaian pembelajaran berdasarkan materi esensialnya. Selama ini guru PAI mengajar berdasarkan urutan materi yang ada pada bahan ajar atau buku pegangan bukan berdasarkan pada mana yang paling esensial dan penting untuk diajarkan lebih dahulu. Hal ini berakibat terjadi disharmonis dan tumpang tindihnya materi. Materi yang pertama kali harus diajarkan kepada peserta didik adalah materi akidah atau keimanan karena akidah merupakan pondasi dasar bagi setiap muslim. Dulu hal yang pertama kali dipelajari para Sahabat kepada Nabi adalah pelajaran akidah, hal ini terekam dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah dari Jundub Bin Abdillah beliau berkata, kami adalah remaja yang mendekati baligh, kami belajar iman dulu sebelum belajar Al Qur’an dan saat kami belajar Al Qur’an maka bertambahlah iman kami (Ginanjar & Kurniawati, 2017). 

       Setelah pembelajaran akidahnya kuat maka guru harus mulai mengajarkan pemahaman terhadap Al Qur’an dengan baik. Artiny pembelajaran Al Qur’an dilakukan setelah pembelajaran akidah. Pembelajaran Al Qur’an meliputi pembelajaran membaca, memahami dan mengamalkan sehingga Al Qur’an betul-betul dapat terpraktekkan dengan baik dalam kehidupan peseta didik secara nyata (Rifa’i & Marhamah, 2020). 

       Hal inipun memerlukan identifikasi yang akurat sebab kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an beragam. Ada siswa yang sudah mahir dalam membaca Al Qur’an namun juga masih banyak siswa yang belum dapat membaca Al Qur’an sama sekali. Dalam kurikulum merdeka guru PAI harus memberikan pelayanan secara menyeluruh dan adil kepada semua siswa. Dan layanan ini tidak akan maksimal tanpa melalui identifikasi yang mendalam terhadap kemampuan siswa. 

       Materi selanjutnya yang dapat dipilih untuk diajarkan kepada siswa adalah materi fikih yang berkaitan dengan tata cara ibadah mahdhoh yang hukumnya fardu ‘ain untuk dikerjakan. Meskipun dalam kurikulum merdeka siswa berhak menentukan sendiri proses pembelajarannya namun guru PAI bisa mengarahkan kepada mereka dengan pembelajaran diskusi, problem solving ataupun demonstrasi. Guru dapat menayangkan video pembelajaran fikih yang baik dan benar, lalu meminta siswa mengelaborasi hasil amatannya tersebut kemudian mempraktekkan apa yang diamati dengan baik (Rifa’i & Marhamah, 2020).

       Penerapan kurikulum merdeka dengan baik pada mata pelajaran PAI akan memudahkan guru untuk mengajarkan materi-materi yang pokok dan penting kepada siswa tanpa harus terbebani dengan materi-materi lain yang kurang essensial. Materi pelajaran PAI yang sangat luas akan dikerucutkan menjadi beberapa bagian yang harus disampaikan kepada siswa dengan pembelajaran yang merdeka dan menyenangkan serta mendalam dan tepat sasaran. 



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top