KURANGNYA MINAT MEMBACA

Print Friendly and PDF

KURANGNYA MINAT MEMBACA

Oleh : Amelia Maharani 

Guru SDN Banmati 02, Banmati, Sukoharjo Jawa Tengah

Amelia Maharani 


       Minat baca di negara Indonesia ini cukup rendah. Pasalnya cukup banyak anak sekolah yang tidak memiliki minat dan motivasi dalam membaca. Mereka lebih memilih bermain dibandingkan dengan membaca. Mereka menganggap bahwa membaca tidak memiliki daya tarik di dalamnya, terutama ketika mereka melakukan proses belajar mengajar disekolah. Hal ini dikarenakan jarang sekali kita jumpai guru di sekolah yang ketika mengajarkan tidak menyuruh siswanya terlebih dulu membaca, tapi mereka hanya berpedoman pada silabus yang mereka anggap menjadi panduan di dalam mengajar siswa di sekolah.

       Gerakan Literasi membudayakan membaca dan juga menulis. Budaya membaca dan menulis sebenarnya telah lama dicontohkan oleh para pendahulu sebelum kita karena membaca dan menulis adalah tanda kemajuan sebuah peradaban dunia. Gerakan literasi merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan sekolah sekarang ini, karena tugas guru selain mendidik juga mengiatkan gerakan literasi baca tulis di sekolah mereka.

       Literasi bermula dari kemampuan yang terdapat pada tiap individu dalam sebuah komunitas, seperti seorang siswa dalam suatu sekolah. Siswa yang literasi biasanya akan memiliki kegemaran terhadap aktivitas baca dan juga tulis, sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangan melalui pembiasaan, perkembangannya ataupun pembelajarannya. Kemampuan tersebut akan menjadi kebiasaan yang membentuk suatu pola kemampuan literasi antara satu siswa dan siswa lain, sehingga bukan lagi sekadar kemampuan tunggal, melainkan kemampuan masyarakat, komunitas, atau warga sekolah. Oleh karena itu, budaya literasi adalah sesuatu yang lebih luas dan yang lebih penting daripada sekadar keterampilan teknis membaca dan menulis yang bersifat individualistis.

        Sebuah sekolah akan memiliki nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, sikap atau tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah sehingga membentuk sebuah sistem sekolah. Sifat-sifat atau karakteristik itu merupakan akumulasi pengalaman, pengamatan, dan penghayatan seluruh warga sekolah sejak sekolah tersebut berdiri. Namun, secara umum, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa literasi belum menjadi budaya dalam kehidupan di sekolah. Mengapa hal tersebut terjadi? Hal tersebut terjadi karena salah satu penyebab adalah belum ada panduan literasi sekolah yang aplikatif, yang dapat menjadi acuan dalam implementasi literasi di sekolah.

       Membaca merupakan hal yang sangat penting. Dengan membaca kita dapat mengetahui hal-hal yang belum kita ketahui sebelumnya serta menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Banyak manfaat yang kita dapat dengan membaca. Membaca juga termasuk healing (penyembuhan) untuk menghibur diri. 

       Namun, Indonesia termasuk negara yang masih kurang akan minat membaca. Ini dibuktikan berdasarkan data UNESCO yang menyebutkan Indonesia merupakan urutan kedua terbawah soal literasi dunia. Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia juga menyebabkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia jalan di tempat dan cenderung mundur. 

       Padahal tidak ada salahnya membaca, justru dengan membaca kita banyak mengetahui ilmu-ilmu baru. Seperti kata Najwa Shihab “Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta”. Artinya kita hanya memerlukan satu buku untuk bisa suka pada membaca. Sudah saatnya kita perlu mendorong minat baca masyarakat Indonesia mutlak dibutuhkan. Sebab, kondisi akan rendahnya minat baca ini harus dilakukan perbaikan.

       Mulai dari mendorong peningkatan jumlah produksi buku, memperbanyak kegiatan membaca baik di sekolah maupun di rumah, membuat target berapa buku yang akan dibaca, hingga pengadaan sarana dan prasarana seperti penyediaan buku-buku bacaan dan pelajaran baik di perpustakaan sekolah maupun di taman-taman bacaan. Semoga dengan hal ini diharapkan bisa mendorong kita untuk semakin peduli dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan budaya membaca masyarakat Indonesia.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top