PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTU VIDEO CERITA WAYANG RAMAYANA MAMPU MENINGKATKAN AKTIVITAS, PENGETAHUAN, PEMAHAMAN, KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR

Print Friendly and PDF

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTU VIDEO CERITA WAYANG RAMAYANA MAMPU MENINGKATKAN AKTIVITAS, PENGETAHUAN, PEMAHAMAN, KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR

Oleh : Putri Hidayati, S.Pd.

Guru Bahasa Jawa SMP Muhammadiyah BK Giriwoyo Wonogiri Jawa Tengah


Putri Hidayati, S.Pd.


          Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di sisi lain pendidikan merupakan suatu cara untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan berfikir seseorang khususnya generasi-generasi muda sebagai penerus bangsa. Sukmadinata (2004), mengemukakan pendidikan sebagai upaya, yakni mencerdaskan bangsa menanamkan nilai – nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, ketrampilan memberikan bimbingan, arahan, tuntunan, keteladanan dan lain-lain, (Sukmadinata, N. S, Kurikulum dan pembelajaran kompetensi. 2004 Bandung: Yayasan Kusuma karya). 

        Di lingkungan sekolah pendidikan merupakan salah satu tempat yang dapat mewujudkan peningkatan sumber daya manusia sebagai tenaga terdidik dan terampil karena pendidikan memberikan kesempatan siswa tidak sekedar bertahan hidup dengan kemajuan zaman saja, melainkan membangun kemampuan kerjasama, berkomunikasi, saling menghormati, toleransi, religius dan berakhlak mulia. 

       Keberhasilan dalam pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran di sekolah, yang didalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik), siswa (peserta didik), materi (bahan), media (alat/sarana), dan metode pembelajaran atau pola penyampaian bahan ajar. Dalam proses belajar mengajar siswa mendapatkan sejumlah pengetahuan, nilai keteladanan yang membentuk sikap serta keterampilan yang berguna baginya dalam menyikapi berbagai permasalahan kehidupan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang menjadikan para pembelajarnya memperoleh penguasaan konsep tentang apa yang diajarkan. Proses pembelajaran dewasa ini memberikan ruang untuk berkembangnya keterampilan abad XXI yaitu kreatif, inovatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, kolaboratif dan komunikatif guna menyongsong era revolusi industri 4.0. Kompetensi abad XXI menekankan pada pengembangan pendidikan karakter peserta didik yang meliputi integritas, religius, nasionalisme, mandiri dan gotong royong.

        Sebagai pekerja profesional, guru yang baik akan berusaha memaksimalkan  dalam berinovasi meningkatkan pola kinerjanya dalam proses pembelajaran baik perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian, (Salman 2008).  Selain itu guru juga harus memfasilitasi dirinya dengan seperangkat pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan tentang keguruan. Selain harus menguasai substansi keilmuan, guru juga harus menguasai metode-metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, (Sardiyo dan Pannen, 2005, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara). Hal ini diperkuat oleh salam  (2008) yang mengemukakan bahwa sebagus apapun kurikulum (official) hasilnya sangat berpengaruh pada bagaimana aksi dan reaksi guru  dan siswa yang ada di dalam kelas (actual). Salah satu kompetensi yang harus dikuasai pendidik adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.  Menurut Sudjana metode adalah cara yang dipergunakan pendidik dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya belajar, (Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung sinar Baru Algesindo, 1995). Tujuannya adalah pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, serta  tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh seluruh siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa.  

       UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sitem pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat muatan lokal (Mulyani, Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008. Hal 18). Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan masing-masing daerah. Bahkan di propinsi Jawa Tengah menjadi mulok wajib bagi semua jenjang pendidikan. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari berbagai bahasa daerah di Indonesia yang terus dilestarikan oleh pemerintah. Salah satu upaya pemerintah dalam melestarikan dengan mengajarkannya di lembaga pendidikan formal. Melalui pelajaran Bahasa Jawa yang telah diterapkan di sekolah  perlu kita dukung dan kita galakkan supaya budaya daerah tidak hilang ditelan oleh zaman.          

       Penulis sebagai guru mata pelajaran bahasa Jawa semester genap tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Muhammadiyah BK Giriwoyo Wonogiri saat melaksanakan proses pembelajaran selalu melakukan inovasi maupun memanfaatkan bermacam media berbasis teknologi informasi memilih metode yang tepat dengan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Seperti pada saat guru menyampaikan materi tentang ”Cerita Wayang Ramayana’’ penulis memilih mendesain pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing berbantu media berupa video cerita wayang ramayana. Alasan pemilihan tersebut karena pada pertemuan pertama beberapa siswa tidak aktif dan kurang fokus dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga menurunkan daya serap, pengetahuan, pemahaman konsep, keterampilan maupun hasil belajar siswa. Penurunan hasil belajar tersebut diketahui saat memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa kelas VIII A  dengan jumlah 17 anak, hanya sekitar 80% yang terlihat aktif dan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga mereka menguasai materi dan mampu menjawab soal dengan mendapat nilai rata-rata 85 diatas kkm, sedangkan 20% siswa belum memahami materi sehingga nilainya masih di bawah kkm. Melihat kondisi diatas penulis melakukan evaluasi pembelajaran, kemudian penulis merubah metode pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dengan menerapkan metode pembelajaran Role Playing berbantu video cerita wayang ramayana sehingga menarik minat belajar dan situasi pembelajaran menjadi aktif, kretaif dan menyenangkan sehingga meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta hasil belajarnya.                

       Model pembelajaran  Role playing, menurut Roestiyah NK 2008:90 (Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rieneka Cipta) Siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antara manusia. Atau dengan Role Playing siswa bisa berperan memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial/ psikologis itu. Selain itu model ini  sebagai salah satu bentuk aktifitas dimana siswa membayangkan  dirinya seakan-akan berperan sebagai orang lain. Pada model ini titik fokusnya terletak pada keterlibatan emosional serta pengamatan indera dalam situasi permasalahan nyata yang dihadapi. Harapan dengan model ini siswa bisa mengeksplorasi perasaannya, mendapatkan wawasan tentang nilai, sikap dan persepsinya, mengembangkan sikap, ketrampilan berbicara atau berkomunikasi dan terampil dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Sedangkan Video Cerita Wayang Ramayana disini merupakan video yang diambil dari berbagai sumber internet yang relevan sesuai materi, kemudian  dibuat sedemikian rupa dengan dilengkapi fitur-fitur dan tampilan agar lebih menarik mudah dipelajari siswa dimana dan kapan saja.

       Adapun langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan penulis: 1) Guru membuat dan menyiapkan video dan sarana pembelajaran yang lain. 2) Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran. 3) Untuk menarik perhatian guru memutar video cerita wayang ramayana, kemudian guru mamaparkan materi dilanjutkan mengidentifikasi masalah, menjelaskan, menafsirkan cerita, menjelaskan peran-peran yang akan dimainkan oleh siswa. 4) Guru mendiskripsikan barbagai watak atau karakter siswa, apa yang mereka suka, bagaimana merasakan, apa yang harus dikerjakan, dan memberi kesempatan siswa untuk menjadi pemeran. 5) Guru menyusun tahap peran baru, pemeran  menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan dengan berbicara yang sesuai materi. 6) Guru menyiapkan pengamat, pengamat harus dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita. 7) Pemeranan, siswa sudah mulai beraksi dan guru harus mengatur waktu dalam pemeranan ini. 8) Diskusi evaluasi, guru mengajak diskusi setelah diperankan dan memberi reward dan motivasi. 9) Di akhir kegiatan guru memberi kesimpulan dan memberi penguatan, reward dan motivasi.

       Pembelajaran dengan metode Role Playing berbantu video cerita wayang ramayana mampu menarik perhatian dan motivasi serta aktivitas siswa dalam belajar. Langkah-langkah pembelajarnnya telah menanamkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, tanggung jawab serta hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat setelah guru mengadakan ulangan harian pada materi tersebut pada seluruh siswa kelas VIII A dengan jumlah 17 anak seluruhnya mampu mendapatkan nilai 90 melampaui batas KKM. Peningkatan yang kain ada pada kedisiplinan, peningkatan karakter disiplin, tanggung jawab dan gemar membaca sejarah. Untuk itu tidak ada salahnya penulis mengajak guru untuk menerapkan metode tersebut.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top