UNIKNYA KUDA KEPANG INDANG PURWO SARI DI KABUPATEN BANYUMAS

Print Friendly and PDF

UNIKNYA KUDA KEPANG INDANG PURWO SARI DI KABUPATEN BANYUMAS 

Oleh : Prastiti Ade Kusumaningrum, S.Pd

Guru SMP Negeri 3 Kalibagor Banyumas, Jawa Tengah

Prastiti Ade Kusumaningrum, S.Pd


       Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, sebagaimana dapat dilihat fungsinya dalam kehidupan manusia. Kesenian adalah pedoman hidup bagi masyarakat pendukungnya dalam mengadakan kegiatan, yang isinya adalah perangkat-perangkat model kognisi, sistem simbolik atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan secara historis (Rohidi 2000:29). Kesenian berasal dari kata seni. Menurut Lestari (2001:14) Seni sebagai sesuatu yang halus dalam keahlian membuat karya yang bermutu, serta kesungguhan untuk mencipta sesuatu yang bernilai tinggi, juga merupakan bentuk budaya cipta dan kreativitas manusia yang berisi cipta, rasa, dan karsa. 

       Kabupaten Banyumas memiliki banyak bentuk kesenian. Bentuk kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas menggambarkan karakteristik dari daerah Banyumas. Kesenian yang ada di Kabupaten Banyumas salah satunya  adalah kesenian Ebeg atau Kuda Kepang. Kesenian kuda kepang adalah salah satu kesenian tradisional kerakyatan di daerah Jawa Tengah, namun kesenian kuda kepang juga dimiliki oleh daerah lain dan memiliki sebutan yang berbeda-beda pada setiap daerah. Ada yang menyebut dengan sebutan “Kuda Lumping”, “Jathilan”, “Sanghyang”, dan “Kuda Kepang atau Ebeg”. Di daerah Kabupaten Banyumas masyarakat menyebut dengan sebutan Kuda Kepang atau lebih dikenal dengan “Ebeg”.

       Kabupaten Banyumas merupakan daerah yang memiliki banyak kelompok kesenian kuda kepang. Ada beberapa kelompok kesenian kuda kepang salah satunya kesenian kuda kepang yang ada di Desa Cindaga Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas, yaitu kelompok kesenian kuda kepang “Indang Purwo Sari”. 

       Kelompok kesenian kuda kepang Indang Purwo Sari merupakan kesenian kerakyatan yang memiliki bentuk pertunjukan yang variatif dan menarik untuk disaksikan, sehingga kelompok kesenian Kuda Kepang Indang Purwo Sari mampu bersaing dengan kelompok kesenian lainnya dan sampai sekarang masih sering melakukan kegiatan pementasan. 

       Kelompok kuda kepang Indang Purwo Sari dibentuk oleh Bapak Martoyo pada tahun 2002. Kelompok kuda kepang Indang Purwo Sari terdaftar sebagai organisasi kesenian di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas pada tahun 2003. Kesenian kuda kepang Indang Purwo Sari dibentuk dengan tujuan untuk nguri-nguri budaya atau melestarikan kebudayaan daerah. Selain untuk nguri-nguri budaya tujuan dibentuk kuda kepang Indang Purwo Sari untuk mencegah generasi muda Desa Cindaga melakukan perbuatan negatif, sehingga dibuat kelompok kesenian agar masyarakat memiliki kegiatan yang bermanfaat.

       Bentuk pertunjukan kesenian kuda kepang Indang Purwo Sari adalah salah satu kesenian tradisional kerakyatan yang ada di Kabupaten Banyumas. Bentuk pertunjukan kuda kepang Indang Purwo Sari memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda dengan kuda kepang lain, yaitu adanya adegan dua jenis kesurupan, adegan sintren, atraksi pecutan, dan atraksi kalongan. Bentuk Pertunjukan Kuda Kepang Indang Purwo Sari terdiri dari tiga babak, yaitu babak jogedan, babak mabokan, dan babak werna-werna. Babak jogedan berisi tarian pembuka pertanda dimulai pertunjukan. Babak mabokan merupakan babak dimana pemain mengalami kesurupan. Babak werna-werna adalah babak dimana ada banyak adegan yang dimainkan pemain kuda kepang, diantaranya adegan dua jenis kesurupan, adegan sintren, atraksi pecutan, dan atraksi kalongan. Masing-masing babak memberikan tampilan yang berbeda, karena adanya atraksi dan trance yang dialami dan dilakukan pemain. 

       Pelaku dalam bentuk pertunjukan kuda kepang Indang Purwo Sari meliputi penari, pemusik, dan pawang, semuanya adalah laki-laki, kecuali hanya penyanyi sinden yang berjenis kelamin perempuan. Gerak tari dalam pertunjukan kuda kepang Indang Purwo Sari terdiri dari 11 ragam gerak, yaitu sembahan, lumaksana, miwir sampur, ukel separo, ukel laju, doyong sampur, engkreg panggon, dan ancang-ancang. Musik yang digunakan dalam pertunjukan kuda kepang Indang Purwo Sari bernuansa gendhing Banyumasan. Tata rias menggunakan rias korektif. Busana meliputi jamang, sumping, hem putih, rompu bludru, stagen, sabuk, celana pendek, kain bermotif kotak, sampur, kaos kaki, sepatu. Tempat pementasan. bertempatan dikediaman pemilik hajat. Properti yang digunakan dalam pertunjukan  yaitu jaranan, topeng penthul, kalongan, kurungan sintren, dan barongan. Tata suara dalam pertunjukan kuda kepang Indang Purwo Sari menggunakan soundsystem sebagai pengeras suara. Penonton yang menyaksikan kuda kepang Indang Purwo Sari terdiri dari anak kecil, remaja, dewasa, dan orangtua.

       Keunikan yang telah dimiliki oleh kuda kepang Indang Purwo Sari sangat perlu dijaga eksistensinya. Besar harapan dari penulis, agar masyarakat desa yang sudah berpartisipasi aktif terhadap kegiatan kesenian kuda kepang Indang Purwo Sari sebaiknya mulai ikut belajar berkesenian, khusunya bagi generasi muda, agar kesenian tetap terjaga dan kelompok Indang Purwo Sari memiliki generasi penerus. 

 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top