TUJUH KRITERIA GURU IDEAL

Print Friendly and PDF

TUJUH KRITERIA GURU IDEAL

Oleh : Indah Ratna Pamungkas, S.Pd

SDN 05 Karangrejo, Kerjo, Karanganyar Jawa Tengah

Indah Ratna Pamungkas, S.Pd


       Umumnya, yang disebut guru ideal adalah guru yang mampu menguasai materi; mampu menguasai kelas; mempunyai wawasan yang luas; kreatif; inovatif; dan memiliki karakter-karakter positif lainnya. Guru ideal adalah guru yang ketika tidak datang ke sekolah akan membuat peserta didik sedih, ketika belum datang dinanti-nanti oleh peserta didik, dan ketika mengajar membuat peserta didik bahagia.

       Pandangan terhadap kriteria guru ideal itu berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah:

       Pertama, guru dituntut untuk bisa menjadi panutan atau role model bagi para peserta didik dalam hal kedisiplinan, mengajar, dan tata cara berbicara. Guru adalah cermin bagi peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai karakter yang baik. Untuk mewujudkan itu memang tidak mudah, perlu banyak pengorbanan, baik dari segi materi, waktu, tenaga, dan pikiran. Guru juga perlu memiliki kepercayaan diri dan kemampuan menguasai materi ajar (kompeten terhadap materi). Bila guru terlihat tidak menguasai materi ajar, peserta didik tidak akan tertarik untuk mempelajari materi tersebut. Tentunya hal itu ditunjang dengan persiapan administrasi yang matang sebelum proses belajar-mengajar.

       Kedua, guru perlu menjaga penampilan agar menarik dan rapi sehingga peserta didik betah mengikuti pengajaran. Guru juga perlu murah senyum agar peserta didik dapat lebih nyaman menyimak materi yang disampaikan.

       Ketiga, guru yang disukai peserta didik, kebanyakan, adalah guru yang humoris. Guru yang mampu menyampaikan candaan yang tidak menyinggung siapa pun, dan disampaikan pada tempat dan saat yang tepat. Humor akan membawa proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak kaku.

       Keempat, guru yang inovatif, yaitu mampu menggunakan model pembelajaran yang tidak membosankan dan bisa menciptakan hal-hal yang baru dalam proses belajar-mengajar. Guru dituntut untuk mampu meningkatkan mutu pembelajaran melalui inovasi pembelajaran, seperti alat peraga, model pembelajaran inovatif, dan metode atau strategi mengajar yang efektif. Misal, memanfaatkan LCD atau belajar di luar kelas (menggunakan metode variatif) sehingga para peserta didik lebih senang dan bersemangat dalam belajar. Melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif ataupun penggunaan alat-alat peraga yang bervariasi, suasana belajar akan lebih bersifat student-centered.

       Kelima, memiliki  mengajar. Suatu pekerjaan akan terasa indah dan bermakna apabila dikerjakan dengan penuh semangat. Sosok guru ideal tentunya memiliki semangat dalam mengajar; tidak ada kata menyerah dalam melakukan sesuatu. Semangat adalah energi positif yang akan terus mendorong guru tersebut menjadikan para peserta didiknya berhasil.

       Semangat yang guru miliki membuat mereka melakukan segala pekerjaan dengan senang hati meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi. Guru yang tidak memiliki semangat mengajar akan merasa pekerjaannya melelahkan dan membosankan.

       Keenam, guru harus mampu memotivasi para peserta didik dengan kata-kata bijak. Selain itu, juga dari pengalaman tokoh-tokoh yang tadinya tidak berdaya lalu berhasil mencapai kesuksesan. Cerita-cerita seperti itu mampu membuat peserta didik lebih tertarik dengan materi pembelajaran.

       Ketujuh, guru yang terbuka, maksudnya guru tidak hanya menguasai satu bidang saja namun harus mempunyai pengetahuan yang luas terhadap keadaan terkini, mampu menjawab semua tantangan zaman dengan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi yang semakin maju (adaptif dengan zaman), persiapan yang matang adalah modal utama bagi seorang guru.

       Bila guru mampu melakukan berbagai tips tersebut secara konsisten, maka ia berhasil membuat dirinya menjadi guru ideal. Namun faktanya terdapat sejumlah guru yang belum memenuhi kriteria tersebut, masih banyaknya guru yang tidak disiplin waktu, datang dan pulang tidak sesuai dengan beban kerja, juga ketika masuk dan keluar kelas semaunya sendiri. Tak sedikit pula guru yang asal mengajar saja tanpa mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sering kali mengabaikan administrasi kelas. Selain itu, dalam penggunaan metode dan model pembelajaran masih monoton, masih banyak guru yang belum melek informasi sehingga enggan untuk berinovasi mengikuti perkembangan dunia pendidikan saat ini. 

       Sekarang merupakan zaman milenial, dimana akses informasi sudah dengan mudah untuk didapatkan. Hanya dengan sekali ‘klik’ apa yang diinginkan, sudah terpampang jelas di layar gadget. Namun, hal itu tidak mampu menggantikan peran seorang guru yang mengajar, mendidik, dan membina peserta didik. Walaupun anak zaman now (sekarang) sudah dimanjakan dengan teknologi gadget, tetapi guru tetap berada pada posisi pertama sebagai pembentuk karakter, pemberi pengetahuan, serta menjadi motivator bagi peserta didik. 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top