BLENDED LEARNING DI MASA PANDEMI UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Print Friendly and PDF

BLENDED LEARNING DI MASA PANDEMI UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS 

Oleh : Muryanti, S.Pd

Guru SMP Muhammadiyah 1 Kebumen, Jawa Tengah

Muryanti, S.Pd


       Pandemi Covid-19 memaksa seluruh sektor untuk berhenti beroperasi. Tidak terkecuali dunia pendidikan. Saat ini, pemerintah Indonesia terus-menerus mengalami peningkatan jumlah kasus positif Covid-19.

       Sistem pembelajaran selama pandemi kini telah berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pembelajaran di dalam kelas yang semula dengan pendekatan tatap muka menjadi tatap maya dengan menggunakan teknologi seperti video conference atau web conference. Begitu juga pembelajaran di luar kelas juga memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi. Siswa secara mandiri mencari informasi dengan melihat di televisi atau video, membaca di media cetak maupun online, dan mendengarkan radio atau podcast.

       Namun sayang, dalam pembelajaran dari rumah ini, kegiatan belajar mandiri secara kolaboratif antarsiswa menjadi sangat minim. Karena keterbatasan media pembelajaran kolaboratif secara daring. 

       Salah satu metode pembelajaran yang dinilai efektif untuk PJJ adalah metode blended learning. Sebenarnya, metode ini sudah mulai dirancang dan diterapkan awal abad ke-21. Namun, seiring dengan merebaknya wabah Covid-19, metode yang satu ini dikaji lebih dalam lagi, karena dinilai bisa menjadi salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk para pelajar di Indonesia.

       Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka maya melalui video conference. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain.

       Blended learning berasal dari kata blended (perpaduan) dan learning (pembelajaran). Dengan kata lain, blended learning dapat dimaknai sebagai pembelajaran kombinasi. Yaitu kombinasi pembelajaran secara tatap muka di kelas dan pembelajaran secara daring dengan menggunakan aplikasi komputer yang tersambung dengan internet.

       Harriman (2004) memaknai blended learning sebagai penggabungan pembelajaran dengan beberapa cara penyampaian untuk memberikan pengalaman yang efektif dan efisien kepada siswa yang digabungkan dapat berupa teknologi pengajaran. Seperti pengajaran pembelajaran tatap muka, pengajaran dengan video, dengan CD-Rom, dengan file, dan yang sumbernya diunduh dari internet. Penyajiannya di kelas dapat secara luring atau secara daring.

       Salah satu media yang digunakan guru selama pandemi yaitu aplikasi Google Classroom dan Google Meet. Aplikasi ini dianggap mampu memenuhi persyaratan pembelajaran dengan pendekatan blended learning. Adaptasi metode blended learning harus dapat dilakukan guru, siswa, dan orang tua. Problematika yang muncul selama PJJ menggunakan metode blended learning akan teratasi jika ada kolaborasi yang baik antara guru, siswa, dan orang tua. Hal ini akan memberikan dampak yang baik pada semua aspek.

       Tahap selanjutnya, masuk ke aktivitas atau pembelajaran inti (main activity). Siswa diajak untuk mendiskusikan topik yang akan dibahas. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan pengetahuan awal siswa (pre-test). Topik diskusi dapat dilakukan melalui   aplikasi Google Meet atau Google Classsroom.

       Langkah selanjutnya membaca pemahaman. Dapat dilakukan individu dengan waktu tertentu pada saat pembelajaran berlangsung. Sambil siswa membaca teks cerita bergambar yang ada dalam buku, siswa juga diperdengarkan bentuk percakapan yang ada dalam cerita bergambar  tersebut. Setiap siswa diminta untuk mengulang mebaca kembali cerita bergambar tersebut, agar guru dapat mengetahui spelling (ejaannya). Pertanyaan pemahaman bisa mengenai who, why, what, where, when, how yang berhubungan dengan isi teks.

        Langkah terakhir, penutup (clossing). Guru menanyakan kembali apa yang sudah dipelajari siswa pada hari itu dan memberikan informasi terkait materi yang akan dipelajari siswa pada pertemuan berikutnya. Guru juga menginformasikan kepada siswa bahwa siswa diberikan tugas terkait materi hari itu yang dapat mereka lihat di tugas kelas (classwork) pada Google Classroom.

       Assesment (Penilaian) dilakukan melalui media Google Classroom, saat siswa telah berhasil menjawab pertanyaan di tugas kelas, tidak lupa guru memberikan apresiasi berupa kata ataupun emoticon yang membangkitkan semangat, misalnya kata very good, good job, perfect, well done, awesome, dan lain sebagainya. Apresiasi ini sangat penting karena hal ini menunjukkan bahwa hasil kerja siswa dihargai oleh guru. Pemberian masukan/timbal balik yang postif juga mampu membuat interaksi guru dan siswa menjadi lebih terbuka dan lebih rileks. 



2 komentar:


Top