Posted by CB Magazine on Jumat, 14 Desember 2018 |
Pendidikan
 |
Pembicara seminar nasional saat foto bersama Rektor Univet Bantara Sukoharjo dan panitia |
Hindari Hoax Dalam Komunikasi Politik
Sukoharjo-majalahlarise.com-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Univet Bantara Sukoharjo menggelar seminar nasional bertajuk Komunikasi Politik di Era Digital.
Seminar itu menghadirkan
pemateri Prof. Dr. Hendri Subiakto Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum,
Prof. Perwito Guru Besar Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drs. Muh Toha, S.Sos, M.Si Anggota DPR RI Komisi III dan Drs. Bono Setyo, M.Si, Ketua
Umum AKSIKOPTI. Kamis (13/12/2018) di Brothers Hotel Solo Baru.
Dalam penyampaian
materi, Prof. Dr. Hendri Subiakto menjelaskan diera digital saat ini dalam
berkomunikasi politik banyak berita bohong atau hoax di media sosial. Ciri hoax
adalah menimbulkan kebencian dan kekhawatiran yang memunculkan sensitivitas dan
aksi.
“Hoax itu bisa muncul ketika teknologi
memungkinkan semua orang bisa nyebar bisa membuat. Penyebar hoax bisa dilacak lewat emailnya ketika
mendaftar dan nomor telepon. Selain itu
perilakunya dapat diketahui melalui big data. Itu yang membedakan media-media
digital dengan media masa lalu. Perusahaan digital big data menjadi
kekuatannya,” ujarnya.
Dikatakan pula, dalam
berpolitik menggunakan big data tidak perlu lagi surve karena klik like
mendukung salah satu kandidat masuk algoritma mendukung bisa dipilah dan itu
real time.
“Big data
sangat penting karena kekuatan negara atau perusahaan tergantung data real time
yang bisa digunakan untuk mengambil kebijakan, keputusan. Di Indonesia datanya ada di Amerika saat ini pemerintah diupayakan
sedang dibuat regulasi menarik data-data itu di Indonesia,” katanya.
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Perwito menyampaikan budaya komunikasi menggunakan media
baru spektakuler memiliki dampak lebih banyak digunakan untuk pemasaran politik.
Dia mencontohkan diera tahun 70-an media cd room dan kaset menjadi media baru
kala itu dan sekarang sudah dianggap tua yang digunakan untuk penyampaian pesan
politik.
“Waktu
beda, kebudayaan juga beda. Kebudayaan itu diwariskan ke generasi
sekarang sampai kapanpun melalui sosialisasi dengan media baru,” ungkapnya.
Anggota DPR RI
Komisi III, Drs. Muh Toha,
S.Sos, M.Si mengatakan komunikasi digital menunjukkan popularitas bukan
eksabilitas. Namun silaturahmi merupakan strategi efesien politik. Maka dalam komunikasi politik tidak boleh
sembarangan harus sesuai tempatnya.
“Politik
itu baik, santun, etis sesuai platfon partainya masing-masing mempunyai tata krama dan ungah-ungguh atau tata tertib
berpolitik,” ujarnya.
Sementara itu, Drs.
Bono Setyo, M.Si, menjelaskan saat ini komunikaai politik hoax bagian dari strategi politik. Oleh sebab itu, akademisi yang
hidup di perguruan tinggi melek
pendidikan harus melakukan
literasi media.
“Hoax menjadi
bagian budaya timur. Orang senang
sekali membicarakan aib orang. Solusinya komunikasi bermatabat tokoh
politik, hindari komunikasi
politik dengan hoax, Jangan memilih tokoh yang hoax. Antisipasi selalu mencari
kebenaran, dan selalu pakai logika,”
terangnya.
Di tempat yang
sama, Rektor Univet Bantara Sukoharjo, Prof. Dr. Ali Mursyid WM, MP mengatakan
melalui seminar nasional diharapkan ketika berpolitik dapat berkomunikasi
dengan baik sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Sehingga ketika
menjadi politisi diawali proses komunikasi yang baik akan menjadi politisi yang baik.
Ketua Pelaksana,
Dr. Yoto Widodo menuturkan tahun 2019 merupakan tahun politik maka komunikasi politik sangat
penting sekali terutama dikaitkan dengan pemilih pemula. Sebab pemilih pemula golputnya sangat besar.
“Antisipasi
golput dengan meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula melalui sosialisasi komunikasi politik secara
formal maupun non formal seperti melalui seminar,” katanya. (Sofyan)
Tidak ada komentar: