GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
News
![]() |
| Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menghadiri pelantikan Pengurus Wilayah Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Jawa Tengah. |
Ahmad Luthfi Soroti Masih ada 31 Puskesmas Tanpa Dokter Gigi di Jateng
Semarang — majalahlarise.com - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menghadiri pelantikan Pengurus Wilayah Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Jawa Tengah bersama pengurus cabang PDGI se-Jawa Tengah, di Hotel Metro, Sabtu (13/12/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Luthfi menyoroti belum meratanya layanan kesehatan gigi dan mulut di Jawa Tengah, yang ditandai dengan masih adanya puskesmas yang belum memiliki dokter gigi.
“Selamat atas dilantiknya Pengwil PDGI Jateng. Profesi kedokteran gigi ini penting. Masyarakat harus memiliki aspek pre-emptif dan preventif. Orang di desa sakit gigi baru periksa kalau sudah bengkak, termasuk saya,” ujar Luthfi dalam sambutannya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK), masih terdapat 31 puskesmas di Jawa Tengah yang belum memiliki dokter gigi, meskipun jumlah dokter gigi di provinsi ini telah mencapai 3.107 orang.
“Dokter gigi di puskesmas itu stigmanya berat karena bisa melayani tujuh hingga sembilan desa. Karena itu, saya ingin di masing-masing desa ada dokter. Dari situ kami menggagas program Speling,” tegas Luthfi.
Kondisi tersebut menunjukkan perlunya penguatan peran organisasi profesi dalam mendorong pemerataan layanan kesehatan gigi dan mulut.
Luthfi mendorong PDGI untuk memperkuat peningkatan literasi kesehatan gigi dan mulut di masyarakat serta memperluas layanan promotif dan preventif.
“Basis pelayanan masyarakat itu bukan di kota, tetapi di desa. Program Speling ini selaras dengan program Presiden, yakni Cek Kesehatan Gratis,” ucapnya.
Selain itu, pengembangan inovasi layanan seperti tele-dentistry, pemanfaatan rekam medis digital, dan layanan berbasis teknologi dinilai penting untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas.
Sinergi antara PDGI, pemerintah daerah, dan organisasi profesi kesehatan lainnya juga menjadi perhatian, seiring pentingnya penegakan etika profesi, peningkatan mutu pelayanan, dan penguatan kompetensi dokter gigi.
“Seluruh dokter spesialis di rumah sakit provinsi, kabupaten, kota, dan swasta kita bahu membahu, dengan prioritas desa termiskin yang tidak terjangkau layanan kesehatan,” ujar Luthfi.
Ia juga meminta Pengwil PDGI Jawa Tengah segera menyerahkan roadmap kedokteran gigi agar menjadi skala prioritas dan terlibat aktif dalam program Speling.
“Orang kampung itu kalau sakit gigi kadang cuma dikasih puyer, atau jempolnya diikat kencang. Jadi sembuhnya karena kersaning Allah,” kata Luthfi.
Luthfi berharap pengurus yang baru dilantik dapat mewujudkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, terutama dalam aspek pencegahan.
“Selamat mengabdi untuk bangsa dan negara. Semoga pengurus baru memberikan manfaat bagi masyarakat Jawa Tengah,” ucapnya.
Sementara itu, Pengurus Besar PDGI mengapresiasi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi atas gagasan program Speling.
“Luar biasa yang dikembangkan di Jawa Tengah. Ada dokter spesialis keliling. Ini patut dicontoh daerah lain,” ujar Sekretaris Jenderal PB PDGI, drg. Eka.
Ia juga mengapresiasi soliditas Jawa Tengah dalam aksi kemanusiaan.
“Saya baru pulang dari kunjungan lokasi bencana di Sumatera. Jawa Tengah menyumbang terbesar, Rp150 juta dari teman sejawat. Daerah lain tidak sampai sepertiganya,” kata drg. Eka.
Ia berharap pengurus baru PDGI Jawa Tengah dalam lima tahun ke depan dapat memberikan kontribusi nyata.
“Yang dilantik ini orang-orang luar biasa. Mau bekerja untuk PDGI yang melelahkan dan tanpa honor. Semoga pengabdian ini berbalas keberkahan bagi keluarga,” ujarnya.
Data terakhir menunjukkan capaian program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Jawa Tengah telah menjangkau sekitar 10.878.489 jiwa hingga awal November 2025.
Sementara itu, program Speling (Dokter Spesialis Keliling) telah menjangkau 722 desa dengan total sasaran sekitar 73.813 jiwa hingga 5 November 2025.
Adapun hingga akhir Juni 2025, Speling telah melayani 17.900 orang di 152 desa dari 32 kabupaten/kota, sementara 3,8 juta jiwa masyarakat Jawa Tengah memanfaatkan layanan CKG. (Hum/ Sofyan)
News
Wagub Jateng Tegaskan Penghafal Al Quran Berhak Terima Bisyarah Meski Bukan Warga Jateng
Semarang - majalahlarise.com - Bisyarah untuk para penghafal Al Quran, akan diberikan kepada semua santri yang melaksanakan hafalan di Jawa Tengah. Tidak memandang warga Jawa Tengah atau luar Jawa Tengah.
"Selama melakukan hafalan di Jawa Tengah, tidak memandang KTP mana, tetap dapat hadiah," kata Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maemoen saat memberikan sambutan Haflah Khotmil Qur'an Madrasah Qur’anil Majid (MQM) Ponpes Assalafiyyah Al Mas'udiyyah Putri 02 dan Ponpes Blater Madinatul Qur'an ke 6,di Pondok Pesantren Blater Madinatul Qur’an Bandungan, Kabupaten Semarang, Sabtu 13 Desember 2025.
Siapa saja yang menghafal Al Quran di Jawa Tengah, lanjutnya, memiliki hak untuk mendapatkan bisyarah dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Harapannya, agar kebaikan dari Al Quran tersebut akan membawa berkah bagi jalannya pemerintahan.
Program bisyarah untuk penghafal Quran, telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Bisyarah tersebut berupa hadiah sebesar Rp 1 juta, kepada penghafal 30 juz.
Pemprov Jateng juga memiliki program beasiswa untuk santri untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, baik kampus dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam sambutannya, Gus Yasin menyampaikan, bagaimana Al Quran membawa umat kepada kemuliaan.
Dia mencontohkan, sahabat Nabi Muhammad yang masuk dalam katagori inklusi. Ada Abdullah Bin Mas'ud, yang tubuhnya kecil, dan kondisi fisiknya sering diolok-olok orang. Siapa sangka, justru menjadi ulama yang masyhur, dan sahabat nabi yang disegani.
Sahabat lainnya, Abu Hurairah, yang intelektualnya tidak menonjol. Bahkan, jika di tes, IQ nya di bawah rata-rata. Namun demikian, kata Gus Yasin, justru menjadi perawi hadits terkemuka.
"Pendidikan inklusi sudah diajarkan Nabi Muhammad sejak dahulu. Dan ini diimplementasikan oleh pondok pesantren, dengan menjadi pelopor pendidikan inklusi. Siapa pun diterima untuk belajar Al Quran, tidak hanya kalangan yang hebat," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, diberikan bisyarah kepada tujuh penghafal 30 juz Al Quran. Tasyakuran juga menghadirkan 86 penghafal 30 juz binnadzri, dan 145 penghafal juz 30 bil ghoib.
Tasyakuran ditutup dengan doa khotmil Quran oleh Dr KH Mu'tashim Billah, pengasuh pondok pesantren Sunan Pandanaran Sleman, Yogyakarta. (Hum/ Sofyan)
Pendidikan
![]() |
| Aksi kemanusiaan kreatif dilakukan para relawan dengan mengenakan kostum tokoh superhero dan pewayangan Gatotkaca saat berkeliling sekolah dasar di Kabupaten Sukoharjo. |
Superhero Dongeng Kemanusiaan Galang Bantuan Anak Korban Bencana Aceh–Sumatra
Sukoharjo – majalahlarise.com - Aksi kemanusiaan kreatif dilakukan para relawan dengan mengenakan kostum tokoh superhero dan pewayangan Gatotkaca saat berkeliling sekolah dasar di Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (13/12/2025). Kegiatan bertajuk Superhero Dongeng Kemanusiaan ini bertujuan menggalang bantuan bagi anak-anak pengungsi korban bencana banjir di wilayah Aceh dan Sumatra.
Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB di SD Negeri Gayam 05 Sukoharjo dan dilanjutkan pukul 09.00 WIB di SD Negeri Banmati 02 Sukoharjo. Ratusan siswa dari dua sekolah tersebut mengikuti rangkaian acara yang dikemas edukatif dan menghibur melalui dongeng, doa bersama, serta penggalangan donasi secara sukarela.
Para relawan menyampaikan pesan kemanusiaan melalui cerita dongeng anak yang sarat nilai empati dan solidaritas. Anak-anak diajak memahami kondisi saudara sebaya mereka di Aceh dan Sumatra yang terdampak bencana, sebelum kemudian menitipkan donasi kepada para “superhero” untuk disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo.
Koordinator aksi, Danar, mengatakan kegiatan ini sengaja menyasar sekolah dasar agar kepedulian sosial dapat tumbuh sejak dini.
“Ini adalah wujud kepedulian anak-anak Sukoharjo kepada anak-anak korban bencana di Aceh dan Sumatra. Kami berkeliling setiap hari Sabtu, dua sekolah setiap pekan, karena menyesuaikan waktu di luar jam kerja,” jelasnya.
Menurut Danar, bantuan yang dihimpun difokuskan pada kebutuhan anak-anak pengungsi, seperti makanan anak, susu, pakaian baru, popok, perlengkapan sekolah, dan mainan. Seluruh bantuan akan diwujudkan dalam bentuk barang setelah dikoordinasikan dengan BPBD agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lokasi pengungsian.
Selain bantuan logistik, relawan juga menyiapkan dukungan psikososial berupa dongeng dan video fabel yang telah dikirimkan melalui Palang Merah Indonesia (PMI) Solo. Materi tersebut diharapkan dapat menghibur anak-anak di pengungsian yang masih mengalami keterbatasan akses listrik dan jaringan komunikasi.
Penelaah Teknis Kebijakan BPBD Kabupaten Sukoharjo, Mohamad Iqbal Juniarta, menegaskan bahwa pihaknya menghimpun bantuan dalam bentuk barang, bukan uang tunai.
“Untuk BPBD, bantuan yang kami himpun berupa barang. Jika berupa uang, kami arahkan melalui Baznas,” ujarnya.
BPBD Kabupaten Sukoharjo juga telah mengeluarkan surat edaran melalui Sekretaris Daerah yang ditujukan kepada seluruh dinas, badan, BUMD, kecamatan, desa, serta organisasi masyarakat se-Kabupaten Sukoharjo. Penghimpunan bantuan dijadwalkan berlangsung selama tiga hari, yakni 19–21 Desember 2025, bertempat di Pendopo GSP Sukoharjo.
Adapun jenis bantuan yang dibutuhkan antara lain pakaian baru (bukan pakaian bekas), pakaian dalam, makanan ringan, obat-obatan, selimut, alat ibadah, serta kebutuhan mendesak lainnya sesuai kondisi pengungsian.
“Makanan ringan lebih dibutuhkan karena keterbatasan air bersih di lokasi pengungsian,” tambah Iqbal.
Seluruh bantuan dari Kabupaten Sukoharjo akan dihimpun bersama bantuan dari wilayah Solo Raya dan disalurkan ke daerah terdampak bencana di Sumatra melalui jalur distribusi yang telah dikoordinasikan, salah satunya melalui Bandara Adi Soemarmo.
Dalam aksi perdana ini, donasi yang berhasil dihimpun meliputi uang tunai sebesar Rp2.076.500, biskuit tiga kardus, popok tiga kardus, pakaian anak dua kardus, mainan anak satu kardus, sabun satu kardus, serta alat tulis satu kardus. Donasi tersebut berasal dari siswa, guru, dan warga sekolah.
Salah satu siswa SD Negeri Gayam 05, Krisna Al Qory Ahmad Putra Mulia, siswa kelas V, mengaku menyumbangkan uang dan mainan yang telah ia sisihkan dari uang saku.
“Saya melihat di berita online dan TV, anak-anak di sana kasihan, bukunya tenggelam dan pakaiannya hilang. Semoga bencana cepat berlalu dan mereka bisa sekolah lagi dan ceria,” tuturnya polos.
Kepala SD Negeri Gayam 05, Mila Kartika Sari, S.Pd., M.Pd., menyampaikan rasa prihatin atas bencana yang melanda Aceh dan Sumatra.
“Kami ikut berduka atas musibah ini karena anak-anak juga sangat terdampak. Kami berdoa semoga bencana segera teratasi. Bantuan sederhana berupa alat sekolah dan makanan anak ini semoga bisa meringankan penderitaan mereka,” ujarnya.
Aksi Superhero Gatotkaca Literasi yang melibatkan Disporapar serta relawan mahasiswa magang Ilmu Komunikasi Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet) Sukoharjo ini rencananya akan berlanjut pada minggu kedua dengan menyasar dua sekolah dasar lainnya. Melalui kegiatan ini, diharapkan nilai kepedulian, solidaritas, dan kemanusiaan dapat tumbuh kuat di kalangan pelajar sejak usia dini. (Kevin/ Danu)
![]() |
| Pemateri R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum. menyampaikan materi berjudul “Representasi Kekuatan dan Logika dalam Novel Rukun Harja Karya Raden Samuel Martaatmaja.” |
Seminar Radya Aksara Jadi Puncak Magang Radya Pustaka, Kupas Nilai Rukun dan Logika dalam Serat Rukun Harja
Surakarta – majalahlarise.com - Program Magang Radya Pustaka kembali menegaskan perannya dalam pelestarian dan pengembangan khazanah budaya Jawa melalui penyelenggaraan Seminar Radya Aksara bertema “Arum Panca Gatraning Budi”. Kegiatan ilmiah ini digelar pada Sabtu, 13 Desember 2025, mulai pukul 07.30 WIB hingga selesai, bertempat di Pendapa Kantor Kecamatan, dan menjadi acara puncak dari rangkaian kegiatan magang mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa.
Seminar ini menghadirkan R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah (Jawa) FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet) Sukoharjo, sebagai pemateri utama. Jalannya acara dipandu oleh Nameswari Mega Pratiwi (Mahasiswi Pendidikan Bahasa Jawa 2024) sebagai Master of Ceremony, serta Flintarahma Ionazora Putukane (Mahasiswi Pendidikan Bahasa Jawa 2024) selaku moderator.
Ketua Pelaksana kegiatan, Ridho Bayu Kurniawan, mengungkapkan latar belakang penyelenggaraan seminar ini berangkat dari adanya kegiatan rekognisi di kampus yang kemudian disesuaikan dengan kebijakan program magang di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
“Di Program Studi sudah ada kewajiban magang pada semester lima. Kebetulan di universitas juga tersedia program yang hampir sama dan terintegrasi dengan kebijakan MBKM. Karena itu, kami mengikuti program dari kampus sekaligus agar bisa memperoleh pendanaan,” jelas Ridho.
Setelah dinyatakan lolos pendanaan, tim magang memilih Museum Radya Pustaka sebagai lokasi praktik kerja lapangan. Pemilihan tersebut bukan tanpa alasan. Menurut Ridho, Radya Pustaka merupakan salah satu museum tertua di Indonesia yang menyimpan beragam manuskrip dan naskah cetak bersejarah yang sangat relevan dengan latar belakang keilmuan mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa.
Dalam pelaksanaan magang, tim memilih Serat Rukun Harja, sebuah naskah cetak beraksara Jawa karya Raden Samuel Martaatmaja, sebagai objek kajian utama. Kajian dilakukan menggunakan pendekatan filologi secara sederhana, dengan fokus pada alih aksara, alih bahasa, serta kajian isi terbatas.
“Kami tidak mengklaim melakukan kajian filologi secara lengkap. Pendekatan yang kami lakukan lebih sederhana dan disesuaikan dengan kapasitas kami sebagai pemula. Namun, kami berusaha tetap menjaga kaidah ilmiah,” ujar Ridho.
Ia juga mengungkapkan selama proses pengkajian, tim menghadapi berbagai kendala, terutama terkait keterbatasan waktu. Durasi magang yang hanya sekitar dua bulan lebih dua minggu membuat proses konsultasi dan validasi data menjadi tantangan tersendiri.
Ridho menjelaskan Seminar Radya Aksara merupakan gol atau tujuan utama dari seluruh rangkaian kegiatan magang yang mereka jalani.
“Seminar ini menjadi ruang presentasi hasil kerja kami, sekaligus forum diskusi terbuka. Dari sini kami mendapatkan banyak masukan, kritik, dan saran yang sangat berharga,” katanya.
Masukan tersebut, lanjut Ridho, akan dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan. Ke depan, hasil kajian Serat Rukun Harja direncanakan akan dikembangkan menjadi produk nyata, seperti buku alih aksara dan alih bahasa. Selain itu, tidak menutup kemungkinan hasil kajian akan dialihmediakan ke bentuk lain, seperti naskah drama ketoprak atau media kreatif berbasis budaya Jawa.
Seminar ini terbuka untuk umum dan diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang. Selain mengundang MGMP Bahasa Jawa tingkat SMP, guru Bahasa Jawa SMA, serta siswa SMP dan SMA, panitia juga mengundang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Tercatat, peserta berasal dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), UIN Raden Mas Said, Universitas Sebelas Maret (UNS), hingga mahasiswa dari UNIVET Sukoharjo. Antusiasme peserta menunjukkan tingginya minat terhadap kajian naskah Jawa dan upaya pelestarian sastra klasik.
Dalam paparannya, R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum. menyampaikan materi berjudul “Representasi Kekuatan dan Logika dalam Novel Rukun Harja Karya Raden Samuel Martaatmaja.” Ia menjelaskan teks Serat Rukun Harja mengajarkan nilai fundamental tentang rukun sebagai sumber keselamatan dan kekuatan hidup.
“Inti dari teks ini adalah ajaran agar manusia memiliki sifat rukun. Dengan rukun, seseorang akan memperoleh keselamatan dan mampu menghadapi berbagai marabahaya,” jelasnya.
Ia menguraikan kisah tentang Prabu Ibrahim, seorang raja yang memiliki tiga putra. Sebelum wafat, Prabu Ibrahim memikirkan masa depan ketiga putranya agar tidak saling bertikai. Untuk itu, ketiganya dikirim untuk ngangsu kawruh atau menuntut ilmu di bidang yang berbeda-beda.
Putra pertama dibekali ilmu ngereh praja atau tata kelola pemerintahan, putra kedua mempelajari ilmu kesugihan atau kekayaan, sementara putra ketiga menekuni kapanditan atau spiritualitas. Konflik muncul ketika putra kedua dan ketiga memiliki ambisi kekuasaan, namun disikapi secara bijaksana oleh putra sulung.
Dalam pencarian solusi, mereka kemudian menghadap Prabu Sulaiman, raja yang digambarkan sebagai sosok linuwih, unggul dalam kebijaksanaan dan logika. Figur Prabu Sulaiman, menurut Adi Deswijaya, sengaja dihadirkan pengarang sebagai validator nilai rukun dan kebijaksanaan dalam kepemimpinan.
Dari bedah teks tersebut, seminar merumuskan sejumlah kesimpulan penting, di antaranya:
1. Seorang pemimpin harus mampu menggunakan logika untuk menyelesaikan persoalan kompleks dan menegakkan keadilan.
2. Rukun atau kebersamaan merupakan kualitas ilmu tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
3. Perjalanan tiga putra Prabu Ibrahim berfungsi sebagai ujian praktis untuk menentukan kualitas kepemimpinan yang paling layak.
4. Kepemimpinan ideal tidak ditentukan oleh keturunan atau kekayaan, melainkan oleh kecerdasan berpikir dan kebijaksanaan.
5. Elemen naratif seperti kisah unta hilang dan peristiwa di meja makan menunjukkan kecerdikan budaya dan kecanggihan logika pengarang.
Melalui Seminar Radya Aksara ini, Magang Radya Pustaka tidak hanya menutup rangkaian kegiatan praktik kerja mahasiswa, tetapi juga menghadirkan ruang dialog akademik yang mempertemukan tradisi, logika, dan nilai kebersamaan. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam menjaga keberlanjutan kajian sastra Jawa klasik sekaligus memperkuat relevansinya bagi kehidupan masyarakat modern. (Sofyan)
Baca juga: PKBM Syifa Surakarta Tutup Program PKW 2025 Bidang Pastry dan Bakery, Peserta Dibekali Alat Usaha
Pendidikan
![]() |
| Kepala Bidang PAUD dan PNF Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Hesti Dwi Saptaningtyas, M.T. saat memberi sambutan sekaligus menutup kegiatan PKW 2025. |
PKBM Syifa Surakarta Tutup Program PKW 2025 Bidang Pastry dan Bakery, Peserta Dibekali Alat Usaha
Surakarta – majalahlarise.com - Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Syifa Surakarta beralamat di Jl. Jamsaren no. 44 Serengan secara resmi menutup Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tahun 2025 jenis keterampilan Pastry & Bakery, Sabtu (13/11/2025). Kegiatan penutupan berlangsung di Aula Kantor Kelurahan Serengan, Surakarta, dan dihadiri perwakilan Dinas Pendidikan Kota Surakarta, pemerintah kelurahan, pengelola PKBM, instruktur, serta peserta program.
Program PKW ini merupakan dukungan dari Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, sebagai upaya penguatan keterampilan dan kewirausahaan masyarakat.
Kepala PKBM Syifa Surakarta, Puri Setianingtyas Winantu, menjelaskan rangkaian kegiatan PKW telah dilaksanakan selama 150 Jam Belajar (JBL) atau setara 22 hari pelatihan. Program diikuti 15 peserta dan seluruhnya dinyatakan lulus tanpa ada yang mengundurkan diri.
![]() |
| Penyerahan sertifikat kepada peserta PKW. |
“Alhamdulillah, kehadiran peserta mencapai sekitar 90 persen dan seluruh peserta mengikuti kegiatan sampai tuntas. Kemarin telah dilakukan evaluasi, dan hari ini adalah penutupannya,” ujarnya.
Puri berharap, setelah mengikuti program ini, para peserta mampu mengembangkan keterampilan yang diperoleh menjadi usaha mandiri. “Kami berharap bisa muncul pengusaha-pengusaha muda, khususnya di bidang kuliner, pastry, dan bakery,” tambahnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata untuk memulai usaha, setiap peserta PKW dibekali alat rintisan usaha, di antaranya oven listrik, mixer, set pisau, teflon, kompor satu tungku, serta bahan rintisan usaha.
“Harapannya, bantuan ini menjadi modal awal untuk merintis usaha agar ke depan bisa sukses,” kata Puri.
![]() |
| Penyerahan alat rintisan usaha, di antaranya oven listrik, mixer, set pisau, teflon, kompor dan tungku, serta bahan rintisan usaha. |
Lebih lanjut, PKBM Syifa juga berencana membentuk kelompok wirausaha muda bagi para lulusan PKW. “Lulusan program kewirausahaan dan kursus lainnya akan kami rekrut dalam konsep Syifa Berdaya. Mereka tetap akan kami pantau dan dampingi. Jika ada kendala dalam pengembangan usaha, peserta masih bisa berkoordinasi dengan kami,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang PAUD dan PNF Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Hesti Dwi Saptaningtyas, M.T., mengapresiasi pelaksanaan PKW yang dinilai sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
“Program keterampilan bidang usaha seperti ini sangat penting sebagai pembekalan kewirausahaan bagi masyarakat. Terutama di bidang kuliner dan pastry, karena persaingan di luar sana sangat ketat,” ujarnya.
Menurut Hesti, Program PKW merupakan program tahunan dari kementerian pusat yang pelaksanaannya melalui mekanisme pengajuan proposal oleh lembaga. “Lembaga yang terpilih berarti sudah dipercaya oleh kementerian untuk menyelenggarakan program ini. PKBM Syifa termasuk yang konsisten dan dipercaya untuk melaksanakan PKW,” katanya.
Ia menambahkan, keberadaan PKW sangat membantu masyarakat karena memberikan akses pelatihan keterampilan tanpa membebani peserta dengan biaya tinggi. “Ini menjadi peluang besar bagi masyarakat untuk meningkatkan kompetensi dan kemandirian ekonomi,” imbuhnya.
Apresiasi juga disampaikan Lurah Serengan, M. Sumaryanto. Menurutnya, program PKW memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam menumbuhkan semangat wirausaha.
“Dengan pelatihan ini, masyarakat tidak hanya bergantung pada pekerjaan formal, tetapi bisa mandiri melalui wirausaha. Jika usaha berkembang, otomatis dapat membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi lingkungan sekitar,” tuturnya.
Perwakilan peserta PKW, Yemima Berlianti Hendiana Putri, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kesempatan mengikuti program tersebut.
“Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari peserta PKW PKBM Syifa tahun 2025. Terima kasih kepada para mentor atas ilmu yang sangat bermanfaat. Semoga PKBM Syifa semakin sukses dan terus menghadirkan program-program seperti ini,” ungkapnya.
Dengan ditutupnya Program PKW 2025 ini, PKBM Syifa Surakarta menegaskan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan keterampilan dan kewirausahaan yang berkelanjutan. (Sofyan)
Baca juga: Urip Iku Urup dalam Perspektif Pragmatik
Artikel Pengembangan Profesi
Urip Iku Urup dalam Perspektif Pragmatik
Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa, & DIKLISA
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
![]() |
| Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum. |
"Kawan, hidup sekali mati sekali maka harus dapat berbagi kemaslahatan untuk umat sepanjang hayat "
Urip iku urup berasal dari kata urip (Jawa) berarti hidup; iku (Jawa) berarti itu, dan urup (Jawa) berarti menyala. Kalimat urip iku urup (bahasa Jawa) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Hidup itu Menyala” memiliki implikatur pragmatik bahwa hidup itu harus menyala atau bersinar atau menyinari atau bermanfaat bagi orang lain dalam kehidupan. Maksud hidup harus menyala ini merupakan tindak tutur motivatif dan persuasif yang dapat memantik semangat hidup seluruh masyarakat Indonesia agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Artinya hidup bukan sekadar memikirkan diri sendiri tanpa peduli dan tanpa memiliki rasa empati kepada orang lain. Komitmen untuk hidup bermanfaat untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat harus ditanamkan dan dilatihkan kepada seluruh masyarkat NKRI sehingga akan menjadi virus-virus positif bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dalam berbagai konteks kasus bencana yang dialami oleh Saudara-saudara kita di Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh, Lumajang Jawa Timur, Karawang Jawa Barat, dan masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang terdampak bencana alam. Kondisi kontekstual geografis tersebut memiliki deiksis tempat dan situasi yang dapat memantik kepedulian dan gotong-royong seluruh masyarakat Indonesia untuk iktu peduli membantu dan berbagi semampunya atau sesuai kemampuannya masing-masing. Semua bantuan dan dukungan yang diberikan akan dapat menjadi kekuatan untuk bangkit dan membangkitkan seluruh masyarakat yang terkena dampak bencana secara bertahap dan berkelanjutan di daerahnya masing-masing. Inilah wujud nyata kepedulian dan empati sesama masyarakat Indonesia dalam kebhinekaan.
Apabila belum dapat membantu dalam bentuk bantuan uang atau harta benda ya tentu saja dapat membantu motivasi, semangat, dan doa kepada Saudara-saudara kita yang sedang mengalami dampak bencana alam di wilayahnya masing-masing. Justru tidak boleh menyampaikan komentar-komentar negatif yang dapat memantik perpecahan antarmasyarakat di seluruh wilayah NKRI. Kita semua bersaudara maka harus saling membantu, peduli, dan simpati kepada seluruh masyarakat NKRI. Dengan demikian tampak betul implikatur pragmatik dari kalimat urip iku urup atau hidup itu harus menyala atau bermanfaat bagi orang lain.
Komunitas Dialog Pendidikan, Literasi, Bahasa, dan Sastra (DIKLISA), Lembaga Literasi Arfuzh Ratulisa, Yuma Perkasa Group juga berusaha memahami dan mengimplementasikan implikatur pragmatik dalam kalimat urip iku urup secara bertahap dan berkelanjutan bersama komunitasnya yang tersebar di 38 provinsi. Upaya Diklisa, Arfuzh Ratulisa, dan Yuma Perkasa Group untuk terus ikut bergerak dan menggerakkan semua sektor dengan mengumpulkan dan mengirimkan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana. Semua giat tersebut merupakan gerakan yang dilakukan sebagai upaya untuk memantik multigenerasi muda memiliki rasa peduli dan empati bersama-sama dalam multikonteks kehidupan. Komitmen untuk saling membantu dalam kebhinekaan tentu akan dapat menjadi semangat dan motivasi untuk bergandeng tangan dan bergotong royong bagi seluruh masyarakat NKRI untuk saling membantu dan berbagi.
Implikatur pragmatik dalam kalimat urup iku urup dapat menjadi pemantik gerakan moral dan karakter bagi seluruh masyarakat NKRI. Hal ini dapat dimulai dari tindak tutur yang diucapkan atau dituliskan oleh seluruh masyarakat NKRI harus memiliki implikatur motivatif dan persuasif. Implikatur motivatif dan persuasif ini dapat memantik semangat hidup dan bergotong-royong bagi seluruh masyarakat NKRI. Upaya bertutur yang baik, sopan, dan persuasif akan menguatkan semangat seluruh masyarakat Indonesia. Misalnya: (1) “Semoga Saudara-saudara kita yang sedang mengalami bencana tetap kuat, tabah, sabar, dan segera pulih kembali”; (2) “Terima kasih atas bantuan dan motivasinya dari seluruh masyarakat Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung”; (3) ”Mohon maaf, apabila belum semua masyarakat dapat membantu Saudara-saudara kita yang terdampak bencana, semoga segera mendapatkan solusi terbaik dan pulih kembali”. Contoh-contoh kalimat di atas menjadi pemantik semangat dan mengandung implikatur pragmatik yang sopan, positif, persuasif, dan motivatif bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik yang terdampak bencana maupun tidak.
Merujuk kalimat-kalimat persuasif dan motivatif di atas seharusnya dapat dijadikan contoh bagi seluruh pejabat publik dan masyarakat yang ingin ikut ambil bagian dalam berbagai situasi sesuai peran dan partisipasinya masing-masing. Komitmen untuk saling menjaga, menghargai, menghormati, dan saling menjaga perasaan satu dengan yang lain merupakan implikatur dalam filsafat hidup urip iku urup. Komitmen setiap masyarakat untuk saling menjaga semangat, saling memantik rasa empati, rasa peduli, rasa gotong royong, dan rasa memiliki sesama Saudara di seluruh Indonesia harus terus dibangkitkan. Hal ini sebagai bukti bahwa seluruh masyarakat NKRI memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada seluruh Saudaranya yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia.
Dalam pragmatik dikenal istilah implikatur dan pranggapan dalam tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur dan lawan tutur. Apabila penutur menuturkan tindak tutur berati tuturan tersebut mengandung implikatur. Kemudian lawan tutur dapat mempraanggapkan implikatur yang dituturkan oleh penutur tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Seorang penutur pastilah memiliki maksud atau tujuan tuturan dibalik ujarannya. Hal ini dapat diuraikan dan dianalisis dengan melibatkan konteks tuturannya. Oleh karena itu, setiap penutur harus berhati-hati ketika bertutur kepada orang lain, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Tindak tutur yang salah saat menuturkan dapat memiliki praanggapan yang berbeda antara yang dimaksud oleh seorang penutur dengan lawan tutur atau masyarakat. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam bertutur dan bertindak, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada seluruh masyarakat NKRI. Apalagi era media sosial dan era digital yang begitu lengkap, setiap individu harus berhati-hati karena diibaratkan dahulu mulutmu harimaumu dan sekarang jemarimu harimaumu.
Manusia itu merupakan makhluk individu dan sosial yang memiliki kepekaan rasa, cipta, dan karsa. Oleh karena itu, sebagai sesama manusia yang hidup di bumi dalam konteks bermasyarakat dan berkehidupan sosial harus dapat saling asih, asah, asuh. Tidak boleh hidup bermasyarakat dengan pola adigang, adigung, dan adiguna yang akan merugikan masyarakat lain. Apabila tidak berhati-hati dalam bertutur dan bertindak tentu akan dapat berdampak negatif bagi penuturnya. Hal ini sebagai bentuk ungkapan dalam bahasa Jawa “Wong nandur bakale ngunduh” kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Orang yang menanam atau berbuat ya tentu akan memetik hasilnya”. Dengan demikian, seluruh masyarakat NKRI harus berhati-hati dalam bertutur dan bertindak sesama manusia dan masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Salah kata atau salah ucap tentu implikaturnya akan berdampak besar kepada dirinya dan masyarakat lain.
Semangat untuk hidup bersama, bermasyarakat, bertetangga yang benar sesuai aturan, baik sesuai kebutuhan, dan santun sesuai norma kehidupan tentu akan dapat menjadikan masyarakat yang bahagia, bersatu, sejahtera, dan saling menguatkan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, seluruh masyarakat NKRI harus terus belajar bertutur yang benar, baik, dan santun, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Tidak ada satu orang pun manusia di bumi ini yang mau disakiti maka jangan pernah menyakiti orang lain apabila tidak ingin tersakiti oleh orang lain. Meskipun hanya dengan kata tetapi rasa sakit dan lukanya akan sulit disembuhkan. Dengan demikian, jadilah manusia yang selalu dapat menyenangkan diri sendiri dan orang lain sehingga tidak menyakiti hati orang lain.
Solusi terbaik agar tetap hidup damai dan sejahtera saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain yaitu jangan sampai gagal pragamtik dalam berkomunikasi. Urip iku urup maka hidup harus terus menyala dan menyinari dunia seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi, baik tampak, maupun tidak tampak oleh manusia. Teruslah berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) sepanjang masa. Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat. Di situlah letak kebermanfaatan, keberkahan hidup, dan aktivitas yang dilakukan di mana pun dan kapan pun kita berada.
“Belajar hidup seperti anak yang baru belajar berjalan, berlatih, jatuh, berjalan lagi, jatuh lagi, dan berjalan lagi sampai akhirnya dapat melihat jalan lempang untuk terus berjalan dan berlari sesuai dengan konteks kehidupan yang dihadapinya sepanjang masa”
Surakarta, 13 Desember 2025
News
![]() |
| Ketua TP PKK Jateng, Nawal Arafah Yasin (Ning Nawal) turut menyaksikan puluhan perempuan yang antusias mengikuti pemeriksaan. |
TP PKK Jateng Gencarkan Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara, Ning Nawal Ajak Perempuan Rutin Periksa Kesehatan
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
GENERASI KEDUA (LULUSAN) MASA CORONA Oleh: M. Nur Salim, SH. M.Pd Guru PPKn dan Kepala Sekolah SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada Yogyakarta ...
-
Menikmati makan gendar pecel di Gazebo. Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian Gunu...












