GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
ISI Solo Revitalisasi Tradisi Kertas Gendhong untuk Kaligrafi Pesantren di Ngawi
![]() |
| Revitalisasi kertas tradisional Gendhong. |
ISI Solo Revitalisasi Tradisi Kertas Gendhong untuk Kaligrafi Pesantren di Ngawi
Ngawi – majalahlarise.com – Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan dan menginovasi warisan budaya Nusantara. Melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Tahun 2025, tim pengabdian ISI Solo melaksanakan kegiatan bertajuk “Revitalisasi Kertas Tradisional Gendhong: Penerapan Inovasi Cetak Serat sebagai Media Seni Kaligrafi pada Komunitas Askya sebagai Penguatan Tradisi Literasi Pesantren.”
Kegiatan yang berlangsung di Dusun Bulu, Desa Ploso, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi ini bertujuan menghidupkan kembali tradisi pembuatan kertas Gendhong — media tulis bersejarah dari pesantren Tegalsari yang berkembang pada abad ke-18 hingga ke-20. Tradisi tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah literasi Islam di Jawa, namun kini hampir punah seiring modernisasi bahan tulis.
Ketua Tim PISN ISI Solo, Gayuh Styono, S.Sn., M.Sn., menjelaskan bahwa inovasi teknik cetak serat berbahan glugu mampu menghasilkan kertas tradisional yang lebih efisien, tahan lama, dan ramah lingkungan.
“Kami ingin mengembalikan praktik tradisi kertas Gendhong dalam bentuk yang relevan dengan zaman. Kertas ini bukan hanya media tulis, tetapi juga simbol identitas literasi pesantren yang berakar kuat dalam sejarah keilmuan Nusantara,” ujar Gayuh.
Program ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian dosen ISI Solo yang telah melahirkan dua karya cipta inovatif, yaitu “Rerenggan Pinandito Nggayuh Lintang Material Kertas Gedhog” dan “Seni dan Budaya Tradisi dalam Perspektif Ekonomi Kreatif.”
Rangkaian kegiatan meliputi sosialisasi, pelatihan pembuatan kertas berbasis serat glugu, lokakarya seni kaligrafi, pendampingan komunitas kreatif, serta pameran karya kaligrafi berbasis kertas tradisional. Mahasiswa Prodi Kriya ISI Solo turut dilibatkan sebagai dokumentator dan fasilitator workshop.
Ketua Komunitas Kaligrafi Askya, Joko Santoso, S.Ag., menyampaikan rasa bangganya atas kegiatan tersebut. “Kami merasa bangga bisa kembali mengenal media tulis tradisional yang dulu digunakan para ulama. Proses ini membuka wawasan baru tentang nilai spiritual dan estetika kaligrafi,” ujarnya.
Program ini juga melibatkan Pondok Pesantren Yukminuuna Bil Ghoibi serta Dr. Imam Muttaqin, M.Pd. sebagai mitra akademik. Ke depan, ISI Solo bersama Komunitas Askya dan pesantren mitra akan menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dan Implementation Agreement (IA) untuk memperkuat kerja sama berkelanjutan.
Kolaborasi ini merupakan kelanjutan dari program sebelumnya di Desa Tegalsari, Kabupaten Ponorogo, yang difokuskan pada konservasi kertas Gendhong. Di Ngawi, kegiatan berkembang menjadi laboratorium inovasi dengan fokus pada penerapan teknologi cetak serat, pewarnaan alami, dan pemanfaatan kertas sebagai media seni kaligrafi pesantren.
Program ini memberi dampak nyata di tiga bidang Sosial: terbentuknya studio komunitas sebagai ruang edukasi dan penguatan kohesi sosial. Ekonomi: muncul peluang usaha baru dari produksi kertas Gendhong dan pameran karya seni. Kultural: kontribusi terhadap pelestarian Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan visi Asta Cita pemerintah dalam penguatan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
Anggota tim pelaksana terdiri dari Arfiati Nurul Komariah, S.Sn., M.Sn., Dr.Sn. Angga Kusuma Dawami, S.Sn., M.Sn., dan Ageng Satria Pamungkas, M.Pd., dengan dukungan penuh dari LPPM ISI Solo dan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendikbudristek.
“Revitalisasi ini bukan sekadar pelestarian, tetapi transformasi nilai. Kami ingin membuktikan bahwa seni tradisi mampu hidup kembali dalam konteks inovasi dan pemberdayaan,” ungkap Dr.Sn. Angga Kusuma Dawami.
Melalui kegiatan ini, ISI Solo menegaskan perannya sebagai institusi seni yang tak hanya mencipta, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi menjembatani warisan masa lalu dengan inovasi masa depan untuk memperkuat literasi dan budaya bangsa. (hum/ Sofyan)
Baca juga: Nawal Yasin Tekankan Sinergi Muslimat NU dan Pemprov Jateng untuk Pemberdayaan Masyarakat
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
TRADISI KROBONGAN Oleh: Aris Prihatin SMPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Aris Prihatin Masyarakat J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd beserta bapak ibu guru dan siswa foto bersama dengan karya tulisan kata-kata mutiara. ...
-
GENERASI KEDUA (LULUSAN) MASA CORONA Oleh: M. Nur Salim, SH. M.Pd Guru PPKn dan Kepala Sekolah SMK Kesehatan Cipta Bhakti Husada Yogyakarta ...
-
Menikmati makan gendar pecel di Gazebo. Watu Plenuk Mutiara Wisata Perbatasan Weru–Ngawen yang Menyuguhkan Alam, Kuliner, dan Kedamaian Gunu...

Tidak ada komentar: