Featured

Headline News

Super Ban, Inovasi Pemasaran Hewan Kurban dengan Sentuhan Super Hero ala Staf Disporapar Sukoharjo

31 May 2025

larise tv

Kabar Desa

Hikmah Halal Bihalal Bisa Mudik Lebaran, Berbakti kepada Orang Tua dan Merajut Silaturahmi

 Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) ...

  • 16 Apr 2025
  • 0

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV DALAM MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT MAGNET DENGAN PENDEKATAN INTERAKTIF

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV DALAM MENGIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT MAGNET DENGAN PENDEKATAN INTERAKTIF


Oleh: Devy Mardiati, S.Pd

Guru MIM Jatisalam Wuryantoro Wonogiri Jawa Tengah


Devy Mardiati, S.Pd



       IPAS adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Ini adalah mata pelajaran di Kurikulum Merdeka yang menggabungkan konsep IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).

       Pada tingkat SD, IPAS dirancang untuk membantu siswa memahami hubungan antara alam, lingkungan, dan kehidupan sosial secara terpadu. Misalnya, dalam satu topik, siswa bisa belajar tentang sumber daya alam (IPA) sekaligus cara manusia memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari (IPS). Kompetensi literasi dan numerasi peserta didik dapat ikut serta dikembangkan melalui mata pelajaran IPAS yang memiliki kedekatan dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual (Rusilowati, 2022).

       Penulis sebagai seorang guru di MIM Jatisalam memiliki tantangan dalam mengajar IPAS di kelas IV, salah satunya adalah bagaimana membuat siswa benar-benar memahami konsep yang diajarkan, bukan sekadar menghafalnya. Salah satu materi yang sering kali membingungkan siswa adalah sifat-sifat magnet.

       Sering kali, ketika ditanya tentang magnet, siswa hanya tahu bahwa magnet bisa menarik benda. Namun, mereka belum memahami bahwa tidak semua benda bisa ditarik magnet, atau bahwa magnet memiliki kutub yang dapat saling menarik atau menolak. Jika pembelajaran hanya dilakukan melalui penjelasan di papan tulis, banyak siswa yang sulit membayangkan bagaimana magnet bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru memerlukan pendekatan yang lebih interaktif agar mereka bisa memahami materi ini dengan lebih baik.

       Tujuan dari pendekatan interaktif menurut Habibati (2017: 59) adalah memacu peserta didik meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mereka baik dalam membuat pertanyaan atau mencari masalah yang berhubungan dengan topik yang diajarkan maupun upaya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Peran guru dalam pendekatan ini adalah sebagai fasilitator dan narasumber dalam diskusi kelas. 

       Agar siswa lebih mudah memahami konsep magnet, penulis menerapkan beberapa metode pembelajaran interaktif sebagai berikut:  1. Eksperimen Langsung dengan Magnet. Setiap siswa diberikan magnet dan berbagai benda seperti kertas, plastik, besi, dan koin. Mereka mencoba sendiri untuk melihat benda mana yang bisa ditarik oleh magnet. Dengan cara ini, mereka bisa langsung melihat dan memahami sifat magnet tanpa hanya membayangkannya.

       2. Diskusi Kelompok dan Presentasi. Setelah melakukan eksperimen, siswa berdiskusi dalam kelompok kecil untuk merangkum hasil percobaan mereka. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan temuannya di depan kelas. Cara ini membantu siswa untuk berpikir kritis dan belajar dari teman-temannya.

       3. Pembelajaran Berbasis Masalah. Saya memberikan pertanyaan seperti, "Mengapa pintu kulkas bisa menutup sendiri?" atau "Bagaimana cara kerja kompas?" Siswa diminta berpikir dan mencari jawabannya berdasarkan pemahaman mereka tentang magnet. Ini membantu mereka menghubungkan teori dengan kehidupan nyata.

       4. Evaluasi dan Refleksi. Setelah pembelajaran, saya memberikan kuis sederhana untuk melihat sejauh mana pemahaman mereka meningkat. Siswa juga diajak untuk berbagi pendapat tentang metode pembelajaran yang mereka sukai dan apa yang masih membingungkan.

       Setelah menerapkan metode interaktif ini saya melihat perubahan yang cukup signifikan  yaitu 1. Pemahaman Siswa Meningkat. Sebelum menerapkan metode ini, banyak siswa yang hanya menghafal konsep magnet tanpa benar-benar memahami cara kerjanya. Setelah belajar melalui eksperimen dan diskusi, mereka lebih mudah menjelaskan dengan kata-kata sendiri bagaimana magnet bekerja.

       2. Antusiasme Siswa Lebih Tinggi. Ketika pembelajaran melibatkan eksperimen langsung, siswa lebih bersemangat dan aktif. Mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga mencoba sendiri dan bertanya jika ada yang tidak mereka mengerti.

       3. Hasil Evaluasi Meningkat. Saat diberikan kuis sebelum pembelajaran, hanya sekitar 50% siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Setelah metode ini diterapkan, angka tersebut meningkat menjadi 85%.

       4. Siswa lebih mudah menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Banyak siswa yang sebelumnya tidak tahu bahwa magnet digunakan dalam kompas, pintu kulkas, atau speaker. Setelah belajar dengan pendekatan berbasis masalah, mereka bisa menjelaskan sendiri bagaimana magnet bekerja di berbagai alat sehari-hari.

       Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa cara mengajar yang lebih interaktif dan melibatkan siswa secara langsung sangat berpengaruh terhadap pemahaman mereka. Eksperimen, diskusi kelompok, penggunaan media interaktif, dan pembelajaran berbasis masalah terbukti membantu siswa memahami konsep sifat-sifat magnet dengan lebih baik. Mereka tidak hanya menghafal, tetapi juga bisa menjelaskan dan mengaitkan konsep ini dengan kehidupan sehari-hari.

        Sebagai guru, kita perlu terus mencari cara agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Dengan begitu, mereka tidak hanya belajar untuk ujian, tetapi juga memahami konsep yang akan berguna dalam kehidupan mereka.


Tidak ada komentar:

Write a Comment

Featured