Pragmatik dan Psikopragmatik sebagai Landasan Pembelajaran Karakter untuk Multigenerasi NKRI

Print Friendly and PDF

Pragmatik dan Psikopragmatik sebagai Landasan Pembelajaran Karakter untuk Multigenerasi NKRI


Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi

Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa


Prof. Dr. Muhammad Rohmadi


"Kawan, indahnya saat menyaksikan anak muda membungkukkan badan saat bertemu dengan orang yang lebih tua, kemudian menyapa dan saling menanyakan kabar serta saling mohon maaf dengan mendoaakan yang terbaik sepanjang waktu"


       Perkembangan teknologi saat ini dapat berdampak positif dan juga negatif. Hal ini bergantung pada pondasi dasar dan akhlak yang dimiliki oleh pengguna teknologi. Anak-anak usia sekolah, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MAN, dan perguruan tinggi hampir semua menggunakan teknologi, baik di rumah, sekolah, dan di mana pun mereka berada. Kondisi terkini, pemilik perangkat teknologi dengan jumlah penduduk Indonesia bisa jadi dua kali lipatnya. Coba perhatikan sekeliling Saudara sekarang, semua memegang handphone atau perangkat teknologi lain yang dapat digunakan untuk berselancar menjelajahi semesta dengan aneka imajinasi, saudara, teman, sahabat, di seluruh Indonesia dan bahkan dunia. Itulah kesemestaan digital yang berkelimpahan data sepanjang masa dengan segala keunikan dan karakteristiknya.

       Pertanyaan yang muncul dalam pikiran jernih saat ini, “Apakah salah anak-anak usia sekolah ini menggunakan perangkat teknologi?” Jawabnya tegas, “Tidak ada yang salah tetapi memerlukan panduan dan rambu-rambu sebagai rujukan tumbuh berkembang demi masa depan”. Hal ini dikarenakan memang perkembangan zaman dan teknologi menjadi media percepatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi tanpa batas dan waktu. Oleh karena itu, ada ruang, ada media, dan ada tindakan cerdas dan kreatif yang dimanfaatkan oleh generasi muda dalam berkomunikasi secara digital dan masif. Dengan kondisi ini, meminimalkan interaksi anak-anak sebagai generasi masa depan Indonesia dengan orang-orang di sekelilingnya sehingga berdampak kurang baik pada mental dan psikisnya. Dengan demikian, teknik berkomunikasi, gaya bahasa, pilihan diksi yang digunakan, aspek sikap psikologis saat tegur sapa, dan interaksi resiprokal menjadi kurang atau agak lain dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

       Solusinya bagaimana? Dalam ilmu linguistik fungsional dikenal pragmatik dan psikopragmatik. Pragmatik merupakan interdispliner linguistik yang memelajari maksud atau tujuan dibalik tuturan seorang penutur sedangkan psikopragmatik memelajarai aspek-aspek sikap/tujuan berdasarkan konteks dibalik tuturan seseorang. Kedua interdispliner ini saling menguatkan untuk dapat menjadi pondasi dasar karakter bagi multigenerasi NKRI. Tidak harus banyak tetapi bertahap dan berkelanjutan untuk dpat menanamkan karakter kepada anak-anak Indonesia. Nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan sebagai landasan tumbuh berkembang sebagai calon pemimpin masa depan multigenerasi NKRI antara lain: (1) beriman kepada tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, (2) kejujuran, (3) kemandirian, (4) kreatif, (5) komunikatif, (6) kolaboratif, (7) kritis, (8) kolaboratif, (9) bekerja keras, (10) bergotong royong. Kesepuluh karakter tersebut harus dapat dimengerti, dipahami, dan disosialisasikan oleh orang tua, guru, dosen, dan masyarakat kepada multigenerasi NKRI dengan multikonteks wilayah yang memiliki kebhinekaan di seluruh NKRI. Dengan demikian, teknik dan pola penyampaian nilai-nilai karakter ini tidak berasa menggurui tetapi akan hadir dalam komunikasi yang terintegrasi dalam kata, frasa, klausa, kalimat, paragraph, dan wacana berbasis pragmatik dan psikopragmatik dengan multikonteks yang beragam dalam aneka kehidupan dalam kebhinekaan NKRI. 

       Pemilihan diksi-diksi yang secara pragmatik dan psikopragmatik dapat berdampak pada penghormatan dan penghargaan itu akan menjadi contoh dan teladan yang baik. Hindarkan kata-kata yang berisi makian, celaan, hinaan, dan bahkan pembulian atau perundungan dalam berkomunikasi sesame generasi dan natar generasi NKRI karena secara pragmatik dan psikopragmatik akan berdampak buruk kepada karakter dan kepercayaan diri, dan mental multigenerasi NKRI. Orang tua, guru, dosen, dan semua elemen masyarakat di seluruh wilayah NKRI harus terus ikut belajar pragmatik dan psikopragmatik untuk dapat berpartisipasi aktif menanamkan 10 karakter ideal untuk bekal anak-anak Indonesia sebagai calon-calon pemimpin masa depan bagi bangsa Indonesia tercinta. Semuanya tidak ada kata terlambat, marilah kita bersama-sama mulai membudayakan berkata yang baik, santun, dan menyenangkan semua lawan tutur dalam berinteraksi, baik pada dunia maya dan dunia nyata. Semangat kebersamaa, persatuan, dan kesatuan harus menjadi modal dasar dan tujuan bersama untuk menumbuhkembangkan sikap karakter keteladaan yang baik dan inspiratif seperti pahlawan dan pemimpin-pemimpin Indonesia. Hal ini sebagai wujud implementasi dan penghargaan untuk memeringati hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober secara rutin oleh seluruh Masyarakat NKRI tercinta.

“Kekuatan imajinasi akan mengantarkan kita untuk terus bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan kehidupan dengan terus berliterasi Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk dapat menghasilkan kebaikan dan kemaslahatan umat sepanjang hayat".

Medan, 25 Oktober 2024


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top