Ratulisa Sebagai Pilar Utama Keterampilan Pragmatik Bagi Multigenerasi NKRI

Print Friendly and PDF

Ratulisa Sebagai Pilar Utama Keterampilan Pragmatik Bagi Multigenerasi NKRI


Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS & Penggiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M. Rohmadi Ratulisa


Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.


"Kawan, bintang, bulan, dan matahari selalu hadir dan dinantikan semesta sepanjang masa, baik diminta atau pun tidak sehingga kehadirannya selalu dirindukan umat untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat"


       Ratulisa (rajin menulis dan membaca) menjadi pilar utama belajar menulis dan membaca bagi seluruh umat manusia di bumi. Hal ini sejalan dengan pengetahuan setiap manusia sejak lahir ke bumi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sejak lahir manusia memiliki keinginan dan kemampuan untuk belajar secara alamiah dan tidak langsung untuk menirukan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dibicarakan, disimak melalui konteks sosial, budaya, dan kehidupan di sekitarnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, berliterasi dengan ratulisa akan menjadi pilar utama agar setiap penutur dan lawan tutur memiliki keterampilan pragmatik sejak dini. Dengan demikian, multigenerasi NKRI akan memiliki kepekaan dan pemahaman secara komprehensif dalam berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung kepada lawan tuturnya dalam berbagai konteks kehidupan.

       Rasa ingin tahu setiap orang dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan secara alamiah dan juga melalui media cetak dan online. Hal ini tentu tidak lepas  peran fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung secara fungsional. Belajar bahasa secara fungsional yang melibatkan konteks merupakan keterampilan pragmatik dalam linguistik. Pragmatik  merupakan interdisipliner linguistik fungsional yang selalu melibatkan teks, konteks, dan konteks dalam kehidupan sehari-hari oleh penutur dan lawan tutur yang dikenal dengan triadik. Oleh karena itu, berliterasi dengan ratulisa akan sangat bermanfaat dan berfungsi untuk meningkatkan reportoar dan pengalaman berbahasa serta berkomunikasi bagi penutur dan lawan tutur agar memiliki keterampilan pragmatik dalam kehidupan sehari-hari secara komprehensif dan berkelanjutan.

       Ratulisa sebagai pilar utama keterampilan pragmatik bagi multigenerasi NKRI dapat dilakukan melalui lima tahap, antara lain: (1) menuliskan ide dan gagasan kekinian, (2) membaca teks, (3) memahami konteks, (4) menuliskan maksud dan tujuan, (5) memublikasikan  secara cetak dan online. Multigenerasi NKRI harus terus dilatih untuk berliterasi dengan ratulisa agar memiliki keterampilan pragmatik sejak dini. Hal ini tentu harus dilandasi dengan niat, kemauan, kesungguhan untuk belajar dan berlatih, serta memanfaatkan ruang dan waktu sebagai laboratorium kehidupan bagi multigenerasi NKRI. Berikut penjelasan 5 tahap ratulisa sebagai pilar utama keterampilan pragmatik bagi multigenerasi NKRI dalam kehidupan sehari-hari. 

       Tahap pertama, menuliskan ide dan gagasan kekinian. Multigenerasi NKRI harus terus dikenalkan dan dilatih budaya literasi dan keterampilan pragmatik sejak dini, yakni pada jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan perguruan tinggi. Pola belajar berliterasi dengan ratulisa sejak dini ini akan dapat berdampak  untuk menambah dan memperkaya khasanah pengetahuan kosa kata yang beraneka ragam dan pengalaman dalam berkomunikasi dengan berbagai lawan tutur serta partisipan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian multigenerasi NKRI akan memiliki keberanian, kepercayaan diri, dan proses belajar untuk terus berlatih berkomunikasi dengan lawan tuturnya, baik secara lisan maupun tulis. Apabila multigenerasi NKRI sudah memiliki keberanian untuk menyampaikan ide gagasan secara lisan, mulailah dilatih dan diajari untuk menuliskan ide dan gagasan kekinian kepada lawan tutur secara tulis. Pelan-pelan dengan penuh kesabaran ide-ide, kosa kata, dan pengalaman yang didapatkan saat berkomunikasi dengan keluarga, saudara, teman, sahabat, kolegial, dan aneka masyarakat tentu akan mengantarkan mereka untuk terampil berliterasi dengan ratulisa dan memiliki keterampilan pragmatik sejak dini secara bertahap dan komprehensif.

       Tahap kedua, membaca teks. Multigenerasi NKRI harus terus dilatih dan diajak dengan membiasakan diri membaca teks apa pun dan di mana pun sejak dini. Hal ini dalam rangka melatih kemauan dan kesungguhannya berliterasi dengan ratulisa untuk menambah reportoar bahasa dan pengetahuan melalui proses membaca. Bagi anak-anak usia dini sampai jenjang SD kelas rendah tentu harus dibantu oleh orang tua atau pegiat literasi untuk dibacakan, diajari, dan dilatih secara terus-menerus. Kemudian untuk jenjang SD kelas tinggi, SMP, SMA, SMK, dan perguruan tinggi tentu dilakukan proses pembiasaan untuk berliterasi dengan ratulisa di istana arfuzh ratulisa dengan bersinggasana buku dan bertahta karya-karya inovatif yang dihasilkan sebagai proses pembiasaan dan keteladanan untuk berliterasi dengan ratulisa. Proses belajar dan membelajarkan diri melalui membaca teks ini harus menjadi contoh dan teladan bagi multigenerasi NKRI di seluruh Indonesia secara bertahap dan berkelanjutan oleh seluruh Masyarakat Indonesia. 

       Tahap ketiga, memahami konteks. Multigenerasi NKRI harus diajak untuk berliterasi dengan ratulisa melalui pengenalan konteks kehidupan sehari-hari yang beragam. Konteks situasi kekinian, konteks waktu, konteks suasana, konteks tempat, sosial, budaya, seni, agama, pendidikan, hukum, politik, dan konteks lainnya yang kiranya berhubungan langsung dalam berkomunikasi. Proses pengenalan dan praktik berkomunikasi secara langsung maupun melalui sosial media akan menjadi pengalaman berharga bagai multigenerasi untuk berhati-hati dalam berkomunikasi berbasis konteks dan memahami maksud penutur dalam komunikasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses belajar memahami konteks ini akan sangat berarti dan berharga bagi multigenerasi NKRI karena akan menjadi pilar dasar keterampilan pragmatik bagi multigenerasi NKRI untuk dapat memanusiakan manusia dalam berkomunikasi secara bertahap berbasis konteks.

       Tahap keempat, menuliskan maksud dan tujuan. Multigenerasi NKRI harus dilatih menuliskan maksud dan tujuan secara tulis berdasarkan hasil bacaan dan belajar berbagai konteks yang diikuti, dialami, dan dirasakan sebagai pengalaman pribadi dan bersama dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan hal tersebut, seluruh multigenrasi NKRI harus dilatih berliterasi dengan ratulisa pada tahap menuliskan kembali ide, gagasan, pengalamannya secara pribadi dan berkelompok untuk dibagikan sebagai ilmu yang bermanfaat dan amal jariah. Hal ini sebagai bentuk investasi akhirat untuk usia kita yang kedua. Dengan berbekal pengetahuan, reportoar kosa kata dan bahasa, pemahaman teks dan konteks, maka perlu diberikan bekal dan latihan secara terus-menerus untuk menuliskan kembali ide-ide kreatif dan inovatifnya untuk dibagikan kepada masyarakat luas sebagai bentuk implementasi berliterasi dengan ratulisa sebagai pilar keterampilan pragmatik dalam berbagai konteks kehidupan.

       Tahap kelima, memublikasikan  secara cetak dan online. Berliterasi dengan ratulisa bagi multigenerasi NKRI akan sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat NKRI. Keterampilan berliterasi dengan ratulisa sebagai pilar utama keterampilan pragmatik untuk berkomunikasi multigerasi NKRI itu hal yang mudah secara konsep. Namun demikian secara praktik apabila tidak dilatih secara terus-menerus itu kan menjadi sulit. Sesuatu yang sederhana dan mudah akan menjadi sulit apabila tidak diikuti dan dilandasi dengan niat untuk beribadah dan latihan secara terus-menerus dan konsisten sebagai upaya untuk berbagai ilmu yang bermanfaat dan amal jariah sebagai investasi untuk usia kedua kita nanti di akhirat. Berbicara masalah konteks ini tentu langkah yang dapat dilakukan adalah tahap kelima dengan memublikasikan ide dan gagasan kekinian yang dimiliki kepada masyarakat luas secara cetak dan online. Hal ini akan dapat berdampak positif bagai seluruh multigenerasi NKRI apabila ide-ide dan gagasan kreatif  yang dimiliki dibagikan dalam bentuk tulisan dan dipublikasikan ke berbagai media cetak dan online sebagai sumber literasi yang dapat memotivasi dan mengisnpirasi multigenerasi NKRI. 

       Berlatihlah untuk terus berliterasi dengan ratulisa sebagai pilar utama keterampilan pragmatik dalam berkomunikasi akan sangat berdampak positif bagi multigenerasi NKRI agar dapat menghargai orang lain, santun dalam berkomunikasi baik secara langsung maupun sosial media, memiliki keberanian, kejujuran, dan lebih percaya diri dalam berbagai konteks berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, apa pun  profesi Saudara teruslah berliterasi dengan ratulisa dan ajaklah keluarga, tetangga, saudara, dan seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat belajar dan memebelajarkan diri denan Ratulisa sebagai pilar utama keterampilan pragmatik dalam berkomunikasi multikonteks untuk multigenerasi NKRI. 


“Kawan, teruslah berliterasi dengan ratulisa di istana ratulisa saat mentari pagi menyapa dan mentari senja bercerita menuju ke peraduannya. Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat. 


Suatu Senja di Universitas Muhammadiyah Muara Bungo Jambi, 8 Mei 2024



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top