Berkampanye dengan Bahasa yang Sehat dan Santun dalam Perspektif Psikopragmatik

Print Friendly and PDF

Berkampanye dengan Bahasa yang Sehat dan Santun dalam Perspektif Psikopragmatik

 Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat LIterasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.


"Kawan,  indah memesona menjadi pelita semesta dengan segala aneka ragamnya untuk memantik rindu selamanya"


       Teman-teman tahu tidak? Saat ini sedang musim dan hobi berkampanye lho di Indonesia. Kampanye politik bagi para calon anggota legislatif, calon presiden, dan wakil presiden Republik Indonesia. Berkampanye dengan bahasa yang sehat dan santun pasti akan sangat menyejukkan dan menyenangkan masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Jadi saat berkampanye harus dipertimbangkan pilihan kata, situasi, dan sikap untuk saling mengapresiasi, menghargai, dan hindari caci maki, benci, iri, dan saling tuduh tanpa fakta dan data empirik yang dapat memantik perpecahan antar saudara sendiri. Mari berkampanye dengan bahasa yang sehat secara psikologis tidak menyakiti pendengarnya dan bahasa santun yang menyejukkan dan menyenangkan pendengarnya.

       Berkampanye merupakan upaya untuk mempromosikan ide, gagasan, dan unggulan yang dimiliki seseorang kepada lawan tutur, dan partisipan dalam berbagai konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Hari-hari ini media cetak dan elektronik sedang disuguhi kampanye calon legislatif, calon presiden, dan wakil presiden, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seluruh masyarakat Indonesia harus secara bijak menyimak, mendengar, menyikapi, dan menindaklanjuti dengan hati bukan dengan emosi. Jangan serta merta menerima apa adanya kampanye tersebut, apalagi yang dapat memantik pikiran, tindakan, sikap, dan kondisi yang berdampak kurang baik. Sikap sabar dan menerima secara ikhlas harus menjadi kunci untuk membuat sehat psikologis dan santun dalam berbahasa dalam segala situasi dan kondisi. Dalam linguistik fungsional dipelajari dalam psikopragmatik, yakni interdispliner linguistik yang mempelajari kondisi psikologis seseorang yang berdampak pada ucapan, ujaran,  tindak tutur yang melibatkan konteks kejiwaan seseorang dan situasional. Maka gunakan hati dan pikiran yang jernih untuk dapat menentukan yang terbaik dari hasil kampanye yang didengar, dilihat, dirasakan, didiskusikan, dikritisi, diperdebatkan, dan disayangi agar menemukan yang terbaik sesuai yang diridhoi sang pemilik semesta.

       Setiap orang memiliki rasa senang, suka, duka, haru, dan  aneka apresiasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk bahasa verbal dan nonverbal. Komitmen untuk menjaga rasa, cipta, dan karsa dalam berkomunikasi antara penutur dan lawan tutur juga harus diperhatikan konteksnya. Siapa pun, baik itu calon legislatif, calon presiden, calon wakil presiden, dan bahkan masyarakat biasa pun juga harus dapat memperhatikan setiap tuturan yang dikeluarkan, baik secara lisan dan tulis. Dampak nyata kampanye yang kurang sesuai dengan konteks situasi dan isinya tentu akan memantik perdebatan yang melibatkan emosi yang kurang sehat bahkan juga dapat mengakibatkan perpecahan antar saudara dan warga. Dengan demikian akan dapat menguras energi positif dan yang keluar justru energi negatif alias emosi tanpa batas. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia yang dikenal dengan kehalusan dan kesantunannya harus dapat menjaga situasi kedamaian, kesejukan, kebahagian, dan kesehatan psikologi setiap manusia sebagai lawan tutur dan lawan politiknya.

       Berkampanye itu akan asyik saat disampaikan dengan pikiran yang jernih, hati yang bersih, dan bertujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam perspektif psikopragmatik berkampanye berarti menyampaikan niat yang tulus ikhlas kepada seluruh rakyat bahwa ketika nanti menjadi A,B,C akan diwujudkan program D,E,F untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan berbagai wujud penguatan kata, tindakan, dan perbuatan yang baik tentu juga akan memberikan dampak yang baik bagi seluruh masyarakat Indonesa. Sudah saatnya para calon presiden, wakil presiden, calon legislatif pusat, provinsi, dan kabupaten/kota menjadi contoh dan teladan berkampanye yang baik, yang sehat secara psikologis, dan santun berbahasa untuk dapat membangun situasi yang sejuk, damai, dan menyenangkan seluruh masyarakat Indonesia.

       Masyarakat kecil yang berpenghasilan harian sudah berat dan lelah dengan beban hidupnya untuk dapat menemukan rezekinya di hari pagi, siang, dan sore serta membayar hutang-hutang yang menjadi tanggungannya. Janganlah dibebani dan disuguhi dengan janji yang tidak pasti, tapi ajaklah berdialog, ajaklah berbicara sambil menikmati hidangan sarapan pagi, hidangan makan siang, dan hidangan makan malam yang dapat membuat hatinya senang karena sudah tidak menahan rasa lapar. Tidak harus makanan yang mewah tetapi makanan yang bersih dan sehat sehingga akan menyejukkan dan menyenangkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengarkan keinginan dan aspirasi rakyat kecil, menengah, dan seluruh elemen masyarakat dalam koridor masing-masing. Gunakanlah bahasa yang sehat secara psikologis tidak menyakiti, menyindir, emosi, dan bernuansa sara tetapi harus dengan bahasa yang santun sehingga menyejukkan dan menyenangkan hati seluruh rakyat NKRI.

       Akhirnya, para calon presiden, wakil presiden, calon legislatif, dan para politisi selamat berkampanye untuk adu gagasan dan program untuk memajukan Indonesia menuju Indonesia emas 2045. Ajaklah rakyatmu untuk bersama-sama saat kampanye, menyusun program pembangunan, melaksanakan pembangunan, mengevaluasi pembangunan, dan menindaklanjuti kekurangannya bersama-sama. Itulah wujud nyata hakikat berkampanye dari rakat, oleh rakyat, dan Kembali untuk kesejahteraan rakyat. Di situlah wujud kebersamaan pemimpin dengan rakyat untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat berbasis gotong royong dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat NKRI di 38 provinsi.


“Bermimpi dan berimajinasi menjadi salah satu pilar kekuatan untuk bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan dalam kerinduan di ujung senja selamanya”


Yogyakarta, 4 Desember 2023 



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top