Memerdekakan Diri dalam Merdeka Belajar Sepanjang Hayat

Print Friendly and PDF

Memerdekakan Diri dalam Merdeka Belajar Sepanjang Hayat

Oleh: Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa


Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum


"Kawan, memerdekakan diri menjadi salah satu kekuatan untuk terus berimajinasi dan berinovasi dalam segala konteks kehidupan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat"


       Kawan, masih ingat kata-kata orang tua kita dahulu. “Mana hasil sekolahmu, Apa hasil kuliahmu, Apa hasil belajarmu? Dan seterusnya….” Kalimat itu akan terus mengingat dan berkecamuk dalam benak kita sepanjang masa. Sekolah dan kuliah menjadi impian setiap anak Indonesia yang tersebar di 38 provinsi. Semua anak usia sekolah ingin bersekolah pada taman bermain, TK, SD, SMP, SMA/MA?SMK. Kemudian semua lulusan SMA/SMK/MA di seluruh wilayah NKRI memiliki mimpi dan imajinasi untuk kuliah di perguruan tinggi. Pertanyaannya apakah sekolah dan kuliah menjamin keberhasilan dan  kesuksesan seseorang di masa depan? Bahkan atau sebaliknya tanpa kuliah seseorang dapat meraih keberhasilan dan sukses dalam hidupnya. Semua Upaya dan cara telah dilaksanakan oleh pemerintah tetapi belum dapat memenuhi kewajiban pemerintah untuk memberikan Pendidikan untuk seluruh masyarakat Indonesia secara komprehensif.

       Hal inilah yang menjadi diskusi dan cara pandang  multigenerasi saat ini berbeda-beda. Cara pandang generasi konvensional dengan milenial tentu akan berbeda karena konteks kelahiran, tumbuh berkembang,  konteks tantangan zaman, dan permasalahan yg dihadapi juga berbeda-beda. Oleh karena itu, antargenerasi memang boleh memiliki cara pandang yang berbeda-beda untuk menemukan titik keberhasilan hidup yang diimpikan atau dicita-citakan. Tugas kita sebagai orang tua sebagai teman diskusi, menunjukkan, dan berbagai segala pengalaman baik dna kurang baik untuk dapat merencanakan masa depan dengan baik. Orang tua, guru, dosen, praktisi, dan masyarakat  harus dapat berkolaborasi untuk menjadi konsultan, mitra, dan laboratorium kehidupan bagi multigenerasi NKRI untuk memerdekakan diri dalam proses belajar dan membelajarkan diri menemukan jati diri dan terus berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) sebagai bekal hidupnya untuk sukses dan maslahat sepanjang hayat.

       Saat ini pemerintah  sedang menerapkan kurikulum merdeka untuk sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Ada sekolah penggerak, guru penggerak, kepala sekolah penggerak, guru praktik, pelatih ahli yang menjadi mitra untuk mengubah paradigma pembelajaran konvensional agar menjadi lebih aktif, hidup, dan menghasilkan karya produk unggulan untuk dipanen saat panen raya. Kemudian di perguruan tinggi berselancar dengan program merdeka belajar kampus merdeka (MBKM), dosen penggerak, kampus mengajar, mahasiswa magang, praktisi mengajar, dan semu program merdeka yang dapat atau bahkan harus dapat direkognisi sebagai pengakuan lulus pada mata kuliah tertentu. Semua program itu dicanangkan sebagai bentuk implementasi kebijakan merdeka belajar. Dengan demikian diharapkan dengan perubahan kurikulum yang ditinjau menjadi kurikulum merdeka ini benar-benar dapat memerdekakan peserta didik, mahasiswa, guru, dosen, dan seluruh masyarakat Indonesia dalam proses belajar dan membelajarkan diri untuk sukses dan maslahat sepanjang hayat. Apakah berhasil atau belum berhasil, tentu itu menjadi evaluasi kita bersama untuk memantau, mendukung, dan memberikan masukan kepada semua pemangku kepentingan secara sinergis dan komprehensif.

       Peninjauan dan perubahan kurikulum  memang wajib dilaksanakan oleh pemerintah dan penyelenggara pendidikan formal dan informal sebagai bentuk upaya adaptif untuk mengikuti perkembangan zaman. Namun demikian untuk peserta didik, mahasiswa, guru, dosen abad xxi tidak boleh terkejut dan bahkan kaget saat ada perubahan kurikulum dalam pendidikan. Prinsip yang harus dipegang yakni kurikulum boleh berubah setiap saat mengikuti perkembangan zaman tetapi peserta didik, mahasiswa, guru, dan dosen serta masyarakat Indonesia harus selalu visioner, adaptif, kreatif, kritis, inovatif, produktif, dan inspiratif dalam segala konteks kehidupan. Semangat untuk bergerak & menggerakkan diri serta lingkungan di sekitarnya untuk menghasilkan produk unggulan tertentu sebagai hasil atau luaran untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat maka itulah wujud sejati merdeka belajar atau belajar dengan merdeka dalam kehidupan sekarang, besok, dan masa yang akan datang. 

        Merdeka belajar harus diwujudkan dengan hasil nyata sebagai generasi abad XXI. Hal ini sesuai dengan kesepakatan forum ekonomi dunia bahwa generasi abad xxi harus menguasai keterampilan abad XXI dan enam literasi. Keterampilan abad XXI antara lain: berpikir kreatif, kritis komunikatif, dan kolaboratif. Sementara itu, penguasaan enan literasi dasar sebagai pondasi dasar untuk tahu lebih banyak untuk terus berliterasi dengan Ratulisa di istana arfuzh ratulisa, yakni literasi: menulis & membaca, numerik, keuangan, digital, sains, budaya & kewargaan. Komitmen  sekolah dan kuliah untuk mengetahui dan  menghasilkan  produk unggulan tertentu sebagai hasil dan bentuk kompetensi hard skill dan softskill multigenerasi NKRI abad xxi. Renungan untuk guru, dosen, dan masyarakat Indonesia sudahkan anak-anak kita dan multigenerasi NKRI sudah lulus dengan kompeten mampu menghasilkan produk unggulan tertentu yang dapat menjadi bekal dan keterampilan hidup mereka ke depan.

       Sekolah dan kuliah pada abad xxi tentu berbeda dengan zaman bapak ibu atau kakek nenek moyang kita kala itu, masa perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan yang dialaminya saat itu. Oleh karena itu, bekal ilmu, motivasi, inspirasi, dan karakter untuk multigenerasi NKRI sangat diperlukan untuk modal dasar sebagai calon   pemimpin masa depan yang saat ini sedang memerdekakan diri untuk belajar hidup dalam kehidupan yang penuh dengan permasalahan dan tantangan hidup abad xxi. Oleh karena itu kurikulum merdeka, sekolah penggerak, guru penggerak, kampus merdeka, dan program MBKM harus menjadi virus-virus positif yang dimaknai sebagai upaya untuk membekali multigenerasi NKRI kompetensi hard skill dan softskill sepanjang masa.

       Silaturahmi dna kolaborasi semua insan pendidik di seluruh wilayah NKRI harus dapat mewujudkan kemerdekaan belajar dan membelajarkan diri secara komprehensif. Apa pun Namanya tetapi tujuan utama merdeka belajar harus dapat; (1) Menyiapkan multigenenerasi abad xxi yang unggul, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif, (2) Berkompetensi hardskill dan softskill berbasis keterampilan abad xxi dan enam literasi dasar, (3) Komitmen dan integritas multigenerasi abad xxi yang teruji dalam teori dan praktik bersama  sekolah, kampus, dan dunia usaha & industri (DUDI), dan (4) Membentuk multigenerasi abad xxi yang berkarakter dan adaptif dengan perubahan sebagai calon pemimpin masa depan yang tangguh, unggul, kreatif, inovatif, dan visioner. Akhirnya, apa pun program, kurikulum, dan orientasi pendidikan kita  yang hakiki adalah orang tua, guru, dosen, dan seluruh masyarakat Indonesia harus siap berubah, adaptif, terus bergerak dan menggerakkan multigenerasi NKRI untuk dapat merencanakan pola hidup dan kehidupan ke depan lebih baik dan sukses dari kedua orang tuanya. Selamat berjuang dan memperjuangkan diri untuk memerdekakan diri untuk merdeka belajar dan membelajarkan diri sepanjang hayat untuk kesuksesan dan kemaslahatan umat.


“Kawan, selembut embun dini hari memeluk semesta dengan segala kerinduannya untuk dapat memantik diri berjuang dan memperjuangkan selimut semesta yang selalu menyelimuti diri sepanjang masa”


Bengkulu, 2 Agustus 2023



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top