PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL SIMBOL PANCASILA MELALUI MEDIA VIDEO INTERAKTIF BERBASIS POWER POINT UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR 1 DI SLB NEGERI JEPARA

Print Friendly and PDF

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL SIMBOL PANCASILA MELALUI  MEDIA VIDEO INTERAKTIF  BERBASIS POWER POINT UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR 1 DI SLB NEGERI JEPARA

Oleh : Azis Shoraya, S.Pd.

Guru SLB Negeri Jepara Jawa Tengah

Azis Shoraya, S.Pd.


       Pendidikan merupakan upaya pengajaran yang berlangsung sepanjang hayat, dimanapun manusia berada, anak berkebutuhan khusus memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Berdasarkan Pasal 5 ayat 2 UUD 1945 “warga negara mempunyai kelainan fisik, emosional, mental dan atau sosial berhak memperoleh pendididikan khusus”. Jadi secara jelas sudah dijelaskan didalam UUD bahwa setiap warga negara  yang tinggal di negara Indonesia wajib memperoleh pendidikan dan tidak terkecuali bagi anak yang mempunyai kelainan seperti mental maupun cacat tubuh atau psikis. 

       Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu proses dalam pendidikan. Kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat berkembang dengan adanya interaksi guru dengan anak yang menandai adanya hubungan keduanya dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Guru dapat memacu anak untuk aktif dalam kegitan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung nyaman dan efektif bagi anak.

       Menurut Sutjihati Sumantri (1996:74), tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya, ditambahkan lagi bahwa  bahwa anak tunarungu adalah anak yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun  seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengaran tidak memiliki nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengalaman sekitar diperoleh melalui indera penglihatan.

       Anak tunarungu memiliki intelegensi yang sama dengan anak normal pada umumya, penguasaan bahasa yang rendah berpengaruh pada prestasi belajaranya. Kemampuan berbahasa pada anak tunarungu tersebut dapat terlihat baik secara lisan maupun tulisan pada pembelajaran bahasa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sutjihati Soemantri (1996:77) “pada umumya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat perkembangan bahasanya, keterbatasan informasi dan kiranya daya abstraksi anak”.

       Pembelajaran PPKn adalah pembelajaran yang penting karena untuk membentuk karakter anak tunarungu. Pembelajaran PPKn dirasa sulit bagi anak tunarungu karena pembelajaran PPKn bersifat abstrak. Pembelajaran PPKn idealnya menumbuhkan anak tunarungu aktif dan mendorong anak tunarungu semangat dalam belajar. Guru perlu menggunakan media yang menarik dan menjadikan anak tunarungu mudah memahami dalam pembelajaran mengenal simbol Pancasila. 

       Guru masih menggunakan media konvensional yaitu media gambar sehingga anak tunarungu kurang tertarik dalam pembelajaran PPKn dalam materi simbol Pancasila. Rata-rata nilai PPKn anak tunarungu kelas 1 di SLB Negeri Jepara masih di bawah rata-rata KKM (kriteria ketuntasan minimal).

       Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan rangsangan dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran  pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran, penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan anak, media pembelajaran juga dapat membantu anak dalam memahami materi dan menarik perhatian siswa dalam proses penerimaan informasi.

       Media Video interkatif berbasis power point adalah media yang berbasis TPACK (Technological Content Knowledge). Media video interkatif berbasis power point berisi tentang materi simbol pancasila dalam mata pelajaran PPKn, anak tunarungu akan tertarik ketika guru menggunakan media berbasis TPACK. 

       Dalam penelitian ini peneliti merumuskan kerangka berfikir sebagai berikut, prestasi belajar mengenal simbol pancasila kelas dasar 1 di SLB Negeri Jepara relatif rendah dikarenakan guru belum menggunakan media berbasis konkrit yang memudahkan anak tunarungu dalam memahami materi simbol pancasila sehingga guru ingin meningkatkan kemampuan mengenal simbol pancasila melalui media video interkatif berbasis power point.

       Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai 12 Januari sampai 23 Maret Tahun 2022. Kegiatan yang dilakukan yaitu melaksanakan kegiatan pra tindakan, kemudian siklus I sebanyak 3 kali pertemuan, kemudian siklus II sebanyak 2 kali pertemuan. Penelitian dilakukan di ruang kelas dasar 1 di SLB Negeri Jepara.

       Subjek penelitian yaitu AN, AR, dan NZ ketiga subjek tersebut mengalami hambatan pendengaran kategori berat. Subjek AN berumur 8 tahun berjenis kelamin perempuan , subjek AN mampu melihat gerak bibir guru ketika mengucapkan kata, dan sedikit memahami ucapan guru.Subjek AR berumur 7 tahun berjenis kelamin laki-laki subjek AR mampu melihat gerak bibir guru, namun kesulitan dalam mengungkapkan kata. Subjek NZ berumur 7 tahun berjenis kelamin perempuan, subjek NZ sering beralih konsentrasinya karena sering mengobrol dengan teman sehingga kurang fokus ketika guru memberikan materi pembelajaran.

       Penelitian dilakukan pada anak tunarungu kelas 1 di SLB Negeri Jepara. Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan dalam proses pendengaran, sehingga berpengaruh pada penerimaan informasi atau rangsangan dari luar. Akibat ketunarunguan yang dimilikinya anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

       Pada penelitian ini nilai yang di peroleh AN mengalami peningkatan, dari hasil pra tindakan dari 40 menjadi 80 pada pasca tindakan siklus I dan menjadi 90 pada pasca tindakan siklus II. Nilai yang diperoleh AR mengalami peningkatan, dari hasil pra tindakan dari 55 menjadi 60 pada pasca tindakan siklus I dan menjadi 80 pada pasca tindakan siklus II. NZ dari hasil pra tindakan dari 50 menjadi 60 pada pasca tindakan siklus I dan menjadi 80 pada pasca tindakan siklus II.

       Berdasarkan penelitian yang dilakukan anak tunarungu memiliki ketertarikan dan antusias yang besar ketika belajar menggunakan media video interaktif berbasis power point. Hal tersebut dibuktikan dengan semangat, keaktifan dan antusiasme yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu mengacu pada hasil penelitian diatas bahwa kemampuan mengenal simbol Pancasila mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum di lakukan tindakan. 

       Adapun saran dari penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Kepala sekolah lebih banyak memberikan motivasi kepada guru dalam kegaiatan belajar mengajar, 2) Kepada guru sebaiknya memberikan inovasi dalam mengajar atau menciptakan media yang menarik perhatian anak.

    


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top