GURU SEBAGAI AGEN PEMBARU

Print Friendly and PDF

GURU SEBAGAI AGEN PEMBARU

Oleh : Esti Budi Sartini, S.Pd
SD Muhammadiyah Program Unggulan Botok, Kerjo, Karanganyar Jawa Tengah

Esti Budi Sartini, S.Pd



       Melihat perbandingan guru dari zaman dulu hingga ke masa era milenial saat ini dengan perbedaan yang sangat signifikan, dimana guru zaman dulu menjadi sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan bagi peserta didiknya. Selain itu, guru-guru zaman dulu sangat dihormati, baik oleh murid-muridnya maupun oleh masyarakat. Guru masih dianggap sebagai pekerjaan mulia dan terpandang. Dimana, guru zaman dulu dianggap orang pintar, panutan banyak bagi orang, menjadi sumber informasi dan sumber kebijaksanaan. Sehingga meskipun tidak menjadi kepala desa, tidak menjadi kepala dusun, tidak menjadi apa-apa, tetapi semua pengambilan kebijakan di mata masyarakat, mereka dilibatkan. 

       Guru zaman sekarang, pertama mereka harus punya kemampuan yang tinggi. Karena sumber informasi di mana-mana, kemampuan peserta didik bisa jadi lebih tinggi dibanding kemampuan gurunya. 
Karena beragamnya sumber informasi sehingga guru tidak lagi memposisikan dirinya sebagai sumber ilmu pengetahuan. Makanya guru harus bertransformasi menjadi fasilitator untuk siswanya. 

       Guru zaman sekarang ada empat tingkatan. Pertama, guru level paling rendah, yaitu guru pengajar. Jadi kalau ada guru yang hanya datang ngajar, habis itu pulang, tidak memberikan dampak lain kepada siswanya, maka guru tersebut berada pada level terendah di Indonesia. Kedua, guru pendidik. tidak hanya sekadar mengajar, dia mendidik siswanya menjadi lebih baik, berkarakter, menjadi teladan bagi siswanya. Pada level ketiga, guru-guru inovatif yang mengajar, mendidik dan berinovasi. Dia menjadi sumber motivasi untuk siswanya. Jadi siswanya jauh lebih hebat daripada dia. Kenapa, karena dia menjadi motivator bagi siswanya agar memotivasi siswanya untuk lebih baik. Level empat, guru penggerak. Jadi guru yang mampu menggerakkan. Bukan cuma dirinya, bukan cuma siswanya, tetapi lingkungannya yang langsung bisa digerakkan dengan apa yang dia miliki. Dia bisa menggerakkan siswanya untuk berbuat sesuatu lebih dari kemampuan dasar siswanya. Guru ini harus ada di semua keempat level itu, tetapi bukan level yang berbeda tapi level yang bertingkat. 

       Di sisi lain di era zaman sekarang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi yang semakin canggih¸ sumber informasi itu sudah sangat beragam. Jadi, informasinya dari banyak tempat, sehingga gurunya ketika ingin menjadi sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan, bisa terjadi kesulitan. “Kenapa, karena guru bisa saja kalah. Satu kesalahan guru bisa berdampak pada kebenaran kebaikan sebenarnya. Ini kemudian kenapa guru harus bertransformasi, tidak lagi menjadi sumber ilmu pengetahuan tetapi harus jadi fasilitator sekaligus menjadi motivator serta menjadi penggerak.” Tujuannya adalah supaya siswanya lebih bagus dari pada gurunya di era zaman sekarang dan kedua, karena perkembangan teknologi informasi, guru tidak boleh tertinggal dan harus melek informasi. Karena dia harus tahu seperti apa perkembangan sebenarnya anak didik mereka. Meskipun misalnya jambu, kalau gurunya bilang ini pisang, siswanya percaya. Tetapi sekarang jika jambu, kemudian gurunya bilang pisang, siswanya tidak terima begitu saja, karena sumber ilmu pengetahuan beragam. Jadi guru di era sekarang jauh lebih susah ketimbang di zaman lalu dengan perbedaan yang sangat mendasar, seiring perkembangan zaman di era informasi teknologi yang sangat mudahnya memperoleh informasi.

       Senyatanya begitu banyak tantangan yang semakin kompleks dalam mendidik anak-anak bangsa dengan berbagai latar belakang, kelebihan dan kekurangannya. Kompleksitas dan perubahan zaman yang terus bergerak menjadi kondisi aktual yang dihadapi para guru saat ini. Alhasil, tantangan nyata bagaimana Ki Hajar Dewantara, Freire dan Mas Nadiem memposisikan peran guru sebagai agen pembaharu yang harus beradaptasi dengan dunia pendidikan berhembus ke arah kemajuan dan modernisasi. Saat ini adalah era jaringan kecerdasan, menjadi sebuah era yang melahirkan ekonomi baru, politik baru dan masyarakat baru.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top