Apa Kabar Pendidikan Indonesia?

Print Friendly and PDF


Apa Kabar Pendidikan Indonesia?

Indri Sri Endarwati

Kita harap dunia pendidikan Indonesia saat ini baik-baik saja, meskipun harus balajar dari rumah (BDR). "Banyak ketakutan yang menghantui saya, mungkin juga dirasakan oleh mahasiswa-mahasiswi di luar sana, di mana besarnya biaya pendidikan yang saya keluarkan, tidak sepadan dengan ilmu yang saya dapatkan," ucap Ricky, salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dalam acara Sarasehan Mahasiswa.

Pandemi corona virus atau Covid-19 merubah pendidikan Indonesia bahkan dunia, yang awalnya menyenangkan menjadi sepi, mati suri, bertemu teman pun secara tatap muka sulit. Tak bisa dipungkiri pendidikan di Indonesia belum siap atas perubahan ini. Tanpa persiapan apa-apa dari pembelajaran tatap muka menjadi serba online. Banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum siap dari pengajar maupun dari mahasiswa.

Pelaksanaan BDR pun masih jauh dari kata sempurna dan harus terus dibenahi jika ingin dilanjutkan. Bukan hanya SDM yang belum siap, teknologi, dan mental mahasiswa juga dirasa belum siap sepenuhnya, karena ini masih hal baru. Mengapa demikian? Karena, masih ada mahasiswa yang menganggap BDR ini kegiatan yang tidak penting asal setor nama, beres!. Namun, jika ditelaah dengan baik, BDR juga membawa manfaat yang positif bagi mahasiswa, mahasiswa dapat melakukan pekerjaan paruh waktu untuk membantu meringankan biaya kuliah. Tetapi hal ini disalah artikan, membuat prioritas mahasiswa berubah, yang awalnya mencari ilmu menjadi mencari uang. Tidak ada yang salah, tetapi prioritasnya yang kurang tepat. Kurang tepatnya prioritas ini membuat beberapa mahasiswa bertindak semaunya ketika BDR berlangsung, ada yang sambil COD barang jualan, sedang menjaga toko, dan parahnya sampai ditinggal tidur. Adanya hal ini, mahasiswa mulai mencari celah dan memanfaatkan keadaan, serta membuat kesimpulannya sendiri bahwa BDR itu sulit dilakukan karena beberapa faktor:

1. Terkendala karena letak geografis, lokasi rumah yang berada di pelosok desa membuatnya susah menjangkau jaringan internet.

2. Pemberian tugas oleh dosen dengan duras1 waktu yang singkat dan terkadang kurang maksimal dalam pengerjaannya karena keterbatasan pemahaman mahasiswa tentang materi yang dijelaskan.

3. Selain jaringan internet, mahasiswa juga mengeluhkan kuota internet atau paket internet yang cukup menguras kantong selama pembelajaran menggunakan platfrom video conference, biasanya kuota cukup untuk sebulan, tapi ini habis dalam hitungan jam.

4. Beberapa kegiatan perkuliahan yang sifatnya praktikum juga sulit bahkan tidak bisa dilakukan seperti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) / magang. Padahal kita semua mengetahui bahwa perkuliahan tidak hanya tentang teori, tetapi juga memerlukan praktik untuk menyempurnakannya. 

Banyaknya kendala yang dianggap menghambat kegiatan BDR, mendorong pemerintah untuk membuat beberapa kebijakan tekait dengan pemberian bantuan kepada mahasiswa selama pandemi ini berlangsung, yaitu:

1. Pemberian bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT), yang besarannya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing perguruan tinggi.

2. Pemberian bantuan paket data internet untuk mahasiswa dan tenaga pengajar setiap bulannya sesuai dengan provider yang digunakan, besarannya mencapai 15 Gb.

4. Meluncukan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.

Walaupun hanya beberapa bantuan yang diluncurkan, namun sudah sangat membantu sebagian mahasiswa dan menelan anggaran yang fantastis sebesar kurang lebih Rp. 45,35 miliar (Hidayahningrum, 2021).

Setiap kebijakan pasti akan menuai pro dan kontra. Setiap solusi yang dibuat pun pasti tidak bisa menyenangkan semua pihak, terlebih mahasiswa. Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa  memperoleh bantuan paket data meskipun sudah melakukan perbaharuan informasi dan mendaftar melalui bagian sistem informasi perguruan tinggi. Begitu pula dengan penerimaan bantuan UKT yang dirasa mahasiswa belum merata. Tetapi bagaimanapun itu pemerintah dan perguruan tinggi sudah melakukan yang terbaik dengan cara semaksimal mungkin untuk para mahasiswanya. 

Sekarang yang terpenting adalah melakukan pembenahan teknologi dan sistem informasi mulai dari website, media sosial (sarana pencarian mahasiswa baru / PMB), Siakad/ Simbok (Sistem Informasi Akademik Mahasiswa), hingga media pembelajaran yang digunakan. Tenaga pengajar juga harus berinovasi dalam menyampaikan materi perkuliahan, jangan monoton melulu powerpoint, mahasiswa juga bosan. Maksimalkan media pembelajaran lainnya, bisa dengan membuat content pembelajaran di pembelajaran di Youtube, Podcast, mengakses aplikasi Spada (untuk mahasiswa Univet Bantara Sukoharjo), memaksimalkan google classroom, dan masih banyak media pembelajaran lainnya. 

Mahasiswa juga harus ikut berpartisipasi aktif dalam terwujudnya kegiatan BDR yang sukses, menarik, dan inovatif. Jangan patah semangat, jangan mudah menyerah karena, prioritas utama kita adalah belajar, agar bisa melakukan perubahan yang lebih baik untuk masa depan. Tak lupa pula mahasiswa harus pandai beradaptasi dalam perubahan ini. Adanya virus corona membuat sistem pembelajaran BDR akan menjadi lebih lama dan bisa saja menjadi metode pembelajaran baru yang akan dipatenkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.


Penulis: Indri Sri Endarwati 

Mahasiswa Magister Manajemen Univeristas Negeri Sebelas Maret





1 komentar:

  1. Bagus argumentasi nya, yang penting bukan curcol 🤭🤭

    BalasHapus


Top