MERDEKA BELAJAR UNTUK INDONESIA MAJU

Print Friendly and PDF

MERDEKA BELAJAR UNTUK INDONESIA MAJU 

Oleh: Novita Ariningtyas Azis Saputri, S.Pd

Guru Biologi SMA Islam Al Azhar 7 Solobaru, Sukoharjo Jawa Tengah

Novita Ariningtyas Azis Saputri, S.Pd


       Pada tahun 2021 ini, Indonesia tepat memperingati hari kemerdekaan yang ke-75. Merdeka dari penjajahan dan menjadi negara yang berdaulat. Sebagai negara yang berdaulat tentunya, kita mampu mengatur segala sendi kehidupan. Kita semua mempunyai harapan yang sama, menjadikan negara kita ini negara yang besar, terhormat, serta masyarakatnya sejahtera lahir dan batin. 

       Namun, perjalanan kemerdekaan kita selama 76 tahun ini, masih menyisakan banyak PR yang harus segera diselesaikan. Dalam hal ini, saya akan menyoroti masalah yang ada dalam bidang pendidikan. Realita yang ada di sekitar kita menunjukan bahwa masih adanya perbedaan kualitas pendidikan antar wilayah, antar pendidikan di jawa dan luar Jawa. Masih banyak masyarakat yang belum bisa mengakses fasilitas pendidikan, yang dikarenakan biaya mahal, tempat jauh, dan kurangnya informasi. Tentunya hal ini membuat hati kita merasa miris, prihatin, dan menyedihkan. 

       Potret lainya adalah dosen dan guru terlalu disibukkan dengan adanya administrasi yang sangat menguras tenaga. Pembuatan RPP, pengisian beban kerja dosen/guru, penelitian, pengabdian yang harus diisi setiap semester maupun pengisian barang akreditasi yang sangat melelahkan. Lantas apa akibatnya kalau hal-hal terbebut diatas dibiarkan berlarut-larut? Sebenarnya hal yang paling gampang adalah melihat dengan sudut pandang orang lain. Dengan melihat sudut pandang orang lain, kita bisa mengoreksi diri dan memperbaiki apa yang harus diperbaiki.

       Bagi sektor pendidikan salah satunya adalah dengan melihat laporan PISA. Menurut Wikipedia PISA (Programme for International Student Asessment) yaitu adalah penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD).

       Berdasarkan laporan PISA pada tanggal Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Tiga skor itu kompak menurun dari tes PISA 2015. Kala itu, skor membaca Indonesia ada di peringkat 65, skor sains peringkat 64, dan skor matematika peringkat 66. Di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia berada paling bawah bersama Filipina yang mendapat peringkat terakhir dalam membaca dan skor sebelum terakhir di dua bidang lain. 

       Kemampuan membaca diartikan sebagai kapasitas murid untuk memahami, menggunakan, evaluasi, merenungkan, dan memakai teks untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi, serta berpartisipasi di dalam masyarakat. Kemampuan berhitung diartikan sebagai kapasitas siswa untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika termasuk penalaran matematika dan memakai konsep, prosedur, fakta, dan perangkat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. 

       Seseorang yang mempunyai kemampuan literasi sains memiliki kemauan untuk terlibat dalam diskusi bernalar tentang sains dan teknologi, sehingga dapat menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang pemeriksaan secara ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti secara ilmiah. Dengan skor PISA negara kita berada dibawah juga membuktikan bahwa kemampuan siswa masih dalam level menghafal rumus maupun bacaan tertentu, dan belum bisa mengkajinya lebih dalam.

       Menghadapi berbagai persoalan di atas dan rendahnya skor PISA negara kita, pemerintah meluncurkan program merdeka belajar. Menurut Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, tujuan dari merdeka belajar adalah untuk menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah dan murid serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Salah satu konsep sederhana mengenai reformasi pendidikan atau perubahan kurikulum adalah memberikan kemerdekaan kepada guru-guru untuk mengajar pada level yang cocok dengan muridnya. Kondisi saat ini menunjukan bahwa semua murid di Indonesia berada pada level yang sama tanpa mempertimbangankan kompetensi anak itu sendiri. 

       Perubahan lainya dalam program merdeka belajar adalah adanya penyederhanaan RPP bagi guru dan dosen sesuai Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 serta adanya sistem zonasi dalam PPDB. Hal ini dilakukan agar tercipta pendidikan Indonesia yang merata dan maju di semua wilayah. 

       Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda negara kita sejak Maret 2020, merdeka belajar pun tetap dilaksanakan. Sejak diluncurkanya program pembelajaran jarak jauh (PJJ), semua elemen di sekolah/kampus melakukan berbagai adaptasi, agar siswa dapat tetap belajar.

       Beragam platform yang ada mulai dari zoom, google meet, cisco webex.google classroom , dan quiziz dapat digunakan untuk mendukung terlaksanaya PJJ di masa pandemi. Pada intinya merdeka belajar di tengah pandemi tidak menambah beban siswa, tetapi siswa juga tetap bisa belajar dengan baik dan nyaman. 


DAFTAR PUSTAKA

https://blog.kampusgurucikal.com/merdeka-belajar-di-masa-pandemi/

https://www.kompasiana.com/isnatustiyani/5f3abffad541df299a4aadd2/merdeka-belajar-demi-mewujudkan-indonesia-maju?page=3

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/11/merdeka-belajar-gali-potensi-terbesar-guru-dan-peserta-didik



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top