Ibu Mursiyem Pedagang Bubur Kacang Ijo Timur Perempatan Purwosari Solo

Print Friendly and PDF

Ibu Mursiyem Pedagang Bubur Kacang Ijo Timur Perempatan Purwosari Solo

Bu Mursiyem
Pedagang Bubur Kacang Ijo Timur Perempatan Purwosari Solo 

Sabar Kunci Kelancaran Rejeki


Solo-majalahlarise.com-Menikmati sajian bubur kacang ijo setiap santap sarapan pagi sungguh mengenakkan. Betapa tidak, selain membuat badan sehat bubur kacang ijo juga memiliki kandungan vitamin yang baik untuk mencukupi asupan gizi tubuh.

Kalau ingat bubur kacang ijo, tentu ingat juga bubur kacang ijo yang dijual di warung milik Bu Mursiyem yang berada di Timur Perempatan Purwosari Solo atau disebelah barat hotel Arini Purwosari.  Selain bubur kacang ijo ada juga bubur ketan hitam yang dijualnya. Apalagi kalau makannya dicampur antara bubur kacang ijo sama bubur ketan hitam tambah nikmat.

Ketika majalahlarise.com menyambangi warung bubur kacang ijo ini, Bu Mursiyem menceritakan berjualan sejak tahun 1986. Awalnya dia menjual bubur kacang ijo ketan hitam ini cuma 1 kg lambat laun banyak pelanggan yang beli sampai menjual 12 kg.

"Saya jualan disini sudah lama, anak-anak saya masih kecil. Anak pertama baru berumur 8 tahun, anak kedua 5 tahun dan anak ketiga 3 tahun. Suami saya waktu itu berhenti bekerja jadi sopir becak karena sakit paru-paru krononis. Untuk menyambung ekonomi keluarga saya dan suami jualan bubur kacang ijo," katanya.

Mengenai modal dagang, Bu Mursiyem menjelaskan modal awal berdagangRp. 10.000 untuk membeli peralatan seperti mangkuk, sendok, panci, dandang dan bahan mentah bubur kacang ijo, ketan hitam, kelapa untuk santan.

"Kalau berdagang itu kuncinya sabar. Saya waktu awal-awal jualan baru ada pelanggan itu satu tahun lamanya. Kalau dagangan tidak habis saya bagi-bagikan ke tetangga. Laris dan tidak laris itu sudah ada yang ngatur. Saya hanya berusaha saja dan menikmati berjualan. Kalau sekarang ini jualan tidak laku saya berikan ke panti asuhan untuk anak-anak yatim," terangnya.

Wanita yang selalu murah senyum dan ramah pada pembeli ini mengatakan suka dan duka saat jualan pasti ada. Sukanya kalau dagangannya habis kalau dukanya selama ini dia rasakan tidak ada sebab jualan itu salah satu ibadah.

"Saya dulu pernah merasakan duka yang cukup dalam ketika tahun 1998. Suami saya meninggal dunia karena sakit komplikasi paru-paru dan ginjal. Saya bertekad berjuang sendiri menghidupi anak-anak. Alhamdulillah anak-anak saya dapat selesai sekolah. Anak pertama lulusan SMK, anak kedua lulusan sarjana S1, anak ketiga lulusan SMK. Mereka sudah menikah dan saya sudah punya cucu," tutur ibu yang lahir di Wonogiri, 19 September 1958 ini.

Dirinya berharap dapat jualan sampai akhir hayat dan ada anaknya yang dapat melanjutkan jualannya ketika dirinya sudah tidak mampu berjualan bubur kacang hijau.

"Semoga saya tetap diberi kesehatan dan dapat berjualan terus," pungkasnya. (Sofyan)
 








 


1 komentar:

  1. Semoga jualan bubur laris terus dan selalu sehat..aku juga langganan bubur kacang ijo sejak lama..ibu mursiyem tetap seperti dulu..wajahnya tidak berubah..ramah ama pembeli..

    BalasHapus


Top