UNTUNG RUGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH YANG DIRASAKAN GURU DAN SISWA

Print Friendly and PDF

UNTUNG RUGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH YANG DIRASAKAN GURU DAN SISWA


Oleh: Aris Suharto, S.Pd

Guru SDN 2 Gunungan, Manyaran Wonogiri Jawa Tengah

Aris Suharto, S.Pd


       Seiring meningkatnya kasus pandemi Covid-19 diberbagai negara di dunia termasuk negara Indonesia bukan saja membawa kekhawatiran bagi dunia pendidikan, khususnya para orang tua dan guru. Hal ini tentu membuat takut para orang tua dan guru. Ketakutan mereka tentu saja beralasan. Mulai dari bahaya penyebaran virusnya yang menyebabkan kematian hingga pengaruhnya terhadap perkembangan akhlak anak mereka selaku sebagai peserta didik. Merujuk dari masalah tersebut. Pemerintah mengantisipasi untuk menekan lajunya penyebaran Covid-19 ini dengan melakukan jaga jarak atau social distancing. Sejak adanya kebijakan sosial distancing ini memberi dampak bagi dunia pendidikan di Indonesia. menanggapi hal tersebut, Nadiem Makarim selaku Mendikbud, menyetujui kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk meliburkan sekolah karena situasi yang sangat mengkhawatirkan.

       Di antara kebijakan yang diambil ialah menonaktifkan kegiatan pendidikan, mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi di lingkungan kampus untuk melakukan sterilisasi serta melakukan isolasi mandiri mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Kebijakan tersebut diwujudkan dengan Pembelajran Jarak Jauh (PJJ). Bagi tiap-tiap jenjang pendidikan. Beberapa bulan terakhir, rata-rata sekolah mengambil kebijakan untuk melakukan pembelajaran via daring atau yang disebut dengan Pembelaaran Jarak Jauh (PJJ). Aneka media pembelajaran jarak jauh pun dicoba dan digunakan.

       Sarana alternatif yang dapat dipilih oleh sekolah sebagai media pembelajaran online di antaranya, e-learning, aplikasi zoom, google classroom, dan sebagainya. Sarana tersebut dapat dianfaatkan secara optimal, sebagai media. Dengan pemanfaatan media daring tersebut. Tentunya secara tidak langsung penggunaan akses teknologi semakin dikuasai oleh peserta didik ataupun guru. Namun sebaliknya, tidak sedikit pula muncul permasalahan tentang gagapnya dalam mengakses teknologi tersebut atau yang biasa kita kenal dengan Gaptek.

       Membaca gejala permasalahan di atas dapat saya simpulkan bahwa menerapkan pembelajaran secara daring ini, kita dihadapkan dengan beberapa kendala dan tantangan antara lain: pertama, lemahnya jaringan internet juga menjadi kendala bagi guru dan siswa. Hal ini dirasakan terutama bagi guru dan siswa yang tinggal di daerah pedesaan. Mereka akan sangat sulit untuk dapat mengakses internet. Pada hal ini menjadi salah sattu faktor penting terwujudnya pembelajaran daring. 

       Kedua kurangnya kompetensi guru akan teknologi atau gaptek (gagap teknologi) dalam era digital ini. Biasanya kejadian ini banyak dialami oleh para generasi lawas (lahir rentang tahun < 1960).

         Ketiga, kurangnya ketersediaan akses teknologi semisal jaringan, alat bahkan kuota yang minim, akses informasi yang terkendala oleh lemotnya sinyal menjadi lambatnya iformasi kita akses. Terkadang peserta didik mengalami ketertinggalan informasi akibat sinyal buruk. Tentu saja berdampak kepada mereka dalam hal pengumpulan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. 

      Keempat, tidak seluruh guru dan peserta didik dapat mengerti dengan cepat mengenai sistem pembelajaran daring ini. Bukan hanya itu, adanya pembelajaran daring juga menjadi pemicu maraknya aplikasi pembelajaran online.

       Aplikasi tersebut disediakan secara gratis dan berbayar. Peluang belajar bagi peserta didik pun terbuka lebar. Meskipun begitu, tentu ada dampak negatif PJJ yang dirasakan siswa, guru, maupun orang tua. Bagi siswa Pembelajran Jarak Jauh (PJJ) memberikan beban mental tersendiri sebab menumpuknya tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini, dapat menimbulkan rasa stress dan jenuh pada diri siswa. Bagi guru PJJ pun memunculkan kendala tersendiri. Khususnya guru-guru golongan tua, masih kagok atau canggung menggunakan teknologi. Tentunya hasil dari pembelajaran daring tersebut tidak maksimal. Terakhir, orang tua pun merasa kesulitan untuk medampingi anaknya terus-menerus dalam belajar di rumah.

       Di sisi lain, orang tua masih mempunyai kesibukan atau pekerjaan lain yang tidak bisa ditinggalkanya. Namun mereka juga punya kewajiban atau tanggung jawab terhadap anak-anak mereka, dalam hal mengawasi dan mendampingi belajar di rumah. Akan tetapi PJJ juga memberikan imbas positif dalam pelaksanaanya, yaitu menambah wawasan dan penguasaan tentang penggunaan teknologi oleh guru dan siswa. Mereka makin terampil, kreatif, dan inovatif dalam melaksanakan PJJ ini. Sedangkan orang tua memberikan dampingan belajar bersama dengan anak di rumah. Orang tua juga tidak perlu repot mengeluarkan biaya ongkos dan uang jajan untuk mereka pergi sekolah.

      Saat memulai pembelajaran daring, perlu adanya kata sepakat dari beberapa pihak, yakni guru, siswa, dan juga orang tua. Maka dari itu pembelajaran online dapat berjalan dengan baik dan efektif sesuai dengan tugas dan kewajiban antara guru, siswa dan orang tua. Seiring berjalannya waktu, akhir-akhir ini pemerintah mulai memberanikan diri untuk memberikan solusi atas masalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan membolehkan untuk belajar tatap muka.di sekolah. Pemerintah berencana memulai pembelajaran tatap muka tahun depan. Ujar Nadiem Makarim saat jumpa pers secara (20/11/2020).

      “Pemerintah pada hari ini melakukan penyesuaian kebijakan guna memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, kantor wilayah Kementerian Agama, untuk menentukan pemberian izin pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah di bawah kewenangannya,” ujarnya. 

       Kebijakan sekolah tatap muka rencananya mulai berlaku pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 atau mulai Januari tahun depan. Dengan demikian, keresahan para guru dan siswa dalam menyikapi pandemi Covid-19 cepat terselesaikan. Semoga new normal tatap muka ini menjadi langkah awal yang baik dalam menjalankan rutinitas kita selaku guru dan siswa.

       Semoga dengan tercetusnya kebijakan tatap muka yang direncanakan oleh pemerintah ini kedepannya pendidikan di Indonesia lebih baik lagi. Harapan kita proses belajar mengajar di sekolah dapat terwujud dan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak, yakni guru dan siswa. Tentunya yang paling diharapkan adalah dalam hal perbaikan karakter akhlak peserta didik.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top