Peringatan Hari Kartini di SMPN 8 Surakarta

Print Friendly and PDF

Kepala SMPN 8 Surakarta bersama guru dan karyawan saat foto bersama.

Peringatan Hari Kartini di SMPN 8 Surakarta

Solo- majalahlarise.com -Dengan menggunakan pakaian Kebaya, Perempuan sekaligus Guru di SMP Negeri 8 Surakarta, pada hari Kamis tanggal 21 April 2022 memperingati hari lahirnya Raden Ajeng Kartini. Peringatan ini dilakukan oleh semua Bapak dan Ibu Guru. Hanya saja yang membedakan adalah pakaian yang digunakan. Untuk Ibu Guru menggunakan Kebaya dan bagi Bapak Guru menggunakan Beskap. Tidak ada upacara, karena hari ini masih berlangsung Ujian Sekolah bagi kelas IX. Acara ini  bertujuan sebagai suatu penghargaan atas perjuangan R.A Kartini yang memperjuangkan hak perempuan pada masa lalu.

Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd., menyampaikan peringatan Hari Kartini bukan sebatas kegiatan seremonial belaka, dan sebatas menggunakan sanggul dan Kebaya. Lebih dari itu peringatan hari Kartini sudah selayaknya berkaitan langsung dan tegas dengan kesetaraan. Hak antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki.

Selain itu dalam peringatan hari Kartini ini hendaknya dijadikan momentum untuk memperkuat dan memperluas pemberdayaan perempuan Indonesia maupun dunia secara luas. Juga dijadikan momentum memperkuat advokasi dan aksi nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal dan lebih jauh lagi adalah peningkatan kualitas hidup perempuan.

Untuk mengingat kembali dengan Biografi dan kisah perjuangan beliau dalam mengangkat derajat Kaum Wanita. Perlu diketahui R.A Kartini, lahir pada tanggal 21 April  1879 di Kota Jepara, anak pasangan dari R.M Sosroningrat dan M.A Ngasirah tersebut lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya.

Baca juga: Semarak Ramadan, SMP Muhammadiyah PK Gelar Pesantren Hingga Ajak Siswa Berbagi

Pemikiran-Pemikiran R.A Kartini Tentang Emansipasi Wanita. Meskipun berada di rumah, R.A Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belanda sebab beliau juga fasih dalam berbahasa Belanda. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku yang ia baca. Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi sebab dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. Atas usaha mengangkat derajat kaum perempuan Indonesia inilah Hari kelahiran Kartini yang jatuh tanggal 21 April setiap Tahun nya selalu diperingati oleh Bangsa Indonsesia sebagai Hari Kartini. 

Salah satu bukti berada di SMP Negeri 8 Surakarta, Perempuan sekarang tidak tertinggal dengan laki-laki adalah jumlah Guru yang ada di SMP Negeri 8 Surakarta banyak Perempuannya. Terdapat Wakil Kepala Sekolah yang terdiri dari empat orang, dua diantaranya adalah perempuan juga (Prico Diana Dewi, S.Pd.,MH., Hesti Setyaningsih, S.Kom.). Bahkan Guru BK yang berjumlah empat orang, semuanya perempuan, panggilan populernya “Srikandi BK”. Diantaranya adalah ; Dra. Inawati, Hendiyartiningsih, S.Pd., Partini, S.Psi., dan Imas Wigatining Asih, S.Pd. 

Peringatan hari Kartini ini didasari untuk selalu mengingat besarnya jasa dari Kartini kepada bangsa Indonesia terutama untuk kaum Wanita. Bahkan Pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Kartini waktu masih kecil merasa tidak bebas untuk menentukan pilihannya dan juga merasa diperlakukan berbeda dengan saudara ataupun teman-teman prianya. Karena beliau merasa terlahir sebagai seorang wanita, merasa kurang adil dengan kebebasan teman-teman wanitanya yang berada di luar negeri khususnya dengan para wanita Belanda.

Dengan latar belakang yang demikian itulah di hati Kartini tumbuh keinginan dan tekad di dalam hati untuk menjadikan para wanita Indonesia juga mempunyai persamaan derajat yang sama dengan laki-laki, bahwa setiap wanita juga memunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Demi mewujudkan keinginan tersebut, maka Kartini mendirikan sekolah gratis untuk gadis Jepara  dan Rembang.

Dengan adanya sekolah gratis tersebut, para wanita diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya. Dengan berjalannya waktu, kemudian Sekolah Gratis itu diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan “Sekolah Kartini” di berbagai tempat, seperti Semarang, Yogyakarta, Cirebon, Surabaya, Malang, dan Madiun. Sebenarnya perjuangan dan tekad Kartini untuk menyamakan derajat kaum wanita dengan kaum pria telah membuahkan hasil, yaitu dengan dibuktikan telah berkembangnya sekolah-sekolah untuk wanita, namun kenyataannya tidak seindah dengan hasil yang telah dicapai. Karena Kartini sakit-sakitan dan wafat setelah melahirkan putra pertamanya yaitu pada usia 25 tahun tanggal 17 September 1904.

Dalam kehidupan sehari-harinya, Kartini sering menulis surat-surat yang ditujukan kepada para sahabatnya di Belanda, yang berisi tentang keinginan Kartini untuk melepaskan kaum wanita di Indonesia dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya. Kumpulan surat-surat itu, kemudian dijadikan buku yang berjudul Door Duistermis tox Licht, “Habis Gelap Terbitlah Terang”. 

Beberapa kutipan yang berasal dari buku tersebut yaitu: “Tahukah engkau semboyanku? “Aku mau!” Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “aku tiada dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung”.” Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. kehidupan manusia serupa alam” (Kartini – Habis Gelap Terbitlah Terang).

Setiap mengahadapi kesusahan, janganlah terlalu bersedih. Selalu ingat dengan Buku yang Berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Pemikiran Kartini yang lugas menentang budaya turun temurun tentang peran perempuan yang lazimnya hanya menjalani kehidupan sebagai isteri, ibu dan dianggap tak mampu melakoni peran laki-laki. 

Baca juga: Ngabuburit Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Univet Bantara Bersama Pro 2 RRI Surakarta "Kreatifitas Anak Muda Goes to Kampus"

Perlu diketahui dengan memperingati hari RA Kartini ini, perempuan-perempuan akan terus memperjuangkan cita-cita dengan cara-cara yang positif, salah satunya dengan mengup-grade diri menjadi pribadi yang berpendidikan dan berkelas baik dalam lingkup keseharian ataupun lingkup sosial.

Peran perempuan dianggap tak setara dengan laki-laki. RA Kartini ingin menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya “konco wingking”. Perempuan bisa berperan lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam bidang pendidikan. "Perempuan juga bisa menentukan pilihan hidup, tak harus atas paksaan orantua dan perempuan juga bisa sekolah setinggi-tingginya.

Jasa-jasa RA Kartini, mendirikan sekolah untuk perempuan sehingga perempuan yang tidak berasal dari golongan bangsawan mendapatkan kesempatan untuk bersekolah. Mencetuskan dan mengembangkan gerakan emansipasi wanita dari tulisan dan pemikiran-pemikirannya sehingga wanita memiliki kedudukan yang sejajar dengan pria dan tidak dianggap rendah.

Harapan dari Kepala SMP Negeri 8 Surakarta, Triad Suparman, M.Pd. mari jadikan peringatan Hari Kartini sebagai momentum kebangkitan perempuan di sekolah, dan sebagai tantangan perempuan agar mampu meneruskan perjuangan Raden Ajeng Kartini, salah satunya dengan mempersembahkan karya-karya terbaik perempuan  untuk mengharumkan nama bangsa, tidak hanya di dalam negeri tapi juga harus menjangkau ke tingkat Internasional. 

"Hari Kartini dijadikan momentum kebangkitan bagi perempuan di SMP Negeri 8 Surakarta khususnya untuk berkarya, berkreasi sehingga mampu menghasilkan karya-karya  terbaik yang dapat membantu pendidikan di masa sekarang," ungkapnya.

Pihaknya berharap perempuan - perempuan di SMP Negeri 8 Surakarta  harus mampu menjadi penerus Kartini, untuk memajukan sekolah serta berperan aktif dalam mensukseskan program kami mewujudkan Sekolah “Mantap Berkarya”. Selamat Hari Kartini untuk seluruh wanita di Indonesia! (Sofyan)


Baca juga: Workshop Konten Kreatif Hantarkan Desa Wayang ke Dunia Maya


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top