MODEL START UP COMPETITION SEBAGAI BAHAN AJAR PENDIDIKAN IPS DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT HUMANISTIK

Print Friendly and PDF

MODEL START UP COMPETITION  SEBAGAI BAHAN AJAR PENDIDIKAN IPS DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT HUMANISTIK

Oleh : Andarweni Astuti, MM dan Ferani Mulianingsih, M.Pd



Andarweni Astuti, MM 

Ferani Mulianingsih, M.Pd

  

       Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. 

       Hakekat Pendidikan IPS tersebut mengacu juga pada apa yang dinyatakan oleh National Council For the Social Studies (1994: 3), yang memberikan definisi IPS atau social studies sebagai berikut: 

       “…the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.”

  Tema tema dalam Program pendidikan IPS antara lain adalah: Culture Time continuity and change, People places and environments, Individual development and identity, Individuals groups and institutions, Power authority and governance, Production distribution and consumption, Science technology and society, Global connections, Civic ideals and practices.

       Pendidikan IPS dalam tema-tema yang tercakup antara lain membahas tentang 10 tema, jika berbicara tentang start up competition maka tema production, distribution and consumption bisa menjadi salah satu tema pembahasannya. Penelitian yang dilakukan Mardi Arya Jaya , Ridi Ferdiana , Silmi Fauzia menyatakan bahwa startup menjadi salah satu jenis perusahaan yang paling banyak di bicarakan orang. Berbagai ide baru yang diciptakan perusahaan startup mengendalikan bisnis elektronik dunia (Chenoweth, 2008). Sudah banyak startup Indonesia yang berhasil membuktikan kesuksesan mereka sampai tingkat dunia, diantaranya GO-Jek, Traveloka, dan Tokopedia, mereka hampir mencapai status startup Unicorn (Newsletter, 2015). Pemerintah sendiri pun tidak tinggal diam dalam fenomena ini, pemerintah berusaha membantu anak bangsa untuk dapat sukses di bidang ini, salah satunya dengan membuat program gerakan nasional 1000 startup yang berada dibawah kementrian komunikasi dan informatika (Http://1000startupdigital.id/, 2016). Startup merupakan suatu organisasi yang dirancang untuk menenmukan model bisnis baru untuk mendapatkan keuntungan yang besar (Blank, 2014)

       Pembelajaran humanistic berfokus untuk mengkaji kesadaran pikiran, kebebasan kemauan, martabat manusia, kemampuan untuk berkembang, dan kapasitas refkeksi diri. Teori ini berusaha untuk memahami perilaku sesorang dari sudut pandang si peserta didik (behavior), bukan dari sudut pandang pengamat (observer). (Hamzah, 2006). Teori ini memandang perkembangan manusia dari sisi kepribadiannya, peserta didik menjadi pusat dalam proses belajar. Pendidik memperhatikan Pendidikan yang lebih responsive terhadap kebutuhan kasih sayang (affective) peserta didik, seperti perasaan, emosi, sikap, nilai, moral, agar peserta didik mampu mencapai aktualisasi dirinya.(Febriana, 2021). 

       Salah satu tokoh teori humanistic ini yaitu Carl Carl Ransom Rogers mengetengahkan teorinya bahwa Prinsip-prinsip belajar menurut Roger adalah: (1) Hasrat untuk belajar, (2) Belajar yang berarti (3) Belajar tanpa ancaman (4) Belajar atas inisiatif sendiri (5)Belajar dan Perubahan. Prinsip belajar tersebut jika digunakan dalam pembelajaran tentang strat up competition adalah sebagai berikut:

1. Hasrat untuk belajar

       Hasrat alami untuk belajar dimiliki oleh setiap manusia, terbukti dengan rasa keingintahuan anak-anak.  Guru memberikan konsep tentang  start up competition yang menumbuhkan rasa keingintahun siswa tentang tema tersebut.  

2. Belajar yang berarti

      Belajar akan mempunyai arti jika yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Anak-anak akan belajar dengan semangat, cepat kalau yang dipelajari memiliki arti. Hal ini menjadi tugas pendidik, mencari tema yang berarti bagi peserta didik. Guru mengarahkan siswa untuk menceritakan pengalaman mereka ketika mereka berbelanja lewat Tokopedia, atau belajar melalui aplikasi ruang guru, membeli buku lewat toko online dll.

3. Belajar tanpa ancaman

       Proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat diterima dengan baik jika berjalan dalam situasi tanpa ancaman. Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari literature, bisa dengan melihat langsung, eksplorasi lapangan, untuk memperdalam pengetahuan tentang start up. Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk bereksplorasi diri tentang startup competition.

4. Belajar atas inisiatif sendiri

       Pembelajaran akan berlangsung lancar dan penuh arti jika peserta didik memilih atas inisiatif sendiri pelajaran yang disukainya. Guru memberikan apresiasi atas inisiatif yang dikumpulkan dan digali oleh siswa

5. Belajar dan Perubahan

       Pembelajaran adalah sebuah proses, bagi individu yang mau terus belajar di saat yang penuh perubahan ini, akan mampu menyesuaikan diri denga perubahan tersebut. Guru mendorong siswa untuk  menemukan perubahan-perubahan pola pikir yang berasal dari pemahaman awal tentang start up competition menjadi pengetahuan baru tentang start up competition dengan pendekatan refleksi diri siswa, bagaimana siswa menempatkan diri atau bagaimana siswa mengembangkan dirinya dalam zaman start up competition ini.




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top