Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep

Print Friendly and PDF

 

Proses pembuatan jenang tradisional.

Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep

Sukoharjo- majalahlarise.com Makanan khas suatu daerah atau biasa disebut makanan tradisional memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek wisata kuliner. Terlebih makanan tradisional pembuatannya terpusat di desa setempat.

Hal ini menjadi daya tarik bagi redaksi untuk melihat lebih dekat bagaimana proses pembuatan makanan tradisional jenang belum lama ini.

Tempat yang dikunjungi yakni usaha jenang tradisional UD TEGUH yang dikelola oleh bapak Haryanto di Kedunggudel, Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa. Usaha jenang tradisional ini merupakan usaha turun temurun berdiri sejak tahun 1970-an.

Bapak Haryanto pengelola sekaligus pemilik usaha jenang UD TEGUH.

Baca juga: Rektor Univet Bantara Jadi Panelis Webinar Wacana Meja Bulat ‘Pendidikan Keinsanan Mengubah Landskap Pendidikan Negara’ di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia

Menurut bapak Haryanto, dalam pembuatan jenang masih dilakukan secara tradisional dengan takaran bahan masih sama dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Sehingga kualitas produk tetap terjaga.

"Dalam sekali pembuatan jenang ini membutuhkan bahan gula merah sebanyak 30 kilo, kelapa 60 butir, tepung beras 18 kg dan tepung ketan 3 kg," terangnya.

Begitu pula dalam pemasaran juga masih bersifat tradisonal dari mulut ke mulut oleh warga setempat. Keberadaan media online saat ini bagi pemasaran jenang masih minim pemanfaatannya.

UD. TEGUH Jenang 

"Strategi pemasaran online yaitu memanfaatkan Facebook tapi tidak begitu aktif pemesanan secara online atau Facebook tidak begitu merespon. Karena jarang pegang HP fokus bekerja. Ada juga pesan lewat WA kadang bikin status di WA atau ketika event," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, produksi jenang meningkat ketika pemesanan  dari pembeli banyak pada musim hajatan dari masyarakat sekitar lingkungan. Ada juga yang digunakan untuk oleh-oleh. Mengenai harga jualnya bervariasi untuk ukuran kecil Rp. 7.000, ukuran sedang Rp.  15.000, ukuran besar Rp. 30.000 dan waktu lebaran harga naik.

Menurutnya di wilayahnya saat ini ada sekitar 10 pengrajin jenang yang masih produksi. Perhatian  dan dukungan dari pemerintah kepada perajin usaha jenang tradisional selama ini berupa pelatihan, kunjungan studi banding ke daerah atau kabupaten lain, promosi pemasaran, dari Dinas Pariwisata membuat video untuk pemasaran wisata kuliner. (Sofyan)


Baca juga: Menengok Persiapan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Tahun 2022 di SMPN 8 Surakarta


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top