ISI Surakarta Kembangkan Desa “Wayang” Butuh Klaten

Print Friendly and PDF

Anak-anak dan mahasiswa belajar bersama tatah sungging.


ISI Surakarta Kembangkan Desa “Wayang” Butuh Klaten

Solo- majalahlarise.com -Tim periset Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menyelenggarakan kegiatan pengembangan seni kriya wayang kulit di Desa Butuh Kabupaten Klaten setiap akhir pekan mulai tanggal 10 April 2022 hingga beberapa minggu ke depan. Kegiatan ini bertajuk “BUTUH-GAUL: Model Pengembangan Seni Kriya Wayang Kulit Berbasis Kearifan Lokal Guna Mendongkrak Ekonomi Masyarakat” dibuka oleh Kepala Desa Butuh Bapak Jaka Sumarna dan dihadiri oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Ibu Dr. Tatik Harpawati, M.Sn.

Ketua periset ISI Surakarta, Jaka Rianto mengatakan kegiatan ini melibatkan para periset dari tiga jurusan di ISI Surakarta yaitu Pedalangan, Kriya Seni, Film dan Televisi yang saling sinergi dan berkolaborasi mendampingi para perajin Desa Butuh dalam mengembangkan kriya wayang kulit agar terus eksis, laku di pasaran, dan akhirnya mensejahterakan masyarakat.

Salah satu kegiatan dalam riset desa yang didukung oleh eRISPRO-LPDP ini adalah workshop tatah sungging wayang kulit bertempat di Joglo Omah Wayang. Workshop diikuti oleh 14 pemuda-pemudi Desa Butuh, 3 mahasiswa Jurusan Kriya (Afifah Anggara LKP., Aurelia Fitri S., Aisyah Fitri S.), 3 mahasiswa Jurusan Pedalangan (Febrian Kurnia, Ketuk Guritno, Rido Widhiono), dan 3 mahasiswa Jurusan Film dan Televisi (Laska Indah W., Ulil Absor, Adhi Hamdan). Instruktur pelatihan terdiri atas dosen dan perajin setempat, diantaranya yaitu Bu Wati (Jurs Kriya), Pak Andi (Jurs Pedalangan), Pak Romi dan Arif (Kelompok Kube).

Sambutan Ketua Periset (Jaka Rianto) dan Kades Butuh (Jaka Sumarna).


Baca juga: Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Univet Bantara Membuat Audio Book

Ketua Kube Desa Butuh, Mamik, dalam sambutannya menuturkan bahwa setelah pelatihan yang diadakan ISI Surakarta ini selesai, kelompok Kube akan melanjutkan secara mandiri tiap hari minggu, agar keterampilan tatah sungging dimiliki setiap anak Desa Butuh. Pernyataan tersebut memberikan angin segar akan keberlanjutan kegiatan ini di kemudian hari, sehingga Desa Butuh tetap lestari dikenal sebagai “Desa Wayang”. (Sofyan)


Baca juga: Berbagi Ilmu, Universitas BSI Yogyakarta Akan Menggelar Pelatihan Bisnis Digital







Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top