Tim Dosen FISIP Univet Bantara Laksanakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetitif Bidang Ilmu (PMKBI) Perintisan Desa Wisata Jatisobo

Print Friendly and PDF

Dr. Yoto Widodo, M.Si saat menyampaikan materi "Perintisan Desa Wisata”.


Tim Dosen FISIP Univet Bantara Laksanakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetitif Bidang Ilmu (PMKBI) Perintisan Desa Wisata Jatisobo

Sukoharjo- majalahlarise.com -Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) Sukoharjo yaitu Dr. Drs. Yoto Widodo, M.Si (Ketua), Dra. Betty Gama, M.Si (Anggota), Henny Sri Kusumawati, S.Sos (Anggota), R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum. (Anggota) melaksanakan program Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetitif Bidang Ilmu (PMKBI) Perintisan Desa Wisata Jatisobo. Dilaksanakan 5 Maret 2022, bertempat di Masjid Agung Jatisobo, desa Jatisobo Kecamatan Polokarto. Peserta 14 orang terdiri dari tokoh masyarakat, pemuka agama, perangkat desa dan karang taruna.  

Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Yoto Widodo, M.Si kepada majalahlarise.com menyampaikan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan selama 3 bulan. Peserta kegiatan ini merupakan seluruh pengurus BUMDes dan perwakilan dari berbagai organisasi di tingkat desa.

"Salah  satu usaha pemerintahan desa untuk mensejahterakan masyarakat adalah memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki desa. Desa Jatisobo memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh desa lain di wilayah kecamatan Polokarto,  salah satunya adalah keberadaan Masjid Agung Jatisobo. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwono ke IV, masjid ini didirikan oleh Ketib Iman salah satu abdi dalem Pakubuwono IV. Di samping itu sebagian masyarakat desa Jatisobo juga memiliki ketrampilan membatik. Potensi desa  tersebut belum digali secara maksimal, untuk dijadikan sebagai destinasi wisata, atau diwujudkan dalam bentuk Desa Wisata," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, berdasarkan latar belakang tersebut tim pengabdian pada masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara tertarik untuk mengadakan pelatihan dan inventarisasi kekayaan alam dan budaya desa untuk dirintis menjadi desa wisata.

Metode yang digunakan adalah mengadakan pelatihan dalam bentuk teori maupun praktek, dengan tujuan agar supaya perangkat desa dan anggota Karang Taruna memahami Pariwisata khususnya tentang destinasi wisata. Melalui program pelatihan ini tujuan lainnya adalah masyarakat bisa menginventaris berbagai destinasi wisata yang ada di wilayah Desa Jatisobo.  Sehingga akan bisa dilaksanakan rintisan pembentukan Desa Wisata Jatisobo.

Dalam kegiatan ini ada tiga pemateri yaitu Dr. Yoto Widodo, M.Si menerangkan "Perintisan Desa Wisata” bahwa satu dekade terakhir ini Desa Wisata menjadi suatu terminologi yang sering muncul dalam tema berkaitan dengan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan (Sustainable Tourism). Desa Wisata menjadi suatu inspirasi bagi desa-desa yang memiliki kekayaan alam dan budaya, yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata. Desa Wisata menjadi salah satu alternative untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Perintisan dan Pengembangan suatu desa menjadi Desa Wisata  bukan sesuatu yang mudah untuk diwujudkan, diperlukan waktu, harus melalui beberapa tahapan dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Di samping itu juga harus didukung dengan Sumberdaya Manusia yang berkualitas, berkompeten, memahami dan mengerti prinsip-prinsip dan konsep Desa Wisata, bekerja dengan jujur, totalitas serta memiliki loyalitas yang tinggi terhadap kewajibannya. Sumberdaya Manusia pengelola kegiatan Desa Wisata harus memiliki kemampuan penguasaan berbagai unsur lokalitas Desa sebagai kekuatan daya tarik utama. 

Desa wisata biasanya berupa kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Dikawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relative masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, sumberdaya alam dan lingkungan alam yang masih terjaga merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata.

Selain berbagai keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata.

Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada disuatu kawasan desa wisata antara lain : sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok wisata (Home Stay) sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang masih asli.

Menurut Priasukmana dan Mulyadin (2001), penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain sebagai berikut: Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal,  dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.

Masyarakat  dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi  terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang kedesanya. Keamanan di desa tersebut terjamin. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. Beriklim sejuk atau dingin. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.

Desa Jatisobo sebagai salah satu desa di kecamatan Jumantono kabupaten Karanganyar memiliki beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan suatu desa untuk dijadikan desa wisata. Desa Jatisobo dikenal sebagai desa yang memiliki keunikan budaya berupa Bangunan Masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwono ke IV. 

Dr. Betty Gama, M.Si menerangjan tentang Media Sosial dan Pengembangan Desa Wisata yaitu media sosial sebagai sarana promosi diera digital saat ini. Promosi adalah sebuah elemen yang penting pada suatu produk pariwisata. Pada era digital ini mayoritas orang menggunakan media sosial di kehidupan sehari- hari, berbagai platform media terus bermunculan saat ini salah satunya adalah instagram. Banyak industri yang mengunakan instagram sebagai media promosi karena dinilai lebih efektif dan mempunyai cangkupan yang luas, diiringi terus bertambahnya pengguna media sosial instagram tersebut. 

"MEDSOS merupakan media baru yang dapat mendorong perkembangan wisatawan. MEDSOS memberikan dampak positif dalam media pemasaran obyek wisata suatu daerah dilihat dari segi biaya, efektifitas dan menjalankan promosi, MEDSOS memudahkan pemasaran wisata (unggah foto, video)," terangnya.

Lebih lanjut disampaikan menurut Sulianta  (2014)  dalam Firdaus  (2019)  menyatakan  bahwa  media  sosial mampu  menyebarkan  informasi  dengan  cepat dan  daya  jangkau  yang  luar  biasa  dibandingkan dengan  media manapun.

"Promosi Desa Wisata melalui media sosial diharapkan akan lebih cepat diketahui oleh masyarakat luas keberadaan desa wisata Jatisobo," 

Di tempat yang sama, R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum menerangkan tentang Manuskrip Jawa sebagai sarana menengok sejarah lampau. Naskah kuno adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional,  sejarah, dan ilmu pengetahuan (Sumber: Munawar Holil).

Yang dimaksud dengan “manuskrip” adalah naskah beserta segala informasi yang terkandung di dalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah, antara lain, serat, babad, hikayat, dan kitab.” (Sumber: Munawar Holil)

Kepala Desa Jatisobo, Darmanto Suprilanto berharap dari pelaksanaan PMKBI Perintisan Desa Wisata Jatisobo masyarakat tergugah beramai-ramai menggali potensi desa baik keindahan alam, aneka kuliner dan aneka adat-istiadat dan budaya, corenya adalah Masjid Agung Jatisobo, sehingga dalam jangka panjang akan terbentuk Desa Wisata Jatisobo.

Adi Sarmoko selaku Ketua Takmir Masjid sekaligus Bayan, menyampaikan sebenarnya banyak naskah-naskah kuno terkait dengan sejarah keberadaan Masjid Agung Jatisobo. Selain itu desa memiliki potensi kerajinan batik dan tradisi manten yang mengelilingi Masjid. "Kami mengharapakan pengabdian bisa berlanjut sampai benar-benar terbentuk Desa Wisata," harapnya. (Sofyan)





Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top