MASA DEPAN BANGSA DI TANGAN GURU

Print Friendly and PDF

MASA DEPAN BANGSA DI TANGAN GURU

Oleh : Diyah Fitri Ardhi, S.Pd

SD Negeri 2 Bero, Manyaran, Wonogiri Jawa Tengah


Diyah Fitri Ardhi, S.Pd


       Pendidikan yang sedang diakui dan dijadikan filosofi nasional saat ini adalah filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Maknanya, ciri khas pendidikan itu menuntun bukan menuntut. Pendidikan seharusnya dijadikan bekal hidup pada anak-anak di masa yang akan datang. Guru tidak bisa digantikan pada pembelajaran jarak jauh di masa pandemic, meskipun dalam kondisi online learning. Guru masa depan harus menjadi perancang yang cerdas dalam pembelajaran karena penalaran dan perasaan yang digunakan guru tidak bisa digantikan oleh teknologi. Guru itu dalangnya teknologi, yang membentuk siswa menjadi aktif dan menumbuhkan potensi secara optimal. Namun, tidak semua murid punya sarana untuk online learning sehingga nano learning sangat cocok untuk pembelajaran dalam jaringan (daring). Nano learning adalah pembelajaran yang dikemas dengan durasi pendek maksimal tiga menit, materi spesifik, dan cara-cara yang menarik. 

       Sangat penting bagi guru saat ini dan masa yang akan datang mempunyai sifat adaptif. Adaptif yakni sebuah proses mengadaptasi yang dimulai dari sebuah pola pikir. Ketika pola pikir sudah berubah dan terbentuk, maka skillset akan menyesuaikan. Guru yang profesional harus punya new mindset dan new result. Guru atau pendidik juga harus punya growth mindset yang jadikan kesalahan untuk lebih berhasil. Jadikan perubahan sebagai guru yang kreatif, supaya menghasilkan pendidikan yang berkualitas.

       Sebagai pendidik harus memahami student teacher relationships, supaya guru dan murid tetap harmonis. Perkuat pembelajaran dengan komunikasi dua arah, maka murid akan nyaman. Kalau murid diberikan ruang dan peluang, maka pembelajaran akan efektif. Pendidikan jangan disalahartikan dengan pengajaran karena bisa jadi hanya transfer pengetahuan. Jadi menjadi guru di masa depan harus bisa menghubungkan pendidikan dengan kebutuhan anak-anak di masa yang akan datang,

Guru sebagai penentu masa depan bangsa. Di tangan merekalah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Sementara itu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini mengalami beberapa kendala yang sampai saat ini sepertinya belum tuntas pemecahannya. Misalnya: Masih ditemui angka putus sekolah yang relatif tinggi;  Kualitas tenaga pendidik yang belum mencapai target; Gaji yang terlalu pas-pasan bahkan kurang. Terutama bagi yang berstatus honorer dan belum bersertifikasi. Membuat mereka mencari pekerjaan sampingan di luar jam mengajar. Sehingga persiapan mengajar berkurang. Tugas-tugas administrasi yang sangat memberatkan, melelahkan dan hampir tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan serta kesiapan seorang guru di dalam kelas. Sebagaimana Muhibbin Syah dalam Dasam Syamsudin (compasiana.com 2015). mengatakan bahwa, “profesi guru yang dianggap kering” dalam arti kerja keras para guru membangun sumber daya manusia hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga second class (kelas kedua). Kemorosotan ini terkesan hanya karena mereka berpenghasilan jauh dibawah rata-rata kalangan profesi lainnya. Sebagai pengajar dan pendidik, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan profesionalisme proses pendidikan.

       Guru merupakan komponen yang paling penting, selain komponen penting lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Karena yang mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah guru dengan segala kemampuan dan daya upayanya guna mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Dalam sejarahnya, guru senantiasa memiliki hubungan yang khas dengan muridnya yang dapat dikategorikan kedalam 3 bentuk, yaitu: 1. Hubungan Instruksional adalah hubungan antara guru dan murid yang lebih bersifat teknis. Misalnya, guru memberikan beberapa instruksi kepada murid untuk melaksanakan suatu tugas yang telah disusun secara rapi dan sistematis. 2. Hubungan Emosional adalah hubungan antara guru dan murid yang dilandasi perasaan. Misalnya, seorang murid akan selalu mengingat gurunya meskipun ia sudah lanjut dewasa. 3. Hubungan Spiritual adalah hubungan antara guru dan murid yang didominasi oleh adanya kepentingan spiritual. (Muhammad Nurdin, 2017) Coba bayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak bisa terbendung lagi perkembangannya. Itulah kenapa, gurulah yang pertama dan paling utama di dalam mempersiapkan dan menentukan dasar perkembangan potensi generasi muda suatu bangsa. Tentu diperlukan guru yang memiliki profesionalisme tinggi. 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top