PENGEMBANGAN KREATIFITAS KESENIAN KUDA LUMPING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NON FORMAL

Print Friendly and PDF

PENGEMBANGAN KREATIFITAS KESENIAN KUDA LUMPING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NON FORMAL

Oleh : Intan Agustina, S.Pd

Guru SMK Cokroaminoto 1 Banjarnegara, Jawa Tengah

Intan Agustina, S.Pd


       Kesenian kuda lumping memiliki eksistensi yang stabil di lingkungan masyarakat desa Kaliwungu, Mandiraja, Banjarnegara. Masyarakat desa Kaliwungu memiliki antusias yang besar ketika akan diadakan pementasan tari kuda lumping. Masyarakat akan datang berbondong – bondong bahkan mereka rela menyaksikan hingga larut malam. Pementasan kuda lumping cukup menjanjikan bagi beberapa warga yang menggandrungi kesenian tersebut. Tak jarang pula kesenian ini menjadi mata pencaharian utama bagi warga sekitar, dari anak-anak, orang dewasa, hingga usia lanjut yang sangat mencintai kesenian kuda lumping.

       Terdapat paguyuban bernama “CANDAKA” yang dipimpin oleh abah Tono dengan merangkul beberapa warga sebagai penari, paniyagan, maupun pengelola paguyuban. Anggota komunitas terdiri dari masyarakat desa Kaliwungu yang bermata pencaharian bertani, berkebun, seniman, anak sekolah, bahkan ada beberapa anak yang putus sekolah namun mereka mencintai kesenian tari kuda lumping. “Abah Tono” sebutan bagi pimpinan komunitas, sengaja mendirikan paguyuban Candaka untuk dijadikan wadah bagi masyarakat sebagai kegiatan yang tidak hanya untuk kesenangan saja namun dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan bagi anggotanya. Dengan adanya komunitas ini masyarakat dapat tergerak dan dapat mengelola kreatifitas sumber daya alamnya. Komunitas kesenian seperti Candaka ini sangatlah bermanfaat bagi kelestarian kesenian dan kebudayaan khususnya seni kuda lumping. Kultur sosial masyarakat pada desa Kaliwungu termasuk ke dalam masyarakat yang cinta akan budaya.

       Dari pembahasan di atas, penulis tergerak membuat tarian untuk di kembangkan oleh paguyuban dan masyarakat setempat. Prosesnya adalah menciptakan sebuah tarian yang dinamai dengan Tari Candaka, terinspirasi dari tari putra khas Banyumasan dan dipadu padankan dengan Gerakan khas Yogyakarta. Penulis membuat tarian yang berbeda dengan kelompok kesenian kuda lumping lain agar kuda lumping dari paguyuban seni Candaka memiliki nilai lebih di mata masyarakat. 

       Dengan terciptanya tarian tersebut, penulis harapkan dapat mengembangkan kesenian tari kuda lumping yang bermanfaat bagi masyarakat serta dapat dijadikan sumber mata pencaharian yang sekaligus dapat menjadi sebuah misi pelestarian budaya. 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top