Wayang Beber Sudamala Lahir di Lereng Lawu

Print Friendly and PDF

Dalang muda Shihab mementaskan wayang beber Sudamala.

Wayang Beber Sudamala Lahir di Lereng Lawu 

Karanganyar- majalahlarise.com -Hari Rabu tanggal 10 Nopember 2021 bertepatan dengan Hari Raya Galungan telah lahir wayang beber Sudalama yang pertama kalinya diperkenalkan dan dipentaskan di Dukuh Demping, Kabupaten Karanganyar. 

Wayang beber tersebut merupakan hasil riset dan kreasi astistik yang digagas oleh Dr. Ranang AS dari Fakultas Seni Rupa & Desain dan Dr. Tatik Harpawati dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta bersama para asistennya, Nina Eka Putriani dan Teguh Arik Ardiansah. Visualisasi wayang beber mengacu pada relief Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu yang berada tidak jauh dari Dukuh Demping.

Wayang beber Sudamala dipergelarkan oleh warga setempat, dalang muda bernama Shihab, juga kerabat seorang pemuka agama Hindu di Demping, Mangku Jito. Wayang sepanjang 4 meter itu terdiri atas 4 adegan (jagong). Pertama, adegan Kahyangan Jonggring Saloka di mana Bhatara Guru mengadakan pertemuan istana yang dihadiri Narada, Dewa Indra, Sang Hyang Wenang, dan lain-lain. Kedua, adegan pertemuan Dewi Kunthi dan Dewi Durga di Setra Gandamayit, di mana Dewi Durga merasuki Dewi Kunthi atas perintah Jin Kalika. Ketiga, adegan Sadewa digoda oleh berbagai macam makhluk halus yang kemudian Dewi Durga datang hendak membunuhnya, karena tidak mau meruwat dirinya. Terakhir, Sadewa yang dirasuki Bhatara Guru mengampuni dan meruwat Dewi Durga, sehingga kembali menjadi wujud Dewi Uma.

Mangku Jito memimpin ritual Galungan.

Mangku Jito menuturkan bahwa ini memang saya minta temanya harus Ruwatan Sudamala, artinya Sudamala itu seperti akan meruwat Durga, di mana dia akan merajai bumi. Bila sifat-sifat kurang baik ini menguasai bumi, maka dharma ini tidak bisa lahir. Sehingga, cerita Sudalama dalam wayang beber ini berkait erat dengan upacara Galungan ini.

"Kehadiran wayang beber Sudamala itu diharapkan menjadi sebuah kesenian tradisi yang khas dimiliki oleh Dukuh Demping, karena mayoritas warga dukuh tersebut beragama Hindu dan menjalankan adat-istiadat Jawa dengan sangat kentalnya," papar Ranang AS.

Lebih jauh Ranang mengatakan bahwa wayang beber itu dapat digunakan sebagai “tuntunan dan tontonan” (edukasi dan hiburan). Mengingat, Demping mempunyai kegiatan Festival Kampung Tinthir yang diseleranggarakan rutin setiap tahunnya, kesenian wayang beber bisa menjadi salah satu sajian dalam festival itu. (Sofyan)


Baca juga: Prodi Kesehatan Masyarakat Univet Beri Apresiasi Mahasiswa Peraih 1 Medali dan 1 Medali Perak di Ajang Pekan Paralympic Nasional XVI Papua 2021




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top