PERAN DUNIA PENDIDIKAN MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

Print Friendly and PDF

PERAN DUNIA PENDIDIKAN MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

Oleh : Kartika Windiati Khasifa, S.Pd

SMK Negeri 1 Wanareja, Cilacap Jawa Tengah

Kartika Windiati Khasifa, S.Pd


Abstrak: Di Indonesia diprediksi pada tahun 2030-2040  akan mengalami masa Bonus Demografi. Kabar tersebut datang dari siaran pers BAPERNAS beberapa waktu lalu. Bonus Demografi diartikan sebagai jumlah  pendidik produktif  (usia 15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk  tidak produktif (usia dibawah 15 dan diatas 64 tahun) Untuk memaksimalkan Bonus Demografi Pemerintah Republik Indonesia mememrluka peran pendidik. Dalam kurun 9 tahun Indonesia harus mengejar ketertingggalan dalam dunia pendidikan. Kondisi saat ini hanya 8,5 % saja yg  yang menyelesaikan bangku kuliah. Sedangkan, yang terbesar pendidikan SMP sebanyak 65 % itu tidak lepas dari program wajib belajar 9 tajun. Fungsi pendidikan disini  untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bersaing di pasar global. Seperti  kemampuan bahasa, analisis dan kecakapan. Untuk menggali informasi dilakukan metode interview atau wawancara mendalam. Sedangkan untuk pengembagan sampai pegumpulan metode purposing sampling.

Kata kunci: Bonus Demografi, Indonesia, Pendidikan  


       Berdasarkan kementrian PPN/Bapennas, Indonesia pada tahun 2030-2040 diperkirakan akan mengalami masa Bonus demografi, yakni Jumlah penduduk usia produktif  berusia (15-64 Tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun). Pada periode tersebut, Penduduk usia produktif diprediksi sebesar 297 juta jiwa. Untuk itu perlu persiapan yang  matang dari Indonesia dalam menyukseskan kesempatan ini.

       Pendidikan menjadi jawaban dalam persoalan strategi yang harus Indonesia ambil hal ini dikarenakan pendidikan menjadi pintu gerbangutama yang harus dilalui. Dengan banyaknya usia produktif yang cerdas, maka retsaingan diberbagai bidang pun bisa dilakukan. Kita selalu berpendapat bahwa yang harus bersaing adalah produk-produk hasil ciptaan para pelaku usaha. Namun kenyataannya kita membutuhkan sumber daya yang mampu bersaing.Kita mengambil contoh dari kemampuan para pelaku usaha dalam berbahasa asing. Kebanyakan pelaku usaha tidak memperhatikan itu. Padahal untuk menaikkan nilai jual dibutuhkan kemampuan bahasa  yang baik pula. Melalui pendidikan mereka nantinya diberikan pembelajaran mengenai.  kemampuan bahasa.

       Bonus Demografi sifatnya langka dan kadang tidak datang dua kali.harus memaksa warga Negara untuk mementingkan pendidikan. Terutama kelompok masyarakat bawah.meskipun pemerintah sudah memberi banyak beasiswa seperti Bidikmisi (KIP-K) dan LPDP. Namun, memperbanyak lagi kuota yang diberikan kepada warga Negara. Percayalah investasi dibidang pendidikan adalah investasi terbaik suatu bangsa, maka pendidikan slektif. Para tokoh terdahulupun sudah memahamidengan seksama.

       Usia produktif yang banyak juga, sebenarnya harus diiringi dengan etos kerja, semangat bersaing (kompetitif) dari warga negara. Penanaman nilai-nilai ini harus sudah ditetapkan. Potensi Indonesia yang luar biasapun harus diiringi SDM yang memadai. Sangat dsayangkan apabila sumverdaya alam melimpah dan wisatawan membeludak ke Indonesia,  tapi kita sebagai bangsa tidak siap. Maka sudah dapat dikatakan kita kalah sebelum bertanding. Sejatinya kompetisi di dunia perdagangan internasionnaldibutuhkan tekad dan mental yang kuat konsep revolusi mental yang pernah presiden buatbisa menjadi modal untuk menghadapi Bonus Demografi.

Pembahasan

       Pendidikan tinggi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk beasiswa menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Angka pengangguran intelektual  semakin hari semakin meningkat. Mereka yang sarjana banyaj sekali yang menganggur. Entah malas atau tidak mau bersaing. Namun diakui saat ini kita belum siap dari banyak sisi. Untuk itu mengakui persoalan cara menyukseskan Bonus Demografi. Pemerintah menggalakan revitasi sekolah mennengah kejuruan (SMK) dengan tujuan utama penambahan lulusan dan peningkatan kualitas anak didik.

       Kirta akui bersama bahwa SMK telah lama menjadi jawaban dalam persoalan tenaga kerja siswa yang siap kerja ini selalu memberikan sumbangsih kepada Negara. Merekalah yang menekan angka pengangguran. Mereka siap bekerja dan siap bersaing dalam sebuah industry. Sampai-sampai pernah tercetus 30% SMA dan 70,% SMK. Artinya SMK memiliki kekuatan dalam menghadapi Bonus Demografi Nantinya.

       Kreatifitas anak SMK tidak bisa diragukan lagi seperti sekarang-sekarang, milenial bisa menghasilkan puluhan juta. Berbekan IT dan desai grafis. Mereka bisa dengan cepaat menguasai pasar. Melalui online shop, mereka bergriliya menjajakan jasa dan barang dagangannya. Ambil saja contoh Puji Purnawan, Alumbi SMK N 1 Wanareja ini kini sukses  sebagai reseler baju dan  celana yang langka di Indonesia. Produk seperti rucas,compass dan lain-lain laku dijualnya. Omsetnya belasan juta setiap bulannya. Ada lagi Nizar Hidatyat  alumni SMK N 1 Wanareja juga telah bekerja di Astra Honda Motor (AHM) diangkat menjadi pegawai tetap.  Ratusan juta telah dikantongnya setiap tahunnya. Orang-orang seperti mereka yang seharusnya diciptakan lebih banyak lagi . Keahlian harus dimiliki. Sebutsaja, satu lagi alumni sukses  SMK N 1 Wanareja Pristia Nur Akbar, beliau membuaka usaha fotografi Visio Photography. Beliau juga dengan temannya Khamid  bergelut didunia desain grafis. Keduanya bisa mendapatkan ratusan juta setiap tahunnya.

       Bonus demografi pun tidak akan dikhawatirkan  dan tidak akan menjadi momok menakutkan bagi Indonesia. Justru itu harus dijadikan pacuan agar lahir generasi siap bersaing, siap bertanding di arena padar global. Karena saingannya bukan lokal dan lokal lagi, tapi internasional.

       Belajar dari Negara tetangga, Singapura mereka mengubah nasib bahasanya sendiri dengan jalur pendidikan. Mereka menyadari betul bahwa mereka tidak mempunyai sumberdaya alam yang melimpah. Oleh karenanya mereka membuat kualitas sumber daya manusianya sangat bagus. Menjadi Negara transit, berbagai Negara datang dan investasi mengalir tidak ada henti-hentinya.

       Malaysia pun menjadi Negara serupa yang menggunakan pendidikan dalam upaya meningkatkan sumberdaya alam.bahkan dahulu mereka mendatangkan guru-guru dari Indonesia. Namun kami, kita mendatangkan TKI dan TKW kemalaisia. Inipun menjadi bahan ejekan bangsa tetangga.

       Bonus demografi pun harus dimulai dengan perubahan pola piker.masyarakat memiliki pola piker yang kuat. Terutama masyarakat dari kalangan bawah. Mereka tidak mau menyekolahkan anaknya. Sebab, mereka ingin anaknya setelah lulus SD langsung kerja. Apalagi anaknya seorang pere,puan. Mereka akan menjadi istri dan tidak perlu sekolah tinggi. Asal bisa masak dan mengurus rumah tangga itu sudah cukup bagi orang tua. 

       Sosialisasi gabungan antara kepemerintahan pendidikan, kementrian SDM dan kementrian yang mengurusi perempuan harus dilakukan. Mereka memberikan pemahaman kepada yang berfikir kolot. Juga menyebutkan misi pengoptimalan bonus demografi kepada masyarakat perlu diterangkan. Karena masyarakat bahasnya tidak mendengar program. Tetapi mereka menunggu bantuan. Seperti halnya pembagian beasiswa, itu mau tidak mau harus dilakukn di tempat. Agar ada kepercayaan dan upaya untuk saling bahu membahu sukseskan bonus demografi.

       Berat bagi kita memang yang belum mencoba. Kita lihat dan tingkatkan pendidikan hari ini. Berdasarkan sensus ekonomi nasional (sensus 2017) dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 273,5 juta  jiwa, hanya 8,5 %  saja yang menyelesaikan bangu kuliah. Kemudian untuk yang sekolah terbesar presentasinya oleh lulusan SMP sebanyak 65%. Mirisnya tingkat kecerdasan penduduk Indonesia menempati urutan ke 72 dari 78. Artinya, kita sekarang sebagai bangsa yang sedang terpuruk didalam dunia pendidikan. Padahal pendidikan program memaksimalkan keberhasilan bonus demografi. Pendidikan rendah membuat SDM kita tidak dapat bersaing. Kita sebagai bangsa yang besar seharusnya matu. Tapi masih ada 9 tahun lagi  menuju 2030 untuk kita selesaikan bersama-sama.

       Peningkatan soft skil bagi generasi produktif  rasanya  sangat diperlukan. Pelatihan-pelatihan harus turun sampai tingkat RT. Ini sebagai jalan atas persoalan. Bagaimanapun fokus kita tidak hanya pada generasi muda saja. Tetapi juga terhadap generasi tua yang produktif. Kolabonasipun  akan terjadi, Bayangkan bila semua melek teknolog. Maka SDM kita sangat maju. Petani, nelayan, wiraswasta dan profesi lainnya sudah tidak gagap teknologi bisa jadi kita menjadi Asia,  bahkan dunia.

       Meskipun anggaran untuk pendidikan bisa dikatakan besar, 20 % dari APBN. Tetapi sampai saat ini optimasinya  masih kurang  kita butuh tangga pendaki yang benar- benar  asli dibidangya. Kita bisa belajar dari China. Mereka hampir setiap produk ada. Produknya bersaing dengan AS dan Eropa. Bedanya dengan Negara Indonesia yang hanya menjadi Negara konsumen. 

       Generasi hari membuktikan pada dunia. Indonesia juga mampu melakukan keajaiban-keajaiban dalam produknya Sebut saja produk nusana dari Erigo mampu bersaing di Amerika Serikat. Bahkan banyak sekali  yang menyayangi produk ini. Artinya Indonesia punya potensi itu. Tetapi butuh pemeran potensi. Diharapkan dengan adanya targertan kedepan dari pemerintah membuat Indonesia semakin siap menghadapi Bonus Demografi. Berfelut dari sejarah, Indonesia ini tidak membutuhkan waktu yang sangat panjang. Kita Negara yang seklipun besok  Bonus Demografi hadir kita telah siap untuk memeluknya.


Daftar Pustaka

Survei Ekonomi  (sensus) 2017.

Sarana pers Kementrian PPN  Bapernas  tentang Bonus Demografi.

Strategi Indonesia terkait ketenagakerjaan dan pendidikan.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top