DINAMIKA PENDIDIKAN GLOBAL

Print Friendly and PDF

DINAMIKA PENDIDIKAN GLOBAL

Oleh : Heni Dwi Yuliani, S.Pd

SDN 1 Candimulyo, Sedan, Rembang Jawa Tengah

Heni Dwi Yuliani, S.Pd


       Pendidikan merupakan instrumen paling serius dan menjadi sorotan utama masing-masing negara. Kemajuan sebuah negara sering kali diukur dari tingkat kualitas pendidikanya. Semisal Filandia, negara ini dalam kurun 10 tahun terakhir mejadi perhatian global karena keberhasilannya merubah dan mentransformasikan konsep dan aplikasi pendidikannya.

      Firlandia bukan hanya menjadi yang terbaik di Eropa bahkan menjadi yang terbaik di dunia, bahkan sejak tahun 2000 Finlandia menjadi rool model PBB melalui badan UNICEF. Pendidikan yang diselenggarakan diberbagai dunia semula memiliki corak dan karakteristik yang berbeda-beda. Namun seiring perkembangan zaman, perbedaan tersebut semakin lama semakin terkikis. Paling tidak negara-negara berkembang saat ini berlomba-lomba mengejar ketertinggalan dengan negara maju. Adanya effort tersebut telah banyak mempengaruhi model dan pola pendidikan yang dikembangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Dinamika ini dapat dirasakan hingga ke Indonesia, indikasi tersebut dapat dilihat dari diterapkannya berbagai standar pelayanan dalam pendidikan di Indonesia, mulai standar ISO hingga standar-standar yang lainnya. 

       Di Indonesia, perubahan tersebut dapat dilihat dengan adanya perubahan kurikulum yang diterapkan. Mulai dari kurikulum KBK, KTSP hingga kurikulum 13. Adanya perubahan pada kurikulum ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia selalu mengikuti dinamika pendidikan yang terus berkembang di dunia. Usaha ini dilakukan agar pendidikan di Indonesia mampu bersaing dengan Negara lain. Dengan adanya perubahan kurikulum dan kecanggihan teknologi diharapkan siswa Indonesia dapat dapat berprestasi ditingkat dunia. Cita-cita mulia ini bukan berarti tanpa tantangan, setiap perubahan dan perbaikan yang dilakukan selalu muncul tantangan baru. Paling tidak saat ini ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Indonesia. Pertama terbatasnya akses pendidikan. Keterbatasan ini nyata dirasakan oleh masyarakat Indonesia, antara lain dengan jumlah ketersediaan institusi pendidikan dengan angkatan jumlah peserta didik. Akses yang terbatas ini, kemudian melahirkan sistem zonasi pada proses penerimaan peserta didik baru (PSB). Hingga kini sistem zonasi masih menjadi perdebatan oleh para ahli juga masyarakat yang terdampak langsung akibat sistem ini. Tantangan kedua adalah jumlah guru yang belum merata, secara kuantitas ketersediaan tenaga pengajar di Indonesia belum tercukupi. Ketersediaan tenaga pengajar di kota-kota besar semisal Jakarta, Surabaya, Bandung, Jogjakarta dan kota-kota besar lainnya mungkin telah tercukupi, namun untuk daerah terluar dan terpencil jumlah tenaga pengajar belumlah sesuai yang diharapkan. Dari sisi kualitas tenaga pengajar jelas terdapat perbedaan, ini merupakan problem tersebasar yang saat ini dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia.

       Salah satu unsur dalam proses pendidikan adalah guru. Proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kepada peserta didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berkhlak, cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Tanggung jawab guru sebagai tenaga professional agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan mengenai pekerjaan yang diembannya, disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru untuk respons dan berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Jika seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka ia akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab.

       Adanya perbedaan kualitas tenaga pengajar ini yang menyebabkan program pendidikan Nasional seolah berjalan lamban dan terkesan jalan ditempat. Idealnya, kemajuan pendidikan sebuah Negara haruslah ditunjang dengan ketersediaan institusi pendidikan dengan jumlah tenaga pendidik yang berkualitas. Ketersediaan tersebut juga harus ditunjang dengan kualitas yang baik, sehingga segala program yang telah disusun dalam program prioritas dapat dilaksanakan dengan baik. Di Indonesia, adanya perbedaan kualitas pendidikan ini bisa menimbulkan gejolak diberbagai bidang. Adanya perbedaan ini bisa menyebabkan perilaku separatisme, semisal yang terjadi di Aceh, Maluku dan Papua. Daerah-daerah ini memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah (natural resources) tetapi karena kualitas sumber daya manusia yang lemah mengakibatkan potensi alam tersebut dikelola dan dikuasai oleh pihak luar daerahnya. Kenyataan ini penting menjadi prioriatas dan perhatian bersama agar kualitas pendidikan yang meliputi institusi pendidikan, pendidik dan peserta didik dapat ditingkatkan sejalan dengan tantangan dan kebutuhan yang dihadapi. 

       Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas peran seorang pendidik. Sedangkan sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menuju Indonesia yang semakin maju, yang ditandai dengan semakin berkembangnya sarana dan prasarana dibidang pendidikan juga dalam bidang-bidang yang lainnya. Dengan dinamika yang terus berkembang dikancah global diharapkan insan pendidik dan peserta didik di Indonesia akan semakin berkembang.


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top