DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Print Friendly and PDF

DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM DUNIA PENDIDIKAN 

Oleh : Ifa Muthoharoh

Guru di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Magelang Jawa Tengah

Ifa Muthoharoh


       Covid-19 telah menginfeksi Indonesia sejak 2 Maret 2020. Sejak saat itu pula kehidupan di negara kita ini mulai dibatasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun demikian, proses belajar mengajar harus tetap berjalan yaitu dengan cara memberlakukan tatap muka secara virtual secara daring, atau secara sadar semua komponen dipaksa untuk melakukan transformasi proses pembelajaran yang berbasis internet yaitu dengan dasar diberlakukannya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19).

       Proses pendidikan, yang dahulunya memakai tehnik tatap muka langsung sekarang dengan adanya keadaan darurat karena bencanan non alam Covid-19 membuat proses belajar mengajar dialihkan menjadi daring (dalam jaringan). Tentulah ini menjadi persoalan baru, dimana tata kebiasaan dan kebudayaan yang selama ini dijalankan harus dialihkan menjadi online. Pemberlakuan pembelajaran secara daring ini berlaku untuk sekolah mulai dari SD,SMP, SMA hinga Perguruan Tinggi. Pemberlakuan sekolah virtual ini, merupakan jalan terbaik untuk keberlangsungan proses pendidikan. Sebab pendidikan ialah pilar-pilar peradaban. Majunya negara bergantung pada majunya pendidikan. 

       Penggunaan internet tentunya sudah tidak asing lagi bagi generasi Z yang lahir setelah tahun 1997 yang tumbuh dengan teknologi, internet, sistem seluler, dan media sosial. Generasi Z selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat melakukan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi yang ada. Bahkan gadget sudah menjadi pegangannya sejak kecil. Maka secara otomatis pengenalan teknologi dan dunia maya ini begitu berpengaruh pada perkembangan kehidupan dan kepribadian anak Gen Z. Anak Gen Z juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi lainnya. Karakteristik Gen Z diantaranya mahir teknologi, suka berkomunikasi, mengumbar privasi, lebih mandiri, lebih toleran, dan penuh ambisi.

       Pada masa sebelum pandemi, siswa terbiasa bangun pagi untuk berangkat ke sekolah. Namun saat masa pandemi siswa tidak perlu datang ke sekolah untuk proses belajar mengajar karena semua dilaksanakan dengan metode daring. Siswa tinggal mengakses pembelajaran melalui aplikasi-aplikasi Online yang digunakan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan sekolah masing-masing, seperti misalnya google meeting, zoom meeting, classroom, whatsapp grup. Bahkan untuk evaluasipun juga bisa dilaksanakan secara Online dari rumah, misalnya menggunakan aplikasi Google form, Quizizz, dan juga wardwall.

       Seiring berjalannya waktu, pemerintah mulai mengambil langkah nyata dalam mengatasi pandemi ini yaitu dengan gencarnya pelaksanaan vaksinasi bagi masyarakat dan tidak terkecuali bagi siswa dan guru. Hal ini sangat perlu dilakukan agar bangsa Indonesia segera terbebas dari pandemi dan secara perlahan dapat kembali menjalani hidup normal seperti sedia kala.

       Pemerintah melalui laman vaksin.kemkes.go.id mencatat hingga Rabu (3/11/2021) pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), terdapat 121.975.753 masyarakat Indonesia atau sebesar 58,57 persen sudah mendapatkan vaksin dosis pertama. Sementara itu, total sudah ada 72.829.190 orang yang mendapatkan vaksin dosis kedua. Jika dibuat dalam persentase, angka ini mencapai 36,41 persen dari target vaksinasi nasional. Adapun target vaksinasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah adalah sebesar 208.265.720 orang.(https://nasional.kompas.com/read/2021/11/03/13525741/update-3-november-vaksinasi-dosis-pertama-capai-5857-persen?page=all)

       Dengan sudah tersedianya vaksin bagi masyarakat dan penurunan angka pasien Covid-19, maka pemerintah mulai memberikan kelonggaran termasuk dalam dunia pendidikan dengan memperbolehkan pertemuan tatap muka terbatas, yaitu mengatur jumlah peserta didik di setiap kelas agar menjadi lebih sedikit dari jumlah normal. Pertemuan tatap muka terbatas ini diterapkan dengan harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Dalam pelaksanannya, jika dilihat dari segi motivasi belajar peserta didik terlihat ada penurunan dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Pada masa pandemi peserta didik belajar di rumah dengan metode daring yang mana semua materi pembelajaran disampaikan melalui media berbasis internet, maka setelah pelaksanaan tatap muka terbatas ini siswa diperbolehkan berangkat ke sekolah untuk belajar bersama teman-teman sekelasnya. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, ternyata beberapa siswa datang ke sekolah terlambat atau tidak sesuai waktu yang telah ditentukan. Hal ini menandakan bahwa motivasi peserta didik untuk belajar mengalami penurunan. Dalam pembelajaran di kelaspun peserta didik terlihat kurang antusias. 

       Hal tersebut juga dikeluhkan oleh guru yang mengajar di kelas. Dalam hal pola pikir peserta didik juga terlihat kurang, misalnya saja siswa kelas XII dikarenakan sudah setahun lebih belajar di rumah maka pola pikir mereka masih seperti kelas X. Jadi belajar di rumah (pembelajaran jarak jauh) memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia pendidikan Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Namun demikian sudah menjadi tanggung jawab kita bersama, terutama para guru untuk menumbuhkan semangat dan motivasi belajar peserta didik dengan dukungan dari orang tua dan juga masyarakat.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top