PERAN PP TARBIYATUL MUKMIN SMP MUHAMMADIYAH SALAM DALAM DA’WAH ISLAM

Print Friendly and PDF

PERAN PP TARBIYATUL MUKMIN SMP MUHAMMADIYAH SALAM DALAM DA’WAH ISLAM

Oleh: Arina Kusumawati, S.Pd

Guru SMP Muhammadiyah Salam, Magelang Jawa Tengah

Arina Kusumawati, S.Pd


      Gagasan pendirian Pondok Pesantren (PP) Tarbiyatul Mukmin di dalam komplek SMP Muhammadiyah Salam yang salah satu tujuannya adalah untuk menarik minat para orang tua di luar Kecamatan Salam untuk menyekolahkan/ menyantrikan putra/ putri mereka di SMP Muhammadiyah Salam. 

      Di bawah arahan Kepala Sekolah bapak Djamhari, didirikanlah PP Tarbiyatul Mukmin tanggal 10 Oktober 1990 dengan santri pertama berjumlah 14 santri semuanya laki-laki dengan dimotori oleh Ustadz Yusron Amin,Ustadz Heru Ismanta, Ustadz Suradi, Ustadz Nurohman, Ustadz Nurwahidaturrahman Efendi. Pada awalnya PP Tarbiyatul Mukmin memang didirikan khusus untuk santriwan, yang asramanya menempati ruangan di dalam komplek SMP. Baru setelah menikahnya Ust Heru Ismanta, Pesantren Tarbiyatul Mukmin putri dibuka, tanggal 19 September 1996, dengan menempati rumah yang disewa Ust Heru Ismanta untuk keluarganya, di sebelah utara BKIA Siti Khodijah Krakitan, dengan santriwati pertama berjumlah 5 orang. Tiga tahun berjalan, karena rumah tidak dapat diperpanjang sewanya, maka seluruh santriwati  dipindahkan ke komplek SMP Muhammadiyah hingga sekarang. Mengingat jumlah santriwati juga meningkat signifikan. 24 jam dalam pengelolaan pengasuh pesantren, yang dipimpin oleh Ust Heru Ismanta. 

      Santri berasal dari wilayah kabupaten Magelang. Beberapa santri berasal dari luar jawa tetapi orang tuanya berasal dari kabupaten Magelang. Dana operasional pondok pesantren diperoleh dari iuran rutin wali santri. Sekitar 70 % wali santri membayar iuran sesuai ketentuan yang ditetapkan pesantren, 30 % membayarkan infaq/ iuranya dibawah ketentuan, karena beberapa santri berasal dari keluarga kurang mampu, tetapi minat belajar di pesantren putra putrinya besar sekali, namun pondok tidak mampu membiayai seluruh pembiayaan. Oleh karena itu para wali tersebut membayarkan infaq makan putra putri mereka, sesuai kemampuan yang mereka miliki. 

      Jadwal rutin kegiatan santri sebagai berikut: Qiyamullaili ,Sholat Subuh, Tadarus Al Qur’an, Tausyiah, Muhawaroh, bersih diri dan lingkungan sesuai jadwal, Makan pagi, Belajar di sekolah, istirahat siang / makan siang, sholat Ashar, Kegiatan pesantren terjadwal, Sholat Maghrib, Tadarus/ tausyiah, Sholat Isya’, Belajar Malam, dan istirahat malam. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan rutin tersebut, seluruh santri  dipandu dan didampingi oleh pengasuh/ pembimbing, mengingat usia santri yang masih usia SMP sehingga untuk mewujudkan perilaku yang sholih, santri harus mendapatkan pengetahuan sekaligus pendampingan dari pengasuh. Terlebih lagi beberapa santri yang dipondokkan oleh orang tuanya dalam keadaan orang tuanya sudah tidak mampu menangani anak tersebut, sehingga pengasuh harus bekerja ekstra kuat dan berkesinambungan untuk melahirkan generasi/ kader sholih dan sholikhah berprestasi unggul.

Mengapa Pesantren merupakan  media dalam berda’wah?

      Peserta didik adalah aset/ kader/ generasi di masa yang akan datang. Mereka adalah penerus perjuangan da’wah Islam di masa yang akan datang. Mereka yang akan menjunjung tinggi-tinggi ajaran Islam, hingga Islam itu “Ya’luu wa laa yu’la alaihi”. Mereka adalah penerus estafet perjuangan bangsa. Karena itu pada mereka harus dibangun pondasi tauhid yang kuat,  agar terbangun mental yang kuat  yang tidak mudah rapuh, mengingat hambatan dan tantangan terutama dari lingkungan saat ini sangat mendorong anak untuk berpola hidup dengan kurang baik lebih kuat daripada yang baik. 

      Orang tua yang memondokkan putra dan putrinya, sebelum berpikir kelebihan-kelebihan di pesantren, orang tua sudah diuntungkan dengan adanya lingkungan yang aman, nyaman, asri, islami serta lingkungan yang menfasilisi siswa untuk lebih religius dan berakhlak mulia. Siswa akan mendapatkan pengetahuan agama yang representatif, sekaligus dibimbing bagaimana menerapkan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. 

      Sebagai amal usaha Muhammadiyah, maka dasar acuan pengelolaan amal usaha adalah Al Qur’an dan Assunnah Ashohihah yang telah ditetapkan pada Himpunan Putusan Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Karena itu salah satu agenda kepesantrenan adalah membenahi keyaqinan serta praktik ibadah yang tidak sesuai dengan ketentuan agama. Seperti halnya praktik nyadran, mohon doa di kuburan menjelang ujian nasional, serta tambahan bacaan sayyidina pada tahiyyat awal dan akhir pada sholat fardlu, di samping kecintaan anak-anak pada kesenian “topeng ireng” hingga meyakini adanya sumber kekuatan selain Allah.

      Tantangan yang lain adalah ketika pesantren dihadapkan pada masalah peserta didik yang terlanjur salah memilih lingkungan, juga salah memilih teman, selanjutnya salah dalam pembiasaan diri. Salah satunya kebiasaan merokok. Sangat dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam rangka mengalihkan perhatian dari ketergantungannya pada rokok. Dan masih banyak lagi yang dilakukan pesantren dalam mempersiapkan kader penerus perjuangan da’wah Islam di masa yang akan datang. 

      Di tingkat pengasuh, tantangan utama adalah sulitnya mencari pengasuh yang standby dalam 24 jam. Sesulit apapun mencari tenaga guru, ternyata mencari ustadz jauh lebih sulit karena dibutuhkan keterlibatannya dalam 24 jam  untuk mendampingi, mengarahkan santri menerapkan ajaran Islam di usianya. Karena itu dorongan serta semangat dari saudara-saudara  juga dari para pimpinan, sangat dibutuhkan, agar pesantren Muhammadiyah yang jumlahnya masih sangat terbatas ini bisa melahirkan kader-kader penerus perjuangan. 



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top