MENGEMBANGKAN DAYA BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN PPKn

Print Friendly and PDF

MENGEMBANGKAN DAYA BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN PPKn

Oleh: Nana Yuliana

Guru SMK Roudlotul Mubtadiin Jepara Provinsi Jawa Tengah

Nana Yuliana


       Tujuan pendidikan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 yang tercantum pada BAB II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

      Berdasarkan tujuan pendidikan perlu dikembangkan suatu sistem kurikulum yang tepat dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Penerapan TIK memiliki keunggulan tersedianya informasi secara luas, cepat dan tepat, adanya kemudahan dalam proses pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar.

          Dalam pembelajaran, berbagai strategi dilakukan oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesiapan dalam pembelajaran, ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran dan penguasaan materi menjadi kunci efektifnya pembelajaran. Dimana seorang guru menjadikan pengalaman belajar sebagai bahan instropeksi agar pembelajaran semakin baik dan kondusif. Begitu juga peserta didik yang menjadi subjek dalam kegiatan belajar mengajar juga harus bisa menjadikan pembelajaran tersebut sebagai bentuk dalam mengumpulkan dan menyempurnakan pengetahuan yang mereka miliki.             

          Rendahnya hasil belajar aspek kognitif peserta didik biasanya dikarenakan peserta didik belum maksimal terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan saat mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik ada yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran, suka mengganggu teman, sibuk dengan kepentingannyaa sendiri seperti bermain hp, berbicara dengan teman sebangkunya. Pembelajaran PPKn diharapkan menjadi pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan. 

           Model pembelajaran kreatif dan inovatif dalam mata pelajaran PPKn lebih memunghkinkan untuk diterapkan karena lebih memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitasnya, sehingga model ini yang lebih dominan berperan adalah peserta didiknya sedangkan guru hanya bertindak sebagai organisator, fasilitator dan evaluator. Oleh karena itu, adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran PPKn di kelas dapat berupa model pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan adalah model PBL. 

          Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik (Nisa, 2015: 3). 

          Menurut Utrifani A dan Turnip M. Betty (2014) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut serta memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

          Di dalam kehidupan selalu identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran Problem Based Learning ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan siswa, umtuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar peserta didik dapat berpikir optimal. 

          Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya.

 Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012) sebagai berikut:

a. Orientasi peserta didik pada masalah

b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

       Kelebihan model PBL menurut Shoimin (2016) antara lain: 1) peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam keadaan nyata, 2) mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, 3) pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi, 4) terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, 5) peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi, 6) peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, 7) peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, dan 8) kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching. 

         Sedangkan kekurangan model PBL (Shoimin, 2016) antara lain: 1) pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, dan 2) dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

         Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep- konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).

         Kebutuhan akan kreatifitas sangat penting, berkembangnya teknologi serta dampak yang ditimbulkannya sangat menuntut kemampuan untuk beradaptasi secara kreatif dalam mencari pemecahan imajinatif. Demikian pula dari sudut pendidikan, sudah saatnya penekanan dalam proses belajar mengajar yang hanya menekankan pada pemikiran tidak inovatif, tidak kreatif, hafalan, dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan untuk ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk berfikir kreatif dan inovatif. Dengan kata lain saat ini kreatifitas dan berfikir inovatif benar- benar dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran PPKn tercapai.


          


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top