PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA SEBAGAI TEMPAT PRAKTIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS, PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR PELAJARAN IPA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 SATU ATAP KARANGSAMBUNG

Print Friendly and PDF

PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA SEBAGAI TEMPAT PRAKTIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS, PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR PELAJARAN IPA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 SATU ATAP KARANGSAMBUNG 

Oleh: Faidatur Rokhmah, S.Pd

Guru IPA SMPN 3 Satu Atap Karangsambung Kebumen, Jawa Tengah

Faidatur Rokhmah, S.Pd


       Pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Menengah Pertama memang banyak sekali yang masih menekankan pada teori. Kelas menjadi ruang utama bagi siswa untuk menimba ilmu. Dari hari ke hari, mereka duduk di bangku, menyimak penjelasan guru, mencatat, atau mengerjakan tugas. Padahal banyak materi yang bisa dipraktekkan. Namun banyak guru yang tidak mau repot melakukan kegiatan praktik. 

       Selama ini, persoalan laboratorium masih menjadi sesuatu yang diperdebatkan atau diperbincangkan, khususnya mengenai pengadaannya. Banyak sekolah yang belum memiliki laboratorium. Banyak orang memandang bahwa keberadaan laboratorium bisa menambah gengsi bagi sekolah. Namun pada kenyataannya, keberadaan laboratorium masih belum dioptimalkan untuk mempelajari IPA secara praktik. Hal itu disebabkan, untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang menggabungkan teori dan praktek perlu persiapan. Banyak guru yang tidak mau repot-repot melakukan berbagai persiapan sebelumnya. 

        Menurut hasil penelitian Mamat Supriatna (2006:21) menyatakan bahwa tidak efektifnya kegiatan praktikum di sekolah antara lain disebabkan terbatasnya sarana (alat dan bahan), guru merasa tidak sempat menyiapkan kegiatan laboratorium karena beban tugas mengajar yang umumnya cukup banyak (rata-rata 24 jam per Minggu). Hampir semua sekolah tidak memiliki tenaga laboran ataupun sekedar tenaga yang ditugaskan secara khusus membantu di laboratorium dan bahkan masih ada sekolah yang belum memiliki laboratorium. 

        Kegiatan praktikum merupakan salah satu bagian penting untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tidak hanya teori, tetapi juga keterampilam dan sikap ilmiah yang diharapkan dalam sains. Melalui praktik siswa diharapkan memiliki keterampilan merancang, mengamati secara teliti dan lengkap, membuat, menguji, menyempurnakan dan kemudian membuat laporan. 

       Tidak efektifnya kegiatan praktikum tersebut menimbulkan kesulitan pada saat pelaksanaan ujian praktek baik bagi guru maupun siswa. Guru kesulitan untuk melakukan ujian praktek yang dituntut dalam kurikulum, sehingga kenyataan yang terjadi ujian praktek menjadi kegiatan praktikum pertama dari suatu materi yang sebelumnya belum pernah dilakukan. 

       Dalam kegiatan pembelajaran IPA yang dijadikan kerangka berpikir ialah bahwa prestasi belajar siswa akan biasa-biasa saja, jika pembelajaran tidak dioptimalkan melalui kegiatan praktek. Guru IPA haruslah pandai dalam mengembangkan suatu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tindakan, observasi, refleksi terus dilakukan yang pada akhirnya, ditemukan satu formula pembelajaran yang tepat sehingga sasarannya, yakni peningkatan pemahaman atau prestasi belajar siswa. 

       Penulis sebagai guru IPA kelas VIII di SMP Satu Atap Karangsambung Kebumen selalu merencankaan pembelajaran dengan terukur dengan tujuan agar siswa dapat membuktikan kebenaran sebuah teori atau sebuah konsep secara langsung dengan memanfaatkan laboratorium disekolah. Dengan pembuktian langsung, di samping siswa menjadi aktif, diharapkan siswa memiliki ingatan panjang mengenai pembuktian konsep. Hal itu sejalan dengan sebuah moto atau pepatah, siapa melihat ingat, dan siapa mengerjakan, maka dia akan menjadi bisa. Selain itu kegiatan praktik ini akan memberikan kemudahan kepada siswa agar mereka dapat menguasai pemahaman berat jenis benda. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang telah dilakukan sebagai berikut. 

1]. Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan             pembelajaran sesuai KI dan KD serta proses pembelajaran yang akan dilakukan.

2]. Guru menyampaikan materi secara klasikal menjelaskan bahwa setiap benda memiliki berat jenis tersendiri,menjelaskan mengenai penyebab mengapa benda ada yang berat, sedang atau ringan. 

3]. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dan memberikan LKPD kepada setiap kelompok. Siswa disuruh bekerja dalam kelompok, melakukan percobaan dengan memasukan benda ke dalam air, kemudian mereka akan melihat reaksinya. 

4]. Setelah mengerjakan tugas kelompok, siswa disuruh menampilkan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain belajar memberikan tanggapan. Selanjutnya, guru memberikan arahan agar siswa memiliki kesimpulan bahwa berat jenis benda yang bermacam-macam itu menyebabkan keadaannya berbeda-beda di atas permukaan air. 

       Dari hasil evaluasi pelaksanaan pada penggunaan laboratorium untuk materi berat jenis benda melalui percobaan cukup efektif karena dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. 

        Dari data penilaian hasil belajar di atas diketahui adanya peningkatan nilai dari jumlah rata-rata 6,5 menjadi 8,5 atau ada selisih sebesar 2,0. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan nilai hasil belajar yang sangat signifikan. Hal ini dapat dimaknai bahwa pemanfaatan laboratorium sebagai tempat percobaan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa untuk materi berat jenis benda dalam pelajaran IPA di kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Karangsambung. Tidak ada salahnya penulis mengajak khususnya guru IPA untuk  mengoptimalkan  pembelajaran  melalui laboratorium.

 

 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top