PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN APLIKASI GOOGLE CLASSROOM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR

Print Friendly and PDF

PENERAPAN  MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN APLIKASI GOOGLE CLASSROOM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR

Oleh: Sarwindah Tri Yuliani

Guru SD Negeri 1 Giriwono, Wonogiri

Sarwindah Tri Yuliani


     Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran menggunakan tema  untuk mengaitkan  beberapa  muatan  mata  pelajaran agar dapat    memberikan  pengalaman  bermakna  kepada peserta  didik  (Kemendikbud,  2014: 16). Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Karena siswa dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

     Pada masa pandemi Covid-19, pembelajaran tematik terpadu di SD dilaksanakan secara daring. Meski sampai saat ini masih ditemui sejumlah kendala dalam pembelajaran jarak jauh, ada hal positif yang muncul, yakni tumbuhnya kolaborasi orang tua dengan guru. Pada masa pandemi Covid-19 ini, orang tua mulai melihat dan memahami bahwa tidak mudah menjadi seorang guru. Pada masa pandemi ini dibutuhkan keterlibatan langsung orang tua dalam proses pembelajaran.

     Pelaksanaan pembelajaran secara daring sekaligus menjadi sarana bagi sekolah untuk mengembangkan keterampilan pembelajaran abad 21, diantarnya adalah keterampilan berpikir kritis dan penggunaan aplikasi berbasis internet dalam pembelajaran.  Keterampilan berpikir kritis dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Berfikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berfikir yang tidak sekadar mengingat  (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).

     Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 harus menampakkan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa berlatih mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Muara keterampilan berpikir kritis pada akhirnya adalah hasil belajar siswa.

      Kenyataannya proses pembelajaran yang terjadi di SD Negeri 1 Giriwono belum menerapkan model yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa siswa kelas 5 SD Negeri 1 Giriwono  belum memiliki keterampilan berpikir kritis yang memadai, dan hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran siswa kelas 5 SD Negeri 1 Giriwono menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis pada saat pembelajaran belum nampak berdasarkan analisis hasil penilaian harian yang sudah dilaksanakan. 

       Nilai rata-rata ulangan harian pada muatan Bahasa Inodonesia baru memcapai 65, IPS = 75, dan PPKN  = 76. Hasil studi dokumen daftar nilai siswa menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar pada muatan Bahasa Indonesia baru mencapai 64 %, IPS mencapai 68 % dan muatan PPKN mencapai 72 %.Berbagai upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis tersebut telah dilakukan, namun belum mencapai hasil, karena belum menerapkan model pembelajaran yang memiliki potensi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kompetensi hasil belajar siswa. 

       Berdasarkan hasil kajian pustaka menemukan bahwa model pembelajaran PBL berpotensi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kompetensi hasil belajar siswa. Berbagai penelitian tindakan kelas tentang penerapan model PBL berbantuan aplikasi Google Classroom ternyata mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

       Untuk memperbaiki proses dan kompetensi hasil belajar tersebut, akan diterapkan model pembelajaran PBL berbantuan aplikasi Google Classroom. Diharapkan setelah tindakan pembelajaran dilakukan, rata-rata tingkat keterampilan berpikir kritis mencapai ≥ 70%, berada pada kategori tinggi.

       Pembelajaran  berbasis  masalah  merupakan  sebuah  pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik   untuk   belajar. Dalam  kelas   yang  menerapkan  pembelajaran   berbasis masalah, peserta didik bekerja dalamtim untuk memecahkan masalah dunia nyata (Badan Pengembangan    Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan). PBL mereplikasi pendekatan  sistematik  yang sudah banyak digunakan dalam menyelesaikan masalah atau memenuhi tuntutan-tuntutan dalam dunia kehidupan dan karier.

       Sintak operasional PBL bisa rmencakup antara lain sebagai berikut: 1. Orientasi Peserta didik pada Masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2. Mengorganisasi Peserta didik untuk belajar. Membantu Peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Membimbing pengalaman individual/kelompok. Mendorong Peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu Peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu Peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

       Penerapan model pembelajaran PBL berbantuan aplikasi Google Classroom dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis  pada siswa kelas V SD Negeri 1 Giriwono Kecamatan Wonogiri  Semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021.

       Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar peserta didik dalam setiap siklusnya. Selain itu keterampilan berpikir kritis siswa juga meningkat setiap siklusnya. Sehingga penerapan Model PBL berbatuan aplikasi Google Classroom dinyatakan berhasil. (*)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top