MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN APLIKASI ZOOM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKN

Print Friendly and PDF

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN APLIKASI ZOOM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKN

Oleh: Maryuliani

Guru SD Negeri 2 Ngadirojo, Wonogiri

Maryuliani



       Pendidikan menurut Mahmud Yunus (2012) adalah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan,  jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bias mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-cita. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang  dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres)  Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Menurut perpres ini, memiliki tujuan: a. membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; b. mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

       Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik. Untuk mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik diperlukan mutu pendidikan yang baik yaitu dengan cara memperbaiki kegiatan dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru sering menemukan berbagai macam masalah dan berupaya untuk menemukan solusi agar kegiatan pembelajaran berhasil.

         Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran menggunakan tema  untuk mengaitkan  beberapa  muatan  mata  pelajaran agar dapat    memberikan  pengalaman  bermakna  kepada peserta  didik  (Kemendikbud,  2014:16). Pada masa pandemi Covid 19, pembelajaran tematik terpadu di SD dilaksanakan secara daring. Pelaksanaan pembelajaran secara daring sekaligus menjadi sarana bagi sekolah untuk mengembangkan keterampilan pembelajaran abad 21, diantarnya adalah keterampilan berpikir kritis dan penggunaan aplikasi berbasis internet dalam pembelajaran.  

       Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 harus menampakkan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa berlatih mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Tuntutan Kompetensi Abad 21 atau 4C (Comunication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity), kemampuan literasi, dan unsur-unsur lain yang terintegrasi dalam komponen maupun tahapan rencana pembelajarannya. Kenyataannya proses pembelajaran yang terjadi di SD Negeri 2 Ngadirojo belum menerapkan model yang mampu meningkatkan kompetensi abad 21 atau 4C (Comunication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity), sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

          Dalam kegiatan pembelajaran daring sinkron melalaui zoom meeting di kelas IB SDN 2 Ngadirojo, Wonogiri siswa kurang aktif dan kurang kreatif, karena siswa hanya diam saja dan mendengarkan penjelasan dari guru saja. Apabila ditanya tentang materi yang diajarkan siswa cenderung diam, tidak ada yang memberikan tanggapan atau pertanyaan. Setiap guru melakukan tanya jawab kepada siswa tidak ada yang menjawab, dan jika ditunjuk siswa menjawab tidak bisa. Mungkin mereka takut jika memberikan jawaban yang salah. Siswa cenderung pasif dan akhirnya menunggu jawaban dan penjelasan dari guru.

       Menjadi kebiasaan para siswa jika ditanya oleh guru tentang materi yang dijelaskan mereka selalu menjawab jelas atau paham. Akhirnya guru untuk mengukur prestasi dan kemampuan siswa guru mengadakan tes berupa soal ulangan harian. Berdasarkan hasil ulangan harian yang dicapai dengan jumlah siswa 2, nilai rata-rata ulangan harian pada muatan Bahasa Indonesia 78, muatan SBdP 80 dan muatan PPKN baru mencapai 60. Dapat dilihat dari ketiga muatan pelajaran tersebut nilai rata-rata PPKN rendah. 

         Hasil nilai ulangan PPKN rendah, dikarenakan siswa kurang memperhatikan dan kurang konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran daring secara asinkron. Mungkin siswa merasa bosan karena pembelajaran kurang menarik sehingga siswa cenderung pasif. Kegiatan pembelajaran kurang menarik atau berkesan bagi siswa dapat diakibatkan dari berbagai faktor antara lain :kurangnya variasi dalam kegiatan pembelajaran, media daring yang disajikan kurang menarik.

       Untuk memperbaiki proses dan kompetensi hasil belajar tersebut, akan diterapkan model pembelajaran Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions Berbantuan Aplikasi Zoom. Diharapkan setelah tindakan pembelajaran dilakukan, rata-rata tingkat hasil belajar ≥ 79%, berada pada kategori tinggi.

       Slavin (1995) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dengan model Student Team Achievement Divisions, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.

       Metode atau strategi ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Rusman (2011: 215-216) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran Student Team Achievement Divisions sebagai berikut : a) Penyampaian tujuan dan motivasi. Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b) Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik. c) Presentasi dari guru. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim). Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk. Kerja tim merupakan ciri terpenting dari STAD. e) Kuis (evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis (evaluasi) tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. f) Penghargaan prestasi atas keberhasilan kelompok.

         Menurut Agus  Suprijono (2011: 133-134), langkah-langkah pada model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain). b) Guru menyajikan pelajaran. c) Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. d) Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. e) Memberi evaluasi. f) Kesimpulan.

       Setelah penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas bahwa Pembelajaran tema 4. Keluargaku  dengan menggunakan metode Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas  IB SDN 2 Ngadirojo, Wonogiri dapat meningkatkan  proses  pembelajaran tema 4. Keluargaku hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pada KD 3.1 muatan pelajaran PPKN pra siklus sebesar 38% siklus I sebesar 38% dan meningkat pada siklus II sebesar 90%. (*)



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top