MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA PADA TEMA COME TO MY BIRTHDAY MELALUI MEDIA RECORDED DIALOGUE BERBASIS PROJECT VIDEO

Print Friendly and PDF

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA  PADA TEMA COME TO MY BIRTHDAY MELALUI MEDIA RECORDED DIALOGUE BERBASIS PROJECT VIDEO

Oleh: Khabib Suratno, S.S

Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP Taman Dewasa Karanganyar, Kebumen Jawa Tengah

Khabib Suratno, S.S


       Ketrampilan berbicara adalah salah satu ketrampilan bahasa yang harus diajarkan kepada siswa di Sekolah Menengah Pertama. Dengan mempelajari ketrampilan berbicara, siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya, karena menurut Permendiknas RI no. 22 / 2006 salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs meminta siswa memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional. 

       Idealnya, siswa SMP sudah bisa melakukan percakapan yang berkaitan dengan ungkapan meminta, memberi dan menolak jasa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun demikian, pada kenyataannya banyak siswa kelas yang saya ajar yaitu khususnya VIII C ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran speaking. Pada saat  mereka  diberi  instruksi/ tugas  untuk   berdialog bahasa Inggris dengan temannya, mereka kurang memberikan respon, merasa ragu dan kurang percaya diri dalam merespon atau mengungkapkan suatu pendapat. Hal ini menandakan bahwa mereka masih membutuhkan banyak waktu untuk berlatih dan membiasakan diri agar mampu  berbicara menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. 

       Selain itu, dilihat dari pencapaian rata  rata nilai kelas VIII C khususnya untuk nilai ketrampilan berbicara mata pelajaran bahasa Inggris masih tergolong kategori rendah. Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai jauh dari batas ambang minimal KKM 72. Hampir 40% siswa mendapatkan nilai dibawah 72. Itu artinya, ketrampilan berbicara siswa perlu diperhatikan. Harus ada upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui teknik atau metode tertentu. 

       Setelah diadakan refleksi dengan guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Inggris ditemukan beberapa penyebab yang mengakibatkan masalah rendahnya aktivitas dan kompetensi berbicara.  Di antara penyebab masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pemilihan metode pembelajaran Role Play masih belum mampu meningkatkan aktivitas belajar semua siswa karena dengan adanya tugas bermain peran yang kurang dimodifikasi dengan media atau teknik lain ternyata membuat beberapa siswa merasa bosan untuk berlatih berbicara dengan teman pasangannya. 2) Teknik yang diterapkan oleh guru dalam pemberian tugas untuk berlatih berbicara sesuai dengan model kurang dapat memotivasi siswa untuk bekerja keras saat berlatih. Sebagian besar siswa merasa bosan setelah berlatih membaca teks percakapan sekali atau dua kali. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pembelajaran yang bisa membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran speaking.

       Dengan memperhatikan adanya kesenjangan antara tujuan pembelajaran speaking dan realita pembelajaran speaking di kelas VIIIC, maka penulis dan kolaborator memutuskan untuk melakukan upaya peningkatan pembelajaran speaking melalui metode pembelajaran berbasis projek video. Melalui projek video, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar speaking yang lebih menarik dan menantang daripada pembelajaran dengan menggunakan role play. Siswa akan lebih kreatif dalam menciptakan dialog  dialog yang akan mereka tampilkan dalam video. 

       Proyek pembuatan video dengan menggunakan alat-alat teknologi informasi seperti handphone, digital camera, tablet dan lain-lain merupakan aktivitas yang sangat digemari oleh siswa kelas VIII pada era kemajuan teknologi sekarang ini. Dengan demikian, diharapkan penggunaan model pembelajaran berbasis projek video dapat meningkatkan kompetensi speaking siswa bagi siswa kelas VIII C SMP Taman Dewasa Karanganyar, Semester 1 pada tahun pelajaran 2020/2021. 

      Kompetensi speaking siswa kelas VIII C SMP Taman Dewasa Karanganyar dalam mengungkapkan meminta dan memberi jasa masih sangat rendah. Kebanyakan siswa kurang mampu memahami dan merespon apa yang dituturkan oleh pembicara. Hal ini ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi faktor siswa, guru, serta lingkungan. Faktor yang berasal dari siswa, antara lain: (1) rendahnya minat berbicara siswa, (2) siswa menganggap pembelajaran speaking itu sulit sehingga mereka kurang percaya diri dalam berlatih berbicara bahasa Inggris, (3) siswa merasa bosan untuk berlatih dengan temannya saat diberi tugas untuk berlatih. Kebiasaan siswa yang kurang baik saat berlatih berbicara juga menjadi faktor yang menyebabkan kemampuan berbicara bahasa Inggris belum maksimal. 

      Permasalahan yang berasal dari guru, diantaranya karena guru beranggapan bahwa pembelajaran speaking materi asking for and giving services tidak perlu dilatih secara mendalam. Selain itu, guru hanya menggunakan metode Role Play ataupun media seadanya. Media yang sederhana dan kurang bervariasi mengakibatkan siswa cepat bosan dan tidak tertarik sehingga kurang memberikan motivasi untuk berlatih berbicara.

       Selain faktor tersebut di atas, faktor lingkungan sangat mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran speaking. Tidak adanya motivasi dari guru maupun teman sekelas untuk berlatih berbicara, kurangnya fasilitas pendukung (buku-buku), serta situasi belajar yang kurang kondusif menjadi permasalahan bagi kompetensi speaking siswa.

       Selanjutnya untuk mengukur kompetensi speaking, cara yang paling valid adalah dengan menyuruh siswa berbicara, bukan menulis (Depdiknas, 2005c:24). Maka dari itu, untuk mengukur kompetensi speaking guru perlu merancang kegiatan lisan. Di antara jenis kegiatan yang digunakan untuk mengukur kompetensi speaking adalah recorded dialogue atau dialog/percakapan yang sengaja direkam untuk dinilai oleh guru dalam bentuk video seperti yang dilakukan dalam penulisan ini (Thornby,2002:126). 

       Berdasarkan beberapa pendapat di atas, untuk mengukur kompetensi speaking siswa kelas VIII C penulis menggunakan teknik recorded dialogue dalam bentuk video yang dikemas dalam bentuk penyajian hasil proyek pembuatan video secara berkelompok tetapi dinilai secara individu sesuai dengan tema yang telah diberikan oleh guru kepada setiap kelompok. 

       Menurut Barron (2003:12) fokus pembelajaran pada pembelajaran berbasis proyek terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa usia sekolah menengah pertama. 

       Senada dengan pendapat di atas, Junitasari (2013) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar mereka, guru berposisi di belakang dan siswa berinisiatif, guru memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Produk yang dibuat siswa selama proyek memberikan hasil yang secara otentik dapat diukur oleh guru atau di dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi guru menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa.

       Dalam penulisan tindakan ini, penulis mendesain sebuah konsep pembelajaran untuk memberikan kesempatan kepada siswa menghasilkan kompetensi speaking dalam bentuk penugasan kelompok mulai dari pemberian contoh lewat video, penugasan membuat naskah sendiri dan editing sampai pada produk akhir berupa video percakapan yang dibuat oleh siswa dalam kelompok. 

       Alat atau media pendukung dalam proses pembuatan video disesuaikan dengan kondisi siswa. Siswa bisa menggunakan handycamp, handphone atau tablet yang sudah sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan proses rekaman percakapan.

       Berdasarkan uraian di atas maka, kerangka berpikir penulisan ini berawal dari adanya permasalahan yang dialami siswa berkaitan dengan ketrampilan speaking siswa yakni ketrampilan siswa dalam berbicara bahasa inggris masih rendah. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya prosentase siswa yang belum tuntas nilainya berdasarkan batas nilai KKM. Diketahui bahwa 40% siswa di kelas VIII C mempunyai nilai dibawah KKM. Setelah diadakan refleksi dengan kolaborator, ditemukan beberapa penyebab ketrampilan speaking siswa yang masih kurang. Penyebabnya antara lain: 1) Pemilihan metode pembelajaran Role Play masih belum mampu meningkatkan aktivitas belajar semua siswa karena dengan adanya tugas bermain peran yang kurang dimodifikasi dengan media atau teknik lain ternyata membuat beberapa siswa merasa bosan untuk berlatih berbicara dengan teman pasangannya. 2) Teknik yang diterapkan oleh guru dalam pemberian tugas untuk berlatih berbicara sesuai dengan model kurang dapat memotivasi siswa untuk bekerja keras saat berlatih. Sebagian besar siswa merasa bosan setelah berlatih membaca teks percakapan sekali atau dua kali.

       Dengan ditemukannya penyebab permasalahan di atas, maka diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pembelajaran yang bersifat menyenangkan, menantang dan memacu kreativitas siswa untuk menarik minat dan perhatian siswa. Salah satu cara untuk menarik perhatian dan minat siswa terhadap proses pembelajaran adalah dengan metode atau teknik pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu, penulis dan kolaborator memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis proyek video. 

       Penulis mengharapkan dapat membuktikan adanya peningkatan hasil belajar siswa terkait ketrampilan speaking dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek video pada siswa kelas VIII C SMP Taman Dewasa Karanganyar 

       Subjek Penulisan Tindakan Kelas adalah kompetensi speaking siswa kelas VIII C SMP Taman Dewasa Karanganyar Tahun Pelajaran 2020/2021. Adapun sumber data dari penulisan tindakan kelas ini adalah: siswa kelas VIII C yang berjumlah 30 siswa terdiri atas siswa putra sebanyak 28 orang dan siswa putri sebanyak 2 orang yang termasuk kategori rendah dalam kategori ketrampilan speaking jika dibandingkan dengan kelas  kelas lainnya. Rata  rata nilai ketrampilan speaking siswa kelas VIII C lebih rendah daripada kelas lainnya. 

       Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode project video ini siswa menjadi lebih aktif dan lebih tertarik dalam pelajaran bahasa Inggris, hal ini dibuktikan dengan nilai tugas siswa dalam membuat project video ini yang rata-rata 90 melampau target di atas KKM. Tidak ada salahnya penulis mengajak guru yang lain khususnya Bahasa Inggris untuk mencoba menerapkan metode tersebut dalam memberikan tugas untuk meningkatkan minat belajar siswa.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top