Alumni Teater TESA FIB UNS Gelar Webinar Bincang Sastra, Merawat Kreativitas Sastra Di Masa Pandemi

Print Friendly and PDF

 

Herry Nur Hidayat selaku pembicara sedang menyampaikan materi dalam Webinar Bincang Sastra.

Alumni Teater TESA FIB UNS Gelar Webinar Bincang Sastra, Merawat Kreativitas Sastra Di Masa Pandemi

Solo- majalahlarise.com -Alumni Teater Sastra (TESA), Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, sukses menggelar acara Bincang Sastra bertajuk Merawat Kreativitas Sastra di Masa Pandemi. Webinar ini menghadirkan alumni TESA yang sudah berkompeten di bidangnya sebagai pembicara seperti Herry Nur Hidayat (Alumnus TESA 1993) selaku dosen dan peneliti Universitas Andalas, Budi “Bodot” Riyanto (Alumnus TESA 1996) selaku praktisi Seni Teater, dan Ambhita Dhyaningrum (Alumnus TESA 1995) selaku penulis, penerjemah, dan dosen di Universitas Jendral Soedirman. Minggu (22/11/2020).

Ketua Panitia sekaligus moderator, Budi Waluyo, menyampaikan tujuan diadakannya webinar ini untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain bahwa kita tidak boleh menyerah pada kondisi yang serba sulit ini.

"Tujuan ini sangat relevan dengan konsidi pandemi saat ini yang mana banyak kegiatan tidak dapat dilakukan seperti sebelumnya secara luring, tetapi menyerah bukanlah sebuah solusi karena masih ada peluang untuk bisa tetap melakukan aktivitas dengan cara yang berbeda," terangnya.


Baca juga: QUIZIZZ TINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGATASI ANCAMAN TERHADAP NKRI

Rangkaian acara webinar berjalan lancar kurang lebih dua setengah jam melalui platform zoom dan streaming youtube. Diawali dengan pembicara pertama, Ambhita Dhyaningrum, yang membahas mengenai platform digital sebagai alternatif ruang menulis kreatif.

Dosen sekaligus penerjemah buku ini menyampaikan bahwa kita harus memanfaatkan media digital yang ada untuk menyalurkan kreativitas menulis. Hal termudah yang dapat dilakukan adalah menulis di status WhatsApp, caption instagram, dan di facebook. Aplikasi yang dapat digunakan untuk menulis kreatif misalnya wattpad, penana, steller, dan aplikasi sejenis lainnya.

Ia juga memberikan tips dan triknya bahwa seyogyanya manusia harus pandai memanfaatkan ruang yang ada supaya kreativitas tetap terjaga walau di masa pandemi seperti ini. Selain itu menyampaikan perlunya memupuk ide terlebih dahulu sebelum menulis suatu cerita.


Baca juga: Tim Pengabdian Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Univet Laksanakan PMKK Melalui Pelatihan Pembuatan Website Desa

“Kita harus mencari inspirasi. Penulis harus peka dengan lingkungannya. Kita tidak boleh sibuk dengan diri kita saja,” jelasnya.

Tidak kalah menarik, Budi Riyanto, seorang praktisi seni teater menyampaikan alternatif pementasan dapat dilakukan pula melalui media daring, bahkan hanya dengan ponsel yang kita miliki. Strateginya harus menemukan media dan membuat karya. Contoh media yang dapat menjadi wadah pementasan bisa melalui youtube.

"Media youtube dapat diakses secara gratis kapanpun dan di manapun, bahkan beberapa orang dapat membuat pementasan sendiri karena media ini cukup mudah dioperasikan. Situasi ini juga bisa menjadi ajang mengeksplorasi diri, sebagai contoh, seseorang yang sebelumnya tidak paham kamera, setelah mempelajari media di kondisi yang seperti ini akhirnya menjadi paham," paparnya.

Baca juga: Fakultas Ekonomi Univet Beri Cash Reward Kepada Mahasiswa Berprestasi Tahun 2020 

Selanjutnya,  Herry sebagai pembicara pungkasan membahas Sastra Digital: Peluang Pengkajian dan Pembelajaran Sastra. Menurutnya semua itu harus dimulai dengan berani beradaptasi, karena nantinya pasti akan terbiasa. Ia juga menyampaikan enam fitur yang membedakan berkembangnya wahana digital. Fitur tersebut yaitu: (1) Dapat dijangkau secara global; (2) Mengandung hiperteks yang saling menghubungkan teks; (3) Menggabungkan unit informasi secara khusus; (4) Berkembang secara otomatis dan dapat dilacak; (5) Berkembang mengikuti pembacanya, pada suatu waktu, maupun pada waktu yang sama (real time): (6) Secara otomatis beradaptasi dengan latar dan tujuan penggunanya.



“Jangan takut untuk menunjukkan kreativitas, karena unsur kesastraan tetap sama apapun tempat penyampaiannya, yang penting masih ada tempat. Semua sastra berakar dalam imajinasi, kemudian ada penulis dan unsur sastra lain. Semua ini masih dapat terwujud, hanya media penyampaiannya yang berbeda,” tandasnya.

Lebih lanjut, Herry mengatakan bahwa penyampaian ide melalui media daring, jauh lebih mudah dan tidak terbatas. Ada banyak wadah yang siap menampung. Bisa berbentuk cerita, komik, bahkan video dengan berbagai versi. Dunia daring merupakan dunia yang lebih luas. Oleh karena itu, harus benar-benar baik dan bisa memanfaatkannya.

Bincang Sastra ini merupakan salah satu bentuk keseriusan alumni dalam rangka memeriahkan ulang tahun TESA sekaligus langkah awal dalam kepengurusan pertama yang baru dibentuk Oktober lalu. Rencananya pun akan menjadi program berkelanjutan di masa pandemi dengan mengusung tema-tema yang up to date dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. (Sofyan)


Baca juga: Mahasiswa Fakultas Pertanian Unisri Edukasi Siswa SD Tanam Tanaman Hidroponik.




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top