Laboratorium Komunikasi Unisri Gelar Diskusi Diplomasi Dibalik Busana

Print Friendly and PDF

 

Suasana diskusi sosial dan politik, mengangkat tema Diplomasi Dibalik Busana yang digelar Laboratorium Komunikasi Unisri.

Laboratorium Komunikasi Unisri Gelar Diskusi Diplomasi Dibalik Busana

Solo- majalahlarise.com -Laboratorium Komunikasi Fisip Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta,  menggelar diskusi sosial dan politik, mengangkat tema Diplomasi Dibalik Busana. Senin (26/10/2020).

Koordinator  kegiatan diskusi, Irawan Wibisono, menjelaskan kegiatan dilakukan live streaming via channel YouTube bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom)  dan Forum Diskusi (Fordis) Unisri, menampilkan narasumber penulis buku Diplomasi Dibalik Busana, Sihabudin, S.I.Kom, M.I.Kom dan Dosen Hubungan Internasional Unisri, Drs. KGPH. Dipokusumo, MSi.

Pemateri pertama, Syihabudin, yang juga Dosen Ilmu Komunikasi Unisri, mengungkapkan busana yang dikenakan seseorang sebetulnya memberitahu siapa dirinya.


Baca juga: Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, SD Muhammadiyah PK Kottabarat Berbagi di Tengah Pandemi Lewat “Kencleng Surga”

"Maka tidak heran bila suatu instansi mengatur busana apa yang harus dikenakan. Itu bertujuan untuk menunjukkan citra instansi yang diinginkan. Bahkan dibeberapa negara membatasi warganya dalam berbusana. Seperti Arab Saudi. Namun juga ada negara yang mempersilahkan warganya bebas menggunakan busana asal nyaman," urainya.

Lebih lanjut, Sihabudin, memaparkan ada beberapa negara yang melakukan perang kebudayaan melalui busana. Ada juga negara yang tetap mempertahankan budaya lokal dikancah internasional, seperti India yang tetap menggunakan sari dan turban saat acara resmi internasional.

Pembicara kedua, KGPH Dipokusumo, menyampaikan bahwa diplomasi itu kemampuan berkomunikasi.


Baca juga: Monica Mahasiswi Komunikasi Unisri Juara Favorit Pemilihan Duta Rupiah dan QRIS Bank Indonesia Solo 

"Ada beberapa macam cara diplomasi, salah satunya adalah smart diplomation. Dalam pandangan budaya saya cenderung menggunakan konsep from lokal to global, itu bergerak sesuai zamannya. Dalam GBHN disebutkan puncak-puncak kebudayaan daerah adalah proses terbentuknya kebudayaan nasional," tandasnya.

Selanjutnya, Dipokusumo, menyoroti busana dalam perspektif jawa.  Ada tiga hal yang harus dilihat yaitu ajining diri gumantung ana ing lathi, ajining raga gumantung ana ing busana, ajining krida ana ing solahbawa.

Busana memang berkaitan dengan identitas seseorang. Masyarakat jawa termasuk homo simbolikum, menyampaikan sesuatu dengan simbol.

Baca juga: Fakultas Hukum Unisri Buka Pendidikan Khusus Profesi Advokat Angkatan I

"Baju memang melekat pada kehidupan manusia, mulai sebelum lahir hingga saat kematian," pungkasnya.

Menurut rencana kegiatan diskusi dengan tema seputar permasalahan sosial dan politik ini akan digelar secara rutin dengan mengangkat topik hal-hal yang sedang aktual di masyarakat dengan narasumber dari kalangan dosen dan mahasiswa. (Sofyan)




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top